Pergi?

66 11 0
                                    

Seorang gadis bergaun biru panjang dengan kerah bundar bertangan pendek tengah berjalan, gaun itu dihiasi mutiara-mutiara kecil yang bertabur di sepanjang rok nya, membuatnya terlihat seperti laut Guribis yang biru dan bertabur kerang mutiara.

"Apa kelasnya benar-benar selesai?" tanya nya pada gadis bergaun ungu disampingnya.

"Iya, Nona. Kelas yang harus anda ikuti hanya berjangka 3 bulan, setelah itu anda tidak perlu mengikuti kelas lagi", sahut wanita bersurai hitam legam itu.

"Yah, kalau tidak ada kelas, lalu apa yang harus kulakukan? pasti sangat membosankan" keluh nya setelah mendengar penjelasan Hera.

"Anda bisa beristirahat, makan atau mungkin berjalan-jalan" balas Lia, ya Lia masih hidup, saat kejadian itu ia berhasil selamat dengan bantuan seorang pria yang membawanya saat perhatian para pemberontak fokus pada Rhea.

'Itu lebih terdengar seperti beban bagi Altara, memangnya aku kerbau? bahkan kerbau pun punya banyak pekerjaan.' Rhea menghembuskan nafas nya bimbang.

"Pekerjaan...benar pekerjaan, Hera dimana Tar- Yang mulia?." Rhea menoleh cepat pada gadis yang berdiri dibelakangnya itu.

"Yang mulia ada di ruang utama di istana Recylis, Nona," sahut Hera.

Rhea mengingat-ingat ruang utama di istana Recylis, ruangan mewah yang berisi singgasana Edies.

"Ayo kesana," ucapnya sambil berjalan dengan cepat bahkan sepertinya gadis itu setengah berlari.

......

Bangunan kokoh yang berdiri sebagai pusat bagunan lainnya itu menunjukan wujudnya setelah beberapa lama Rhea berlari.

Alasan kenapa Rhea selalu berlari adalah karena luas tempat ini, jika