#4

15.1K 1.8K 308
                                    

Seperti apa yang seorang Mastana perbicangan kemarin, mereka benar-benar akan bertemu di kedai grass sekitar pukul 2 sore. Kala sudah duduk dengan tenang, tapi tidak dengan ekspresinya. Ia sudah menunggu sejak beberapa menit yang lalu, sengaja datang lebih awal agar Masta tidak menunggunya.

"Ayo Kala, tenang! Jangan gugup kayak begini." Ujarnya untuk menyemangati diri sendiri.

Dentingan lonceng di pintu masuk membuat kepala Kala menoleh, ia memejamkan matanya ketika seseorang yang masuk bukanlah seorang Masta. Kala menyandarkan punggungnya, ia menyesap sedikit jus yang sudah ia pesan. Mengeluarkan handphone untuk melakukan kegiatan yang menghilangkan rasa gugupnya. Namun, sebuah notifikasi yang muncul berhasil membuat wajah gugupnya berubah menjadi kecewa.

Sebuah notifikasi yang mengatakan bahwa Masta tidak bisa datang karena suatu hal yang akan ia lakukan. Sudah pasti sangat penting, Kala tersenyum. Menyadari di mana posisinya berada.

Memangnya dia siapa?

Jangan terlalu berlebihan dengan semuanya Kala, ia sadar bahwa dia bukanlah siapa-siapa, tapi Kala menggerutu sebab Masta tidak seharusnya seperti ini. Tidak menepati janji! Itu namanya bukan laki-laki yang bertanggung jawab. Kala lagi-lagi tertawa, tawa renyah yang begitu membuat hatinya sesak.

Berdiri dari duduknya, Kala akan pulang saja kalau begini ceritanya. Melangkahkan kaki dengan gontai menuju mobil miliknya yang tadi ia sangat susah mendapatkan izin dari sang Mama untuk mengemudikannya.

"Maaf, gue gak sengaja."

Kala sedikit meringis, pundak kirinya berbenturan dengan besi di sampingnya sedang pundak kanannya berbenturan dengan seseorang yang menabraknya. Kala mengangguk, malas untuk berdebat bahkan ia sama sekali tak menatap wajah seseorang yang menabraknya tadi. Lebih memilih berlalu untuk cepat-cepat menuju mobil.

"Kala?"

Kala menoleh ketika pergelangan tangannya di cekal, ia mendongak untuk melihat wajah orang yang sama dengan yang menabraknya. Dan saat itu juga wajahnya berubah menjadi antusias, senyum lebar terbentuk di wajah manis itu.

"Jaden!" Seru Kala ketika menyadari siapa sosok yang bersinggungan punggung padanya tadi. Kala dengan semangat menubruk tubuh seseorang yang ia panggil Jaden tersebut.

"Sombong banget!" Katanya lagi dengan wajah memberut miliknya, pemuda yang nama aslinya itu Jaiden mendengus.

"Lo kali yang sombong, orang gue yang negur lo duluan." Jaiden menggelengkan kepalanya, ia melepaskan pelukannya dengan Kala.

"Apa kabar sih? Perasaan gue lo gak pernah keliatan selama beberapa bulan ini. Sombong banget udah masuk kuliah, mentang-mentang beda kampus." Lanjutnya lagi dengan panjang lebar.

Kala sendiri hanya tersenyum menatap sahabat baiknya ini, Jaiden Galaksi. Pemuda dengan wajah tampan dengan mata eyes smile yang menawan.

"Aaaa gue rindu banget sama lo." Kata Kala lagi, ia kembali memeluk Jaiden dengan erat, seolah enggan lepas dari pemuda tampan itu. Melupakan di mana mereka sekarang masih berdiri, dan untungnya Jaiden cukup tahu malu, ia tak jadi masuk ke dalam kedai grass, lebih memilih untuk mengobrol dengan Kala tak jauh dari sana.

"Gue tebak lo lagi bete ya kan?" Tebak Jaiden tepat sasaran. Yang mana Kala tanggapi dengan bibir mengerut lucu serta mengangguk dengan lucu pula.

"Gue ada janji sama orang, eh tau nya di gak dateng. Males banget gue, lo tau kan kalo gue orangnya gak suka nunggu." Ujar Kala dengan wajah benar-benar kesal miliknya.

Jaiden hanya terkekeh, mencubit pipi sahabat sedari kecilnya itu. "Berarti orangnya spesial dong, ya gak? Soalnya mana mau seorang Kala nunggu." Ujar Jaiden lagi, dan juga lagi-lagi benar. Jaiden memang sahabat terbaik seorang Kalandra Senandika.

[END] Insident | Mahae/MarkhyuckDonde viven las historias. Descúbrelo ahora