#1 Seperti Biasa

1.8K 63 21
                                    

"Saya udah bilang kalo abis pake alat dapur ya taro di tempatnya lagi, harus berapa kali saya kasih tau?"

Kepalanya tertunduk,
Seperti biasa sebagai rasa hormatnya terhadap seorang santri kepada sang Ustadz/Ustadzah ataupun yang lain yang lebih tua darinya.

"Maaf Ustadz, tadi Dianna─"

"Tapi kamu yang pake, cepet beresin"

Kepalanya kian tertunduk,
Pun dengan santriwati lainnya yang masih tidak beranjak dari sana. Berbeda dengan seorang gadis yang merupakan adik dari Ustadz tersebut yang menatap sang Ustadz dengan bibir yang mencibik tidak suka.

"Na'am Ustadz.."

Kakinya melangkah mundur kala sang Ustadz mulai melangkah, beranjak pergi untuk segera kembali mengajar.

Sang adik mendekat,
Tertawa geli terlihat kala melihat wajah Alara yang terlihat takut sekaligus sebal. Hal apapun itu, yang mendapat teguran selalu saja dirinya. Alara sendiripun tidak mengerti mengapa bisa seperti itu.

"Seneng kan? Akang kamu tuh"

Gelak tawanya kian terdengar,
Berbeda dengan Alara yang beranjak merapihkan beberapa alat dapur yang masih tergeletak tidak berada pada tempatnya.

"Mau aku bilangin?"

"Ish jangan! Akunya cape kena tegur terus"

"Lagian.."

"Tapi kan tadi pancinya Dianna yang pake, bukan aku"

"Sama aja, kamu berdua kok yang pake"

"Tuh.. kamu mah sama kayak Ustadz Imran"

"Kan aku adeknya.."

"Iya, ngeselin"

"Eh bilang apa? Aku denger lho─ AKANG ALARA TADI BILANG─"

"Astaghfirullahal'azim! Udah Ya Allah, engga, maafin Alara! Udah ah, aku cape"

"Mangkanya.."

Tawa Salwa kembali terdengar,
Membiarkan Alara yang mulai membereskan beberapa Alat dapur disana.


































































































──

Alara Batrisyia Ghufran adalah seorang gadis yang sudah menetap lama dipondok. Diusianya yang sudah memasuki tahan pendewasaan membuat gadis itu dapat bertumbuh menjadi gadis yang mandiri.

Ini tahun ajarannya yang terakhir, ia hanya mengikuti beberapa kegiatan yang tidak begitu aktif seperti waktu ia SMA sebelumnya.

Walau tanggung jawabnya kini sudah lebih besar. Namun Alara senang akan hal itu.

"Kamu telat, Dianna cepet masuk"

Gadis yang semua bersamanya masuk lebih dulu, dengan kepala yang tertunduk ia berjalan begitu saja meninggalkan Alara yang mengerutkan keningnya disana.

"Tapi Dianna juga─"

"Saya tadi minta Dianna balik lagi buat ambil Kitab saya yang ketinggalan, kamu telat karena apa? Engga ada alesan, tunggu disini sampe kajian selesai"

"Tapi Ustadz─"

"Kamu ngebantah?"

Kepalanya tertunduk,
Menggeleng kecil dengan tubuh yang perlahan mundur. Tidak berani walau hanya untuk membuka suara lagi kala suara itu terdengar lembut namun dengan penekanan.

GATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang