□ Lembar 6

6.6K 952 100
                                    

❃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃

Ternyata benar, berekspetasi terlalu tinggi hanya akan membuatmu jatuh.

Sepertinya, ekspetasi tentang makan malam yang ia dambakan, tidak sejalan dengan apa yang ia harapkan.

Makan malam itu, dimana semua orang kembali menghakimi. Dimana saat Mamanya melontar kata yang tak pernah ingin ia dengar.

Dimana saat semua orang berusaha membuatnya semakin patah.

Kali ini, entah drama apa lagi yang Jihan ciptakan. Entah apa yang sudah gadis itu ucapkan hingga membuat Mama murka.

Makan malam yang ia harapkan, berujung dengan penyiksaan tanpa akhir.

Sebuah tongkat bisbol sekali lagi menghantam punggungnya sebelum benda itu terlempar begitu saja.

Nafas Mama memburu, kemudian wanita itu terisak.

"Salah apa saya dulu? Salah apa? Mengapa saya melahirkan anak seperti kamu, Gata?"

Kirana bersimpuh. Di samping Gata yang terbatuk-batuk.

"Selama ini kurang apa Mama? Mama hanya ingin hidup bahagia. Ingin menjaga keluarga baru Mama dengan baik. Tapi kenapa kamu selalu datang mengganggu, Gata?"

Isakan Kirana membuat Gata berusaha untuk duduk. Namun sulit. Punggungnya sudah mati rasa. Ia kemudian kembali jatuh tengkurap, dengan gerakan tangan yang ingin meraih Kirana.

"Ma ...."

"Jihan selama ini baik sama kamu. Dia nggak pernah berbuat apa-apa ke kamu. Tapi kenapa kamu selalu mengganggu dia? Bahkan kamu sampai menyeret Alvarendra juga. Mau kamu apa, sih, Gata?!"

"Ma ...."

Gata ingin menyampaikan banyak hal. Ingin mengatakan, bahwa apa yang Mamanya pikirkan saat ini, sepenuhnya salah.

Ia tidak pernah menyeret siapa pun untuk membenci Jihan. Termasuk Alvarendra.

"Nyesel saya melahirkan kamu!!"

Ini kata-kata yang tak pernah Gata harapkan keluar dari mulut Mamanya.

Sakit. Seperti ada sebilah pedang yang memotong hatinya secara perlahan.

"Nyesel karena saya sudah membesarkan anak tidak berguna seperti kamu!"

"Ma ...."

Gata juga tidak pernah minta untuk dilahirkan.

Namun hanya batuk keras yang berhasil ia keluarkan.

Luka sabetan di punggungnya belum sepenuhnya sembuh. Kini luka itu ditambah dengan luka baru.

Darah mengotori seragam yang masih Gata kenakan. Kendati demikian, tak membuat hati Kirana merasa goyah.

Dengan susah payah, ia berdiri. Menatap Gata dengan posisi yang sama. Anak itu hanya membuka mulut, namun tidak ada satu pun kata yang ke luar.

|✔| GATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang