-22-

357 128 26
                                    

Sekarang Renjun tahu mengapa tidak ada satupun siswa-siswi yang berani mengusik Milenka. Karena jika hari ini kamu membuat dia kesulitan, maka esok dan seterusnya gadis itu akan membalas berkali-kali lipat. Memang sejatinya Milenka seorang pendendam, bar-bar, kasar, jahat, licik, tengil dan sedikit gila.

"Lo nggak bilang 'kan ke Kak Jaemin kalo gue yang dansa sama dia di party time?" tanyanya menatap Renjun tajam dengan posisi menahan Renjun di dinding belakang sekolah. Tangan kanan Milenka diletakan disebelah kepala Renjun, sementara tangan kirinya memegang pinggul Renjun tak sopan.

"Gue nggak suka gosip," balas Renjun seraya berusaha menyingkirkan tangan Milenka dari pinggulnya. Sial! Renjun benar-benar tidak menyukai keadaan ini. Dia menyesal menerima ajakan Jisung ke belakang—katanya diminta kepala sekolah mengecek peralatan terbengkalai di gudang—yang malah berakhir dalam tekanan Milenka.

"Bagus deh, karna kalo sampe Kak Jaemin tau terus rencana gue jadi kacau balau, elo yang bakal gue kawinin." Kalimat sarat akan ancaman Milenka membuat Renjun bergidik ngeri, terlebih Milenka berbisik ditelinga.

"Stres lo!" umpat Renjun kesal setengah mati. Hanya gara-gara kemarin dia mengganggu Milenka ketika gadis itu hendak mendekati Jaemin, sepertinya Milenka jadi melupakan jasa Renjun yang melindunginya selama dalam bis juga mentraktir sarapan sebelum masuk taman.

"Anjir, baru tau?" Milenka terkekeh, ekspresinya terlihat begitu mengerikan di mata Renjun.

"Lo beneran suka Jaemin?"

Tangan yang semula bertengger manis dipinggul Renjun berganti menyentuh tiap inci wajah lelaki berparas ganteng cenderung cantik tersebut. "Bukannya udah jelas, ya?"

Renjun menahan napas sesaat kala jari telunjuk Milenka mengangkat dagunya, lalu wajah dengan garis tegas itu mendekat. For god's sake! Siapa sebenarnya yang lelaki di sini?!

"Mi–minggir lo, Milenka!" Lihatlah betapa setannya Milenka yang tertawa melihat reaksi risih, kesal dan gugup Renjun.

"Oke-oke." Milenka mundur dua langkah, lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celana trainingnya. "Buat Kak Renjun, karna Kakak udah tutup mulut."

Benda bulat kecil berwarna hitam diletakan di telapak tangan Renjun. "Apaan?"

"Petasan elit gak perlu pake api, kalo sumbunya ditarik bakal meledak setelah beberapa menit," perjelas Milenka sembari tersenyum manis yang entah kenapa terasa janggal bagi Renjun.

"Sumbunya mana?" tanya Renjun menyadari kalau petasan berbentuk bom seukuran kelereng itu tidak memiliki sumbu.

"Udah gue tarik." Jawaban tanpa beban dari Milenka membuat Renjun naik darah seketika.

Dengan kecepatan kilat Renjun membuang petasan ditangannya ke halaman belakang sekolah, kemudian menutup telinga rapat-rapat. Namun, hingga hitungan kesekian menit tidak ada bunyi ledakan sama sekali.

"Kok gak meledak?"

"Soalnya cuma petasan mainan, hahaha."

Renjun mendelik jengkel dengan wajah merah karena emosi. Beraninya Milenka mempermainkan Renjun terus-terusan!

"Sialan lo, dasar tol—"

Duar! Perkataan Renjun terpotong oleh suara ledakan yang berasal dari benda yang tadi ia buang. Tidak terlalu keras, tapi cukup mengagetkan.

"Berarti ke tuker sama petasan yang asli," ucap Milenka enteng dengan cengiran santai, perilakunya sungguh membuat Renjun sampai kehilangan kata-kata.

Setelah kesadaran Renjun mulai terpupuk kembali, Milenka diam-diam melarikan diri. Selain jago akting dan pintar menipu orang, Milenka juga pandai membaca situasi, dia tahu jelas kalau—sesudah petasan—Renjunlah yang berikutnya akan meledak.

"MILENKA BANGSAT, BERHENTI DI SITU LO TITISAN KERA SAKTI!" Nah 'kan benar. Milenka jadi bangga bisa menebak tepat mengenai sasaran.

Di pagi yang indah itu terjadilah adegan kejar-kejaran antara ketua osis teladan (dihadapan guru) dengan siswi paling bandel seantero sekolah.

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[END] Tikung || Njm VS HrjWhere stories live. Discover now