35. Kejutan (2)

586 101 53
                                    


"Gamau mampir dulu?" Tanya Tzuyu setelah mobil milik Jihyo berhenti tepat di depan apartement milik Tzuyu.

Jihyo diam sejenak, "Aku mau bilang soal permintaanku,"

"Aaa iya, katakanlah. Bukankah lebih enak jika kita membicarakannya di dalam?" Tzuyu kembali menawarkan Jihyo untuk mampir ke dalam apartementnya.

"Baiklah," Jihyo kembali menghidupkan mobilnya dan kemudian menjalankannya untuk di parkir di parkiran.

Setelah memarkir mobil mereka berdua masuk bersama ke dalam lift.

Tangan kanan Tzuyu membawa satu kantong plastik yang penuh dengan bahan makanan yang memang mereka beli pada saat mereka pulang, sedangkan tangan kirinya menggenggam erat tangan Jihyo.

Tzuyu langsung meletakan bahan makanan di atas meja, sedangkan Jihyo telah duduk di sofa karena Tzuyu yang memintannya.

"Aku buat teh dulu ya," ucap Tzuyu dengans sedikit keras dari dapur. Tzuyu merasakan kedinginan dan kepalanya tiba-tiba pusing, jadi Tzuyu membuat teh berharap agar kepalanya tak sakit.

"Biar aku bantu," Jihyo mendekat ke arah dapur namun ditahan oleh Tzuyu.

"Tak usah, aku tahu kau lelah. Sedari tadi kau sudah menyetir. Duduklah,"

Jihyo pun menurut dan memutuskan untuk duduk di meja makan, sehingga masih bisa melihat Tzuyu yang tengah membuat teh di dapur.

Lima belas berlalu, akhirnya teh buatan Tzuyu jadi. Tzuyu membawa dua cangkir teh dan mengajak Jihyo duduk kembali di sofa yang ada di ruang tengah itu.

Tzuyu meletakan dua cangkir itu di meja dan kemudian menepuk-nepuk sofa di sampingnya bermaksud menyuruh Jihyo untuk ikut duduk di sampingnya.

Namun Jihyo memilih duduk di sofa yang berada di hadapan Tzuyu. Tzuyu tak protes terhadap hal itu. Karena memang sedari awal Jihyo duduk di sana tadi, dan bahkan tasnya masih ada di sana.

Hening, tak ada yang berucap. Mereka tak saling memandang. Tzuyu yang memandang cangkir teh miliknya, dan begitu juga dengan Jihyo.

"Ekhem," akhirnya Tzuyu memecahkan keheningan.

"Kamu mau minta permintaan apa ke aku?" Tzuyu mengambil cangkir teh miliknya, dan kemudian meneguk teh hangat itu pelan.

"Ah, i-iya, itu, permintaan itu" Tiba-tiba saja Jihyo menjadi gugup.

"Ada apa?" tanya Tzuyu sambil meletakkan cangkir teh nya kembali.

Jihyo menggeledah tasnya dan mengeluarkan kertas cukup tebal berwarna pastel dari dalam tasnya.

"Datanglah, tapi jika kau tidak mau juga tidak apa-apa. Aku tak memaksa," Jihyo meletakan barang yang bisa dibilang seperti undangan itu ke meja di samping cangkir teh Tzuyu.

"Apa ini?" Tzuyu bertanya tanpa melihat apa yang Jihyo berikan.

"Buka dan bacalah,"

Tzuyu mengambil kertas itu dan ternyata benar, itu kertas undangan yang masih dilapisi sampul plastik.

KANG DANIEL
&
PARK JIHYO

Itu tulisan yang ada dibagian depan undangan.

"Kau, kau bercanda kan Jih?" suara Tzuyu terdengar sedikit bergetar.

Jihyo tak menjawab apa-apa. Ia menunduk menghindari tatapan Tzuyu.

Tzuyu membuka plastik yang melapisi undangan itu, dan mulai membaca bagian dalamnya.

Menyakitkan, itu yang Tzuyu rasakan setelah membaca semunya. Tanggal, tempat, Jihyo benar-benar akan menikah dua minggu lagi.

Masa Lalu ( JITZU ) ✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz