29. Kembalinya Imaz

13 4 0
                                    

~Bukan Ya masalah bagaimana cara menyesalaikannya, tetapi Ya Allah bagaimana cara menyelesaikan masalah. Setiap masalah yang dialami pasti akan indah pada waktunya~

                                 ♤♤♤
Fajar telah merona di pelukan langit. Ning Fiyyah, Ningrum, dan Yati mengawali sarapannya. Mereka buru-buru ke kantor polisi untuk menghadiri persidangan Imaz. Ning Dija yang baru menanak nasi, segera memberitahu jika persidangan dibatalkan dikarenakan tersangka kabur dari rumah. Mereka mengucap syukur dalam hati akhirnya tanpa ribet, Imaz dibebaskan dari penjara.

"Jadi begitu," kata Ning Dija.

"Ya sudah. Kita langsung saja jemput Imaz," seru Ningrum tidak sabaran.

"Kalian sarapan terlebih dahulu."

"Kau saja yang makan. Kita makan di jalan saja sama Imaz."

"Ya sudah. Kalian hati-hati ya..."

Mereka membawa baju ganti buat Imaz. Ning Fiyyah yang minggu-minggu ini tampak sehat, saudaranya ikut bahagia melihatnya. Keterpurukan, trauma mendalam, menghilang karena semenjak Imaz datang menjadi santri disini. Dia pantas mendapatkan tahta disini.

Di sel tahanan, petugas polisi memberikan menu sarapan hari ini. Mereka terseok-seok mengambil kotak makan. Begitu juga Imaz. Petugas polisi tak pernah pilih kasih memberi makanan. Semua merata tanpa terkecuali. Mereka membentuk lingkaran merangkai kebersamaan melahap makanannya.

"Selamat pagi, jadwal hari ini yang dibebaskan adalah Imaz dan Jesselyn. Nanti setelah sarapan, dimohon kalian menanda tangani surat pernyataan pembebasan." Informasi dari petugas polisi. Mereka bersorak riuh mendengar keputusan polisi membebaskan mereka berdua.

"Wah, selamat kalian sudah dibebaskan. Memang kalian tidak bersalah. Kalian tidak pantas tinggal di neraka." Salah satu dari mereka mengucapkan selamat. Dia wanita parubaya yang memiliki kasus mengenaskan. Kehormatannya sebagai wanita harus direnggut oleh pria jalang melintasi jalan haram. Bukan janji suci. Hanya demi ekonomi. Duniawi memang menjadi tuntutan manusia untuk kelangsungan hidup mereka.

"Iya buk, semoga ibu juga segera dibebaskan." Imaz membalas ucapannya.

"Terima kasih...."

"Sama-sama bu."

Kebersamaan yang indah di dalam penjara tak akan pernah ia lupakan meski dari awal reputasi Imaz dicap zalim oleh masyarakat dan sekarang ketika semua terbukti, mereka menyadari bahwa Imaz tak seburuk itu. Kepahitan hidupnya menjalani hari yang awalnya menjadi seorang gadis desa yang terbatasnya pendidikan kini ia leluasa memperoleh ilmu di pesantren benang biru walaupun tanpa ia sadari itu.

Ning Fiyyah, Yati dan Ningrum bersiap-siap ke kantor polisi untuk menjemput Imaz. Tak sabar hati mereka menyambut kedatangan Imaz di pesantren setelah dua tahun di penjara. Gus Farhan sebagai pengemudi menyalakan mesinnya. Mobil berjalan dengan debaran hati bercampur bahagia.

Di penjara, Imaz diam terpekur menunggu kedatangan mereka. Ia menyendiri di balik jeruji sementara yang lain sibuk bercanda tawa.

"Sudahlah Imaz. Mereka pasti datang," kata Jesselyn menenangkan.

"Kalau sampai dia kenapa-kenapa, bagaimana?" Imaz merasa cemas.

"Percayalah, dia akan baik-baik saja."

Mereka tiba di kantor polisi. Meminta izin pada petugas polisi untuk memanggilkan Imaz di tempat kunjungan. Petugas siap menerima amanahnya. Ia menghampiri Imaz yang sudah tak sabaran menunggu mereka.

Finding My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang