bagian 10 - hubungan suami-istri

76 13 1
                                    

Welcome back and happy reading.








🌙











Gua kebangun sama alarm pagi ini.

"Mas, udah jam empat. Mandi dulu, udah mau subuh." Gua nepuk-nepuk pelan pipi Mas Kun, karena dia tipe yang nggak susah dibangunin sampe perlu dipukul ditendang dijambak dan direnggut nyawanya.

Ya walaupun nggak sampai ke 'tahap itu', rasanya tetep aja kayak bersalah gitu kalau nggak mandi besar dulu.

"Kamu dulu, Mas dulu atau mau bareng?" tanya Mas Kun dengan suara serak khas orang baru bangun.

"Mas dulu aja deh, aku mau masak nasi dulu sama beberes."

Setelah tiga bulan menikah sama Mas Kun, kebiasaan-kebiasaan gua di rumah banyak berubah. Sekarang tiap pagi gua juga makan nasi sama Mas Kun. Tiap pagi gua juga masak walaupun bukan makanan yang heboh-heboh amat. Tapi Mas Kun sangat mengapresiasi masakan gua.

"Handuk kamu mau diambilin sekalian?" tanya Mas Kun dari balkon.

"Iya Mas, tolong," jawab gua sambil nyuci beras.

"Nanti cucian piringnya tinggalin aja biar Mas yang nyuci. Baju kotor juga tinggalin aja. Nanti kamu repot berangkat kuliah beberes segala macem dulu. Kalau nggak sempet, tinggalin aja. Oke?"

"Mas ini hari Sabtu loh. Aku nggak kuliah."

"Oh iya." Mas Kun nyengir, "tapi nanti cucian biar Mas yang ngurus. Oke sayang?"

"Oke, sayang."

Mas Kun ketawa pelan sebelum masuk kamar mandi.

















🌙

















"Makan siang nanti mau makan apa, Mas? Mau masak apa beli?"

"Makan di luar aja yuk. Sekalian ngedate biar sekalian keluar, Mas mau liat studio soalnya. Kata Joya, perlengkapan studio udah dateng."

"Boleh-boleh. Oh iya, Mas."

"Kenapa, Sayang?"

"Soal itu...."

"Itu apa?"

"Kita yang belum pernah itu.... Bisa diperiksain nggak sih? Aku takut ada kelainan."

Mas Kun ngusap kepala gua, "Itu tuh karena Dyra belum siap. Nggak ada apa-apa. Tapi kalau emang Dyra mau periksa, kita ke dokter. Mas mau liat jadwal dokternya dulu ya."

"Iya."

"Nggak bakal ada apa-apa." Mas Kun ngecup kepala gua cukup lama.

Kebetulan hari ini ada dokter kandungan yang lagi praktek. Jadi gua sama Mas Kun langsung berangkat aja karena rumah sakitnya lumayan jauh dari apartemen dan takut nggak kebagian slot.

Sampai di rumah sakit dan selesai daftar, gua baru bisa napas lega. Untung masih kebagian, walaupun jadi pasien terakhir yang artinya antrean sebelum gua bakal panjang banget.

Semua yang antre sebelum gua itu ibu hamil yang rata-rata ditemanin sama suaminya. Ada beberapa yang juga bawa anaknya.

"Tante, di sini ada dedeknya?" Seorang anak kecil nyamperin gua dan Mas Kun. "Kok perutnya kecil? Bunda aku perutnya besar tuh, ada adiknya aku, katanya."

Mas Kun Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin