7 - Her True Feelings

34 10 19
                                    

Kara merebahkan tubuhnya di kasur. Dia ingin sekali memejamkan matanya, tetapi pesan dari Fabian yang belum dibalasnya membuatnya tetap terjaga. Gadis itu kembali mengingat kalimat yang diucapkan Rilo tadi sebelum dia turun dari mobil.

"Mengenai Fabian, kalau lo juga tertarik sama dia, atau setidaknya lo merasa dia tidak mengganggu lo, gak ada salahnya lo mengiyakan ajakan itu. Tapi, kalau lo gak nyaman, lo bisa tolak kok Kar. Gak usah takut hubungan lo dengan seorang manajer akan jadi buruk dan akan berdampak di kantor. Lo gak usah goyah kalau nanti dia bilang 'kok lo sombong, gue ngajak murni profesional sesama rekan kerja' atau semacamnya. Bullshit. Omong kosong kalau dia beralasan itu untuk urusan kerja, dia jelas mau ngedeketin lo. Namun, kalau bener sampe Fabian itu mempermasalahkan penolakan lo, he's a douchebag. Lo tenang aja. Gue yang akan temuin dia."

Kara memikirkan baik-baik ucapan Rilo itu. Apakah Kara tertarik dengan pria bernama Fabian Adhitama itu? Kara tidak yakin. Fabian memang cukup tampan. Fitur wajahnya mirip dengan pria Eropa yang memiliki garis rahang yang tegas. Tatapan matanya yang dalam saat menatap Kara terkadang membuat gadis itu salah tingkah. Awalnya Kara merasa segan dengan pria itu, tetapi senyuman dan sikapnya tadi berhasil merubah kesan pertama Kara terhadapnya.

Namun, apakah Kara tertarik secara romantis kepada Fabian?

Kara lebih tidak yakin. Karena untuk Kara, wajah yang tampan saja tidak cukup. Pertemuan-pertemuan mereka yang singkat itu belum bisa membuat Kara memiliki perasaan lebih kepada Fabian, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang Kara merasa berdebar saat ditatap pria itu. Mungkin, semua wanita yang ditatap dengan dalam oleh pria seperti Fabian juga akan merasakan apa yang Kara rasakan. Namun, rasanya tidak mungkin Kara bisa tertarik kepada dua pria dalam waktu yang bersamaan. Ya kan?

Karena saat ini, hati Kara masih ditempati oleh Rilo. Ya, Rilo Prawiradilaga. Teman baiknya yang diam-diam Kara sukai. Kara tidak tahu perasaannya ini mulai tumbuh sejak kapan. Awalnya hanya rasa kagum yang harus dipendamnya karena pria ini adalah pria paling populer sejak awal mereka masuk di kantor Future.Ai ini. Kara tentu saja tidak mau dianggap sebagai saingan wanita-wanita di kantornya. Namun, masa-masa pelatihan membuat mereka sering bersama dan banyak berbincang. Kara tidak seperti wanita-wanita lain di kantor yang memberikan Rilo perhatian berlebih. Sementara, Rilo tidak segan-segan mengingatkan – bahkan mengomeli – Kara untuk menjadi sedikit egois demi dirinya sendiri. Kara tidak pernah menduga, bahwa orang seperti Rilo lah yang dia butuhkan selama ini.

Kara bisa bercerita banyak hal kepada Rilo. Kara bisa mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya, Kara bisa mengungkapkan keinginannya, bahkan Kara bisa menyanggah Rilo jika mereka sedang berdiskusi mengenai satu hal. Satu hal yang tidak pernah bisa Kara lakukan kepada orang lain. Tentu saja, hanya mengenai perasaannya yang masih ditutupi rapat-rapat oleh Kara.

Kara sudah berusaha keras untuk menghilangkan perasaannya itu. Dia tidak mau beresiko kehilangan teman baiknya. Awalnya Kara berpikir bahwa perasaannya ini akan hilang perlahan-lahan dengan sendirinya. Namun, semakin mengenal Rilo, semakin kuat perasaan di hati Kara. Kara mengagumi semua prinsip-prinsip Rilo, apalagi rasa sayang Rilo kepada kedua orangtuanya. Kara tidak pernah bosan berbicang dengan Rilo, dari topik yang ringan sampai diskusi mengenai urusan pekerjaan. Kara jatuh cinta pada setiap perhatian yang Rilo berikan padanya, perhatian yang selama ini tidak Rilo berikan kepada wanita lain. Dan kini, Kara merasakan rasa sakit yang tidak pernah Kara rasakan sebelumnya.

Ya, Kara cemburu. Rasanya sakit mendengar Rilo bercerita mengenai apa yang disukainya dari Sierra dan melihat tatapan Rilo yang tidak pernah lepas dari gadis itu. Atau ketika Sierra terlihat sangat sumringah ketika Kara memberitahukannya bahwa Rilo meminta nomornya dan mengajaknya makan siang. Kara yakin, Sierra juga tertarik dengan Rilo.

Please Say NoWhere stories live. Discover now