Bab 3

122 40 18
                                    

Valerian dan Saga sedang menyantap burger pesanan mereka yang tempatnya tidak jauh dari toko barang bekas yang mereka datangi tadi. Valerian memesan cheese burger dan Saga memesan beef burger. Tidak lupa, mereka memesan cola untuk minum mereka.

"Lo emang sering ngebaperin orang atau gimana?" Valerian membuka pembicaraan. Saga melotot mendengar pertanyaan Valerian. Saga mengangkat tangannya dan menoyor Valerian. "Cara lo nolongin orang itu loh, Ga. Beda."

"Lo baper sama gue atau gimana, Le?" Saga tertawa. "Gue emang charming, sih."

"Ih, pede banget!" gantian, kini Valerian menoyor kepala Saga sambil tertawa. "Eh, tapi gue penasaran, deh. Lo secara fisik, cakep banget, kan. Kok jomblo? Kayak unbelievable."

Saga tersenyum miring, "Lo suka, ya, sama gue?"

Valerian memberi Saga sebuah pukulan kencang di lengannya, "Nanya doang. Lo ganteng, tapi jomblo."

"Lo bisa diem, gak?" tanya Saga. Dengan bibir cemberut Saga melanjutkan perkataannya, "Omongan lo mirip banget sama mantan gebetan gue, tau gak? Please, gue mau move on!"

Valerian membulatkan matanya tidak percaya, lalu tersenyum menggoda Saga, "Wah, siapa nih?"

Saga menyeruput colanya, "Anak Univ Neo, kok."

Valerian memelas ingin tahu siapa mantan gebetan Saga itu. Mereka satu regu dalam studio perancangan dua kali, namun Valerian tidak banyak tahu soal Saga. Mereka hanya dekat saat mengerjakan tugas, mereka tidak pernah mengobrol tentang urusan pribadi. Mengingat mereka berdua bukanlah orang yang terbuka.

Saga menatap datar Valerian dan menjawab, "Kepo."

#

"Eh, Le, ini Amarsa minta dijemput," ujar Saga sambil memainkan ponselnya. Valerian sedang menyetir di sebelahnya. "Katanya, bannya bocor."

Valerian menghela nafasnya gusar, "Kalian kalau jalan lewat mana, sih? Ban bocornya bisa barengan dalam satu hari."

"Deket kampus," jawab Saga. "Gak jauh dari situ ada tambal ban."

Valerian mengerutkan dahinya sambil memutar setirnya untuk belok. "Tambal bannya gak laku, kali. Sampai taruh paku di deketnya."

"Ih, nuduh! Gak boleh gitu."

"Ga, tanya ke Amarsa, nebeng balik atau nugas?"

"Nugas, katanya."

"Suruh bawa speaker," ujar Valerian sambil menginjak rem karena mereka terjebak macet. "Bilang juga, macet."

Saga menyodorkan ponselnya pada Valerian dan memekik, "Lo aja, dah, yang ngetik!"

Valerian memicingkan matanya pada Saga. Saga bergidik ngeri, "Maaf, kanjeng ratu, iya, udah gue sampein."

"Bagus."

"Amarsa ngelunjak," Valerian mengerutkan dahinya. "Dia minta dibeliin burger, Le."

"Telfon," perinta Valerian pada Saga untuk menelepon Amarsa. Amarsa mengangkatnya. Belum juga Amarsa menyambut panggilang tersebut, Valerian langsung berkata, "Lo udah minta nebeng, sekarang minta dibeliin makan. Beli sendiri!"

Amarsa memutus telepon tersebut secara sepihak. Amarsa takut temannya ini marah. Biasanya, Valerian tidak segalak ini. Saga pun tidak berani menatap Valerian. Saga memutuskan untuk diam sepanjang jalan.

Saga merasa janggal. Benaknya tiba-tiba saja bertanya untuk apa Valerian meminta Amarsa membawa speaker? Saga ingin bertanya, namun ia tidak yakin Valerian akan menjawabnya dengan kepala dingin.

Perfect EvidenceWhere stories live. Discover now