♡︎ Family pt.2 ♡︎

143 28 0
                                    

"Kau menanam ini sendiri?" tanya Mikasa sambil berjongkok, memetik setangkai dari ratusan mawar putih yang membentang di halaman depan Zeke Jaeger. Kebun yang Carla ceritakan ia tanam dan rawat sendiri.

Eren sungguh mengenalkannya pada sang kakak yang terisolasi di bagian selatan Mansion Jaeger. Zeke orang yang ramah, adalah kesan pertama Mikasa tentangnya.

Tidak lama kemudian seorang wanita datang disusul seorang pria-yang sangat mirip dengan suaminya. Orang tua Eren, mertua Mikasa.

"Ya," balas Carla. Ia yang mengajak Mikasa keluar. "Aku memulainya sejak Eren belum lahir. Zeke sangat menyukainya dan ingin tinggal dekat dengan kebun ini."

"Ini indah sekali."

Sementara kedua wanita itu menikmati waktu mereka, Eren mengawasi dari salah satu jendela di lantai dua rumah Zeke. Ayahnya tepat di belakangnya, sedangkan sang kakak di dekat rak buku tampak enggan membelanya seperti biasa.

"Kau dikirim untuk berperang malah menikahi putri negeri lain," komentar Grisha terdengar menyengat di telinga Eren, meski niat sang ayah sama sekali bukan demikian. Dia ikut menatap istri dan menantunya di kebun. "Putri Kedua Kekaisaran Hizuru, negara musuh yang sudah kau taklukkan."

"Aku jatuh cinta."

"Enteng sekali kau mengatakan itu pada gadis yang tidak kau kenal!?" Zeke tiba-tiba berteriak dari tempatnya.

"Diam kau, bujangan tua!" desis Eren sengit.

"Eren," Grisha menepuk pundaknya, "aku tidak masalah dengan siapa kau menikah. Tapi apa kau lupa? Sepupumu?"

Eren melihat ke lantai dengan ekspresi getir.

"Putri mahkota menginginkan kau menikahi sepupumu." Sang ayah menegaskan.

"Aku tidak mengatakan apapun soal itu."

"Dan beliau mengira diammu berarti 'iya'."

"Jika dia bisa berpikir, maka dia tidak akan berasumsi semudah itu!"

"Eren-"

"Ayah," Zeke menginterupsi, "aku akan bicara pada Frieda-atau Historia langsung. Mereka akan mendengarkan dan mengerti, percayakan saja padaku."

Zeke mengembalikan tatapan pada sang adik. "Kau juga. Kalau kau mencintainya, jaga dia. Kau sudah hancurkan negaranya jangan pula kau hancurkan hatinya."

"Nasihat itu keluar dari seorang bujangan... tapi, terima kasih. Akan kusimpan."

Zeke mendesis, hampir saja melempar buku di tangannya ke wajah sang adik.

"Tapi, sungguh. Eren, kau harus menjaganya. Putri mahkota tidak gila, bukan berarti dia tidak bisa bertindak di luar nalar."

"Aku mengerti, ayah. Aku janji akan menjaganya."

Eren kembali ke kebun. Mereka berdua masih di sana, asyik membicarakan sesuatu yang tidak mungkin sampai ke telinga para pria itu.

Aku, sungguh akan menjaganya.

••✺••

Judulnya saya ganti sekalian awokawokawok 🗿

Ini pemikiran sejak lama bahkan sebelum dipisah dari Cafuné. Gak sreg rasanya, karena Leannan awalnya tidak direncanakan seperti ini.

Selamat malam, dan semoga mimpi indah (dan ya, ini agak kilat jadi maaf untuk ketidakjelasannya).

VernorexiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang