Chapter 5 | Church

4 1 0
                                    

Arsel Harold Carolus POV

Aku meminta Carlos untuk mengantarku ke gereja, aku ingin menemui Tuhan dan meminta berkatnya. Tidak lama lagi aku akan menikah, aku juga ingin menceritakan kebahagiaanku pada pastur yang sudah kukenal semenjak aku masih remaja. Dengan langkah lebar, aku memasuki gereja. Tersenyum pada semua orang yang berpapasan denganku dipintu masuk dan hendak duduk di kursi untuk mulai berdoa. Aku juga duduk dikursiku, menyatukan kedua tangan saat pastur mulai membaca doa. Ibadah kami berlangsung dengan khidmat, saat aku mengedarkan pandanganku. Sepasang kekasih yang saling menggenggam erat satu sama lain menarik perhatianku.

Aku kembali menatap sang pastur saat ia menyelesaikan ucapannya, seorang biarawati membawa banyak buku berwarna hitam bersama biarawati lainnya, mereka kemudian membagikan kitab kecil dengan tanda salib disampulnya itu pada semua orang disana. Setelah itu, beberapa orang mulai meninggalkan gereja, sementara aku masih duduk dikursiku karena ingin menemui pastur tanpa ada orang lain yang akan mengganggu percakapan kami. Tapi aku sangat terkejut melihat sepasang kekasih yang tadi ternyata calon istriku bersama dengan kekasihnya, mereka berdua berjalan tepat disampingku.

Aku tau pria itu karena hubungan mereka berdua selalu diliput oleh media. Hanya saja aku lupa namanya, dan aku tidak perduli pada pria itu. Tatapan mataku hanya tertuju ke wanitaku, tapi sepertinya dia tidak melihatku. Flash kamera para wartawan itu mulai berebut untuk memotret keduanya, aku bahkan tidak menyadari sejak kapan para pengawal milikku berdatangan untuk menutupiku dari kerumunan wartawan yang mencoba mengambil gambar. Tatapanku tidak bisa lepas dari pintu gereja, meskipun mereka berdua sudah pergi. Sejujurnya ada sesuatu yang aneh kurasakan saat melihat mereka berdua bersama. Biar kutegaskan. Aku tidak cemburu! Aku hanya tidak suka melihat mereka selalu bersama. Hanya itu.

Arsel Harold Carolus POV end

Pastur berumur limapuluh tiga tahun itu masih menatap bingung kejadian tadi, dia mengedarkan pandangannya dan melihat seorang pria yang ia kenali. Ia tersenyum tulus, dan berjalan perlahan kearah pria yang masih duduk menatap pintu gereja itu.

"Arsel! Is that you?" Tanya Pastur itu dengan suara yang sedikit ditinggikan, saat pria yang dipanggil itu menoleh seketika ia terkekeh pelan dan semakin mempercepat langkahnya. Arsel menyambut ramah pria dihadapannya dengan senyuman.

"Morning Bapa Matius." Arsel menjabat tangan Matius, sang pastur yang selalu ia jadikan sebagai orang untuk berbagi cerita. Selain buku usang yang ada dikamarnya. Ia juga membagikan sedikit cerita pada orang dihadapannya ini.

Matius tertawa pelan sambil menepuk bahu Arsel, kerutan diwajahnya sampai terlihat saat pastur itu tertawa. Pria tampan itu terkekeh kecil melihat reaksi sang pastur.

"Sudah lama sekali kita tidak bertemu, dimana kau ibadah selama ini little Carolus hm? Aku merindukanmu anakku." Arsel tersenyum mendengar kalimat terakhir Matius. "Aku mengurus bisnis peninggalan ayahku, Bapa. Dan gereja ini sedikit jauh dari kota, jadi aku hanya beribadah di gereja dekat tempat tinggalku."

Matius mengangguk dan tersenyum bangga, ia kemudian mengusap pelan kepala Arsel. "Aku mengerti, kau seperti mendiang ibumu. Ia juga sangat taat beribadah, meskipun dia sibuk." Arsel mengangguk dan dengan sopan ia meminta izin untuk pulang karena masih ada hal penting yang harus ia urus. "Tidak apa-apa, pulanglah. Tuhan memberkatimu." 

                          ××××

Arsel memejamkan matanya selama diperjalanan pulang, dia sesekali menghela nafas kasar. Ponselnya berdering, ia mencoba mengatur nafasnya dan memperbaiki mood nya kembali. Ia menatap layar ponselnya dengan raut wajah datar, nomor penelepon itu tidak ada dalam kontaknya. Arsel mengabaikan panggilan itu, dia kembali menyimpan ponselnya disamping. Baru saja ia memejamkan matanya, ponselnya kembali berdering. Arsel mendecakkan bibirnya kesal lalu menggeser kekiri layar ponselnya, ia menolak panggilan itu. Namun, sesaat dia hendak memejamkan matanya ponselnya kembali berdering dalam lima detik menandakan pesan masuk. Hal itu sukses membuat Arsel semakin kesal, ia mengambil ponselnya dan mengecek pesan itu, nomor yang sama. Pesan itu dan nomor tadi ternyata milik Sarah, wanita yang beberapa menit lalu dia liat di gereja. Arsel menyernyitkan keningnya, wanita itu memintanya untuk bertemu pukul tiga sore nanti di sebuah restoran. Tanpa banyak berpikir ia mengiyakan hal itu. 

