09.Menteng (Part 2)

91 9 14
                                    

"Jadi apa abang menyesal? " Ujar Ben lemas sementara Iyas menyuapinya bubur di kamar rawat si bocah jangkung

Iyas menarik napas panjang seraya menyuapkan kembali bubur ke dalam mulut Ben...

"Entahlah Ben... Aku nemu... Kau tahu... Jawaban? " Sahut Iyas galau,  Ben meremas tangan laki laki tegap itu dan memandangnya khawatir...

"Kamu yakin? " Lirih si bocah dengan pandangan khawatir

"Satu satunya masa depan ku sekarang kamu, dek... Kamu yang paling mungkin dari segala ketidakmungkinan jadi jika kau bertanya apa aku yakin atau nggak... Jawabannya ya... Aku yakin... " Sahut Iyas tegas mencoba meyakini apapun yang dikatakannya... Pikirannya melayang ke kejadian minggu lalu

*********
Lagu Sisqo berjudul thong song bergema memenuhi ruang tamu itu... Terlihat para perempuan dengan dandanan ekstra mahal duduk secara acak di ruangan besar itu... Di mini bar.... Di sofa... Di permadani...pandangan mereka semua tertuju pada satu titik, lelaki gempal berkulit gelap yang keluar dari belakang ruangan...dengan hanya mengenakan topeng dan celana dalam kulit berwarna hitam seksi. ..Berjalan dengan langkah seduktif seiring irama musik menuju Tiang di tengah ruangan....

Tubuhnya berkilatan karena minyak yang dipakai dan keringat karena goyangannya begitu aktif dan menggoda ... Meliuk liuk menarik mata para wanita di ruangan itu

Para wanita terhormat yang sesaat kehilangan kehormatannya... Yang sejak tadi diam diam menyentuh tubuh mereka sendiri sementara pikiran mereka menjelajah jauh ke sudut sudut tubuh Pria gempal yang masih dengan lincah menari nari berteman tiang kokoh silver yang memang bagian dari atraksinya

Ibu Adinda sang penyelenggara acara mengibas ngibaskan uang ratusan dollar ke udara dan menunjuk seorang perempuan seraya memberikan gerakan agar Iyas mendekat dan memberikan perempuan itu sebuah lapdance....

"A.... Apa apaan Din...? " Bingung si perempuan ketika Iyas meliuk liukan tubuhnya seraya mendekatinya...

"A lap dance for the birthday Girl Bu kusumo... " Ujar Adinda sambil mengarahkan Iyas untuk bergoyang Erotis di depan Perempuan yang disebut Ibu Kusumo itu....

Adinda menyelipkan beberapa lembar dollar ke celana dalam Iyas yang masih bergoyang dengan liarnya di depan perempuan yang berulang tahun....mencoba menikmati musik di tengah rasa malu yang meraja.... Ini untuk Ben... Ini semua untuk Ben....

Tak sengaja sepersekian detik mata Iyas berpandangan dengan sang Ibu Kusumo... Ruangan itu temaram dan musik serta teriakan masih riuh berdentum tapi mereka masih bisa saling mengenali... Si perempuan terdiam dan melotot tak percaya.... Sementara Iyas tak bisa menyembunyikan  airmatanya....

Hanya ada kebingungan.... Kecewa ... Putus asa dan patah hati yang ada dan menyesak di dadanya saat itu.... Perempuan itu..... Ahhhh...

Iyas tersenyum pahit dan menggeleng pelan lalu kembali menuju ke tengah ruangan... Dipandanginya mata para perempuan rakus itu.... Istri pejabat itu.... Pasangan Jenderal Anu... Mereka semua sama.... Tubuh tubuh terhormat dengan sorot mata Hyena lapar...

Pandangan Iyas kembali bertabrakan dengan si Ulang Tahun ..... Dia kemudian menarik napas panjang dan mengangkat tangannya.... "Ini untuk si sexy yang berulang tahun" Ujarnya menunjuk perempuan itu.....

Ruangan Seketika Hening.... Iyas kemudian mencopot potongan terakhir kain yang menutupi tubuhnya dan mulai kembali bergoyang gila gilaan.... Suasana kembali riuh... Perempuan perempuan itu berteriak kesetanan....

Iyas tidak perduli lagi... Keringat... Saliva dan airmata keluar dari sudut sudut tubuhnya.... Dia hanya bergoyang dan berjoget dengan sekuat tenaga dan putus asa.... Untuk dunia yang begitu rupa menyakitinya...

The Eternity Origins : Gracias BenWhere stories live. Discover now