12. U cant stay

629 85 14
                                    

"Cepat cari Jungkook sampai ketemu! Berikan dia pada kami, aku mengerti kau tidak akan bisa mengurusnya dengan keadaan dirimu yang seperti itu!!," ucap Woosan.

Saat mereka bertemu Jin lunglai dan tiba-tiba terjatuh di aspal. Menyebabkan luka dilututnya.

Entah karena kelelahan atau sakitnya yang bertambah parah ia kini mimisan hebat.

Sedangkan Haesol dan Woosan hanya memandangi Jin jijik saat ia membersihkan darah di area tubuhnya. Mereka terpaksa membawa Jin walau tidak ikhlas dan marah karena perbuatannya membuat Jungkook menghilang.

"Kau menyedihkan!!."

Kini Haesol bersuara. Melihat anak sulungnya penuh lebam membuatnya tidak nyaman. Ia ingin memiliki anak yang sehat, pintar dan bisa diandalkan. Berbanding terbalik dengan yang ia dapat saat melahirkan Seokjin.

"Aku akan melaporkannya ke polisi, jika kau tidak menemukannya. Maka kau yang jadi tersangka!."

Memang walau tanpa bukti tapi bukan hal yang sulit untuk membuat Jin dihukum.

Mereka berdecih lalu keluar dari rumah kecilnya. Meninggalkan Seokjin yang masih berkutat dengan luka di lututnya.

Tanpa sadar tetesan air mata jatuh disana. Bahkan jika orang lain, saat anaknya sakit dan terjatuh, mereka akan menolong dan merawatnya. Bukan mencampakkan Seokjin.

Ia membalut lutut yang masih mengeluarkan darah itu dengan kassa walau masih mengeluarkan cairan merah setelahnya.

Penyakit ini begitu menyusahkan.

"Ayolah c-cepat berhenti.. aku harus mencari Jungkook."

Ucapnya sambil sesekali terisak dan menarik cairan yang keluar dari hidungnya.

Ia memgambil butiran ajaib andalannya kala pendarahan itu terjadi. Walau beberapa efek samping akan ia dapat seperti komplikasi dan lain-lain. Tapi ini yang ia butuhkan. Ia meraup dua butir sekaligus harap-harap akan segera tuntas.

Setengah jam waktu yang diperlukan untuk mengurangi pendarahannya. Ia menutup luka itu dan merekatkannya dengan plester luka.

Segera bangkit walau rasa pusing ia terima karena anemia akibat pendarahan tersebut. Ia berjalan tertatih padahal ia tidak tahu kemana lagi akan pergi mencari sang adik.

Sesungguhmya ia lemas. Bahkan butuh effort besar hanya sekedar keluar dari rumah. Saat ia membuka pintu, terlihat seseorang sedang membelakangi dirinya.

Ia menoleh.

Mata besarnya berlinang dan langsung mendaratkan tubuhnya pada Seokjin.

Seokjin dengan senang hati membalas pelukan itu. Menghirup setiap aroma yang masuk ke indra penciumannya. Membayangkan betapa hancur dirinya saat ditinggalkan oleh Jungkook.

"Maafkan Hyung.."

Jungkook mengangguk. Menghapus air matanya dan melepas pelukan mereka.

Mata mereka beradu. Wajahnya sama sama memerah akibat menangis.

Jungkook tertawa mengingat kebodohan mereka yang bertengkar karena hal biasa. Tapi sampai membuatnya pergi dari rumah.

"Aku hanya ingin bersamamu. Jangan memintaku untuk menjauh, hyung..."

Senyum Jin luntur. Namun ia mengelus lengan kekar Jungkook dengan lembut. Kakinya mengajak sang adik masuk kedalam dengan kaki yang tertatih.

"Hyung kau terluka?."

Jin hanya membalas dengan senyuman diwajah pucat itu.

"Tidak apa. Sudah Hyung obati."

Jungkook nampak khawatir karena Hyungnya terlihat kelelahan, ia jadi merasa bersalah padanya.

Jin membawanya duduk dikamar dan menggenggam tangan adiknya lembut. Tangan Jin terasa dingin dan basah.

"Hyung apa karenaku Hyung jadi begini?."

Kelelahan mencarinya sampai membuat Jin pingsan dihadapan kedua orang tuanya. Tidak ia tidak akan berkata demikian dan membuatnya berkecil hati.

"Tidak Kookie," ucapnya lembut.

"Hyung ingin mengatakan sesuatu tapi dengarlah sampai selesai, oke?," lanjutnya.

Jungkook hanya mengangguk dan memerhatikan Jin lekat.

"Tinggal lah bersama Eomma dan Appa.."

Hampir ia ingin protes namun jin menatapnya dengan tenang seolah memberi telepati bahwa jangan memotongnya.

"Hyung hanya tidak ingin kau menjadi anak yang durhaka. Kau harus selalu mengingat bahwa mereka yang membawamu ke dunia ini."

Jungkook memalingkan wajah "Aku tidak memintanya."

Jin menghela nafas. Sebisa mungkin ia harus memaksa Jungkook agar tinggal dengan mereka, tubuhnya tidak akan sanggup jika harus terus memaksakan diri.

"Kau boleh marah pada mereka, tapi mereka berhak atas dirimu dan maafmu."

"Lalu bagaimana dengan Hyung? Kenapa tidak ikut mereka saja bersamaku."

Tangan gemetar Jin mengelus rambut Jungkook "Hyung sudah dewasa dan bisa hidup sendiri."

"Aku juga!! Aku bisa hidup tanpa mereka."

Lihat ini betapa keras kepala anak muda dihadapan Seokjin, bahkan ia tidak senakal ini dulu.

"Hei kau tidak boleh membalas mereka, ikhlaskan. Hyung tidak mau kau menyesal nantinya."

Jin benar. Bagaimana pun juga mereka adalah orang tuanya dan juga ia tidak mau sama seperti mereka. Meninggalkannya dan mengemis meminta Jungkook agar kembali.

"Hyung tau kau ingin bersama mereka. Kau menyayanginya seperti menyayangi Hyung. Hanya saja perasaanmu masih kau sangkal.."

Benar. Ia tidak menerima bahwa ia mencintai kedua orang tuanya.

Saat ia mencoba menoleh kearah Jin. Ia terkejut cairan merah yang mengalir dibawah hidungnya, dan Jin yang berusaba menyeka dengan tissue.

"Hyung!!."

Jungkook menangkap tubuh Jin yang hampir terlentang jatuh kekasur. Jin tidak pingsan ia hanya lemas dan tidak punya tenaga. Kepalanya pusing, dan banya mampu menatap Jungkook dengan efek blur.

"Hyung kau kenapa?," tanya dia sambil menangis.

Ia melihat keadaan Hyungnya yang pucat membiru juga lebam dibeberapa tubuhnya. Tubuhnya dingin dan matanya mengerjap lemah.

Tidak lama seseorang masuk tanpa mengetuk pintu dan berlari kearah Jin dan Jungkook.

Haesol dan Woosan datang bersamaan. Perasaan mereka lega kala melihat Jungkook yang sudah berada disana. Hampir mereka akan melaporkan Jin atas kecerobohan itu.

Jungkook memandang keduanya dengan air mata. Telapak tangannya penuh darah.

"Eomma... Appa... tolong Jin Hyung."
















TBC

I KNOW WE NEED ANGST SUPLEMEN

Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)Where stories live. Discover now