Untuk pertama kalinya dalam empat bulan ini Sarah dan Nickholas, kekasihnya bertemu. Mereka berdua memutuskan untuk pergi ke gereja, ia berniat mengatakan secara langsung pada Nickholas tentang perjodohannya dengan rekan bisnis ayahnya. Karena itu mereka bertemu sekarang. Setelah beribadah, hal yang tanpa mereka duga adalah sekumpulan para paparazzi yang telah mengikuti mereka sejak keluar dari apartemennya. Dengan sigap pengawal milik NIckholas bergerak menutupi mereka berdua meskipun para wartawan itu tetap bisa mengambil gambar mereka. 

"Sialan! Padahal kita sudah pergi ke gereja yang lumayan jauh dari pusat kota, tapi masih saja mereka mengikuti kita. Sepertinya aku harus menarik beberapa sahamku disalah satu perusahaan entertainment tempat mereka bekerja." Dengan wajah kesal Nickholas mengatakan itu.

Karena tidak mendapat respon apapun dari kekasihnya, ia menoleh menatap wajah Sarah yang terlihat sedikit muram. "Apa kau tidak apa-apa?" Suara lembut itu menyadarkan Sarah dari lamunannya, ia seketika tersenyum menatap wajah Nickholas yang tampak khawatir. Lalu memikirkan tentang hal yang harus mereka bicarakan. 

"Aku tidak apa-apa, kau fokus saja menyetir." Ucap Sarah sambil tersenyum dan menggenggam tangan Nickholas, sementara satu tangan pria itu memegang stir. Nickholas tersenyum simpul, dia mengeratkan genggaman tangannya. Sementara Sarah terus memikirkan bagaimana reaksi pria ini saat ia memberitahu rencana perjodohan yang dilakukan oleh ayahnya, bagaimana hubungan mereka berdua setelah itu. Sarah tidak mau meninggalkan pria yang sudah menemaninya dari ia masih menjadi mahasiswa sampai sekarang ia sudah sukses dan menjadi supermodel terkenal. Tapi, dia juga tidak mau mendapat kebencian dan kekecewaaan dari pria disampingnya ini. Dia benar-benar tidak bisa. 'Tuhan, pria ini sangat berharga bagiku. Tapi aku juga.., argh!' Sarah menatap NIckholas dengan raut bersalah, ia menggelengkan kepalanya, saat ini ada banyak hal yang ia pikirkan.

"Nick..." NIck berdehem lalu menoleh sekilas saat wanita disampingnya memanggilnya, sementara Sarah menatap lurus jalanan didepan. Sekali lagi kekasihnya itu tidak memberi respon apapun, Nickholas memahami Sarah. Ia pikir karena kejadian di gereja tadi, mungkin membuat wanita ini kesal karena itu dia memberinya sedikit waktu. Setelah beberapa menit, masih tidak mengatakan apapun akhirnya Nickholas yang berbicara.

"Ada apa?" Nickholas dapat melihat dari ujung matanya wanita itu tampak ragu, terlihat dari ekspresi wajah dan gerakan mulutnya yang terbuka lalu menutup kembali. Entah apa yang ingin dia ucapkan. NIckholas terkekeh pelan dan mengusap telapak tangan Sarah yang ada di genggamannya. "Ada apa hm? Kau terlihat sangat gelisah. Katakan saja aku tidak akan marah, ayo katakan." Ia menunggu Sarah berbicara, namun wanita itu masih bungkam.

"Berjanjilah padaku kau tidak akan membenciku saat aku memberitahumu." Sarah akhirnya berbicara, namun perkataan wanita itu membuat Nickholas menaikkan satu keningnya. "Aku janji." Dia melirik wajah Sarah sejenak.

"Kau ingin mengatakan padaku.., kalau kau selingkuh begitu? Karena itu kau menyuruhku untuk tidak membencimu." Sarah membuka mulutnya tidak percaya, bisa-bisanya pria itu mengatakan lelucon seperti itu padahal saat ini dia sangat serius. Melihat ekspresi wajah Sarah yang terlihat konyol membuat Nickholas tertawa. Dia suka membuat wanita ini kesal.   

          _____ To be continued _____

                                              • Date write  
                                                   07.08.2021•
                                                     • Time
                                                   04:25 PM •

✍Written by✍
Svkamsr                                

     •••••| 🥰 Thanks for read 🧡 |•••••

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suffering | Carolus & Wilvert storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang