13. 🐰

875 48 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم✨

“Ada cinta yang harus kau cintai sepenuh cinta, tanpa harus tahu kau dicintai atau tidak, tapi yakinlah untuk tetap mencintai.”

(Syarifah Ruqayah Alaydrus)

Ophi_16


13. Cemburu?

Asya keluar dari kamar mandi. Mendapati Maira yang duduk diatas ranjang menatapnya dengan senyuman.

"Maira kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Asya berjalan mendekat. Maira semakin lebar tersenyum. Tangannya meraih lengan Asya lalu memeluknya. Asya hanya terkekeh.

"Kenapa, sih? Jangan buat Kak Asya penasaran," lanjutnya lagi. Lalu duduk dikursi. Menatap Maira yang sangat bahagia pagi ini.

"Mai seneng bisa lihat Kak Asya berangkat kerja. Kan kemarin Mai masih tidur." Jawaban Maira membuat Asya tersenyum.

"Yaudah gimana nanti kalau Kak Sya libur kerja. Kak Sya ajak Maira jalan-jalan?" Maira mengangguk antusias mendengar usulan Asya.

"Tapi diizinin gak sama Kak Atha?"

"Nanti Kak Asya yang coba tanya." Entah kenapa mendengar nama Athaya membuat Asya lesu. Mengingat betapa bahagianya Athaya setelah menerima pesan semalam dan dengan tergesa-gesa pamit pulang. Padahal biasanya Athaya akan mengajaknya berbincang kecil membicarakan kondisi Maira. Bahkan sedari semalam pun tak ada mengiriminya pesan.

Asya menggelengkan kepalanya. Siapa dirinya yang mengharapkan pesan dari Athaya? Sepertinya dirinya yang salah sangka dengan perlakuan Athaya terhadapnya selama ini.

Saat asyik melamun ponselnya berbunyi. Asya segera meraih ponselnya diatas nakas. Membuka aplikasi berlogo warna hijau itu. Terdapat nama Athaya dibaris paling atas. Dengan segera Asya membukanya.

Dokter Athaya

Assalamu'alaikum, Mbak Asya.
Saya mau memberi tahu jika nanti siang saya baru bisa kerumah sakit.
Ada urusan keluarga sebentar. Tidak apa-apa , kan?

Asya menghela napas begitu membaca pesannya. Memangnya siapa dirinya yang mau melarang Athaya?

Dengan berat hati Asya mengirimkan balasan.

Wa'alaikumussalam.
Tidak apa-apa Dok.

Sudah.

Sepertinya Asya harus mengubur perasannya sebelum semakin besar nantinya. Ia tak boleh berharap pada lelaki asing seperti Athaya. Apalagi mereka juga baru kenal.

Tak ada balasan lagi. Bahkan pemuda itu sudah tidak online. Membuat Asya menghela napas. Bersamaan dengan itu seorang perawat masuk membawa senampan yang diatasnya terdapat semangkuk bubur dan segelas air.

"Terimakasih, Sus," ujar Asya tersenyum dibalas senyuman juga oleh Suster. Begitu Suster keluar. Asya segera menyuapi Maira.

"Maira sarapan dulu, ya?" ucap Asya mulai menyendokkan bubur. Dengan senang Maira menerima suapan dari Asya.

Ikhlaskah Aku? Where stories live. Discover now