TERGODA? ✓

655 76 8
                                    

Adela membuang nafas kasar di depan pintu ruangan osis. Adela sebenarnya mana sudi memasuki ruangan laknat di depannya ini,jika bukan perutnya yang terus meronta ingin di beri asupan.

Adela bisa saja meminjam uang Vanya lagi,tetapi Adela cukup tahu diri dan tahu bagaimana sikap Vanya yang menolak keras membayar pinjamannya.

Tanpa salam Adela membuka pintu ruangan itu. Semua tatapan mengarah kepada Adela. Dan sepertinya mereka sedang mengadakan rapat penting, namun Adela tidak peduli, baginya rapatnya di hentikan sebentar saja tidak akan jadi masalah untuk mereka.

"Eh ngapain lo kesini," Adela menoleh pada pemilik suara ketus yang duduk bergabung dengan anggota osis.

Adela tidak menghiraukannya sama sekali orang itu dan lebih memilih berjalan lurus menuju dimana tujuannya berada.

Adela mengulurkan tangannya ketika dirinya sudah tepat di hadapan orang itu. "Uang,"

Fikar segera mengeluarkan uang seratus ribu di kantongnya lalu memberikannya pada Adela.

"Kembaliannya nanti gue balikin," ucap adela

"Gak usah, ambil aja," tolak Fikar

"Gue gak mau ngambil hak orang lain," ujarnya tegas hingga Fikar memilih tidak membantah ucapan cewek itu,yang ia ketahui tidak suka ucapannya di bantah.

"Gak masuk?" Tanya fikar memilih topik lain.

"Kelas gue free," jawab adela.

"Kayak pengemis aja," sindir orang itu tiba-tiba dengan suara keras.

Adela menatap orang itu dengan wajah menantang. "Emang salah kalau gue ngambil uang gue sendiri?"

Uang yang adela minta pada Fikar adalah uang yang di berikan oleh Reza karena adela telah membantu menjaga tanaman kesayangan Reza selama beberapa hari yang lalu.

Orang itu berdecih. "Emang gak punya sopan santun. Harusnya lo minta uang lo setelah kita rapat," ujarnya mencemooh.

"Bima," tegur Fikar

Adela terkekeh menertawai ucapan Bima" Bima sakti yang suka ngurusin hidup orang. Gini ya, itu uang gue mau gue ambil kapan aja yaa itu terserah gue. Kenapa lo yang ngatur-ngatur hak gue," Sarkas Adela memasang wajah angkuhnya.

"Kata orang anak osis itu harus mejaga tutur katanya karena dia yang menjadi panutan disini. Jadi gak salah dong kalau gue gak sopan,toh anggota osisnya juga pada-pada gak sopan. Apalagi waktu istirahat tadi ada tuh anak osis yang gak sopan nyiram rok senioranya hanya karena gak terima di marahin sama ketua osianya tadi pagi. apalagi sampai nyakar tangan seniornya sampai berdarah. Idih gak sopan banget, mana masih Junior lagi," sindirnya dengan wajah di buat-buat hingga terdengar bisikan dari beberapa anak osis.

"Cuman nyakar doang. Gak parah juga," balas Bima enteng

Rasanya Adela ingin mencakar mulut lemes Bima yang seenaknya berbicara  agar cowok itu bisa merasakan bagaimana sakitnya cakaran itu.

"Bima lo gak boleh ngomong gitu. Tangan Adela emang luka sampai-sampai kulitnya terkelupas," Bela Fikar hingga Adela melempar senyum ejeknya pada Bima.

Adela tersenyum miring "Fikar,lo yakin pertahanin anggota kayak mereka bertiga ini?" Tunjuk Adela pada Bima,Nadia dan Dila.

"Adela lo keluar aja deh. Ganggu orang rapat aja," usir Bima seketika padahal cowok itu sendiri yang memulai perdebatan.

"Kalau gue gak mau lo mau apa?" Tantang adela bersidekap dada.

"Kak mohon maaf ya,kita lagi rapat. Kami rela tinggalin pelajaran kami demi datang ke rapat ini. Kalau kakak ganggu rapat kami berarti rapatnya sia-sia dong,kami sendiri yang rugi kak," sahut Dila. Adela mengapresiasi keberanian Dila,sangat jarang ada junior yang punya nyali sebesar Dila.

11/12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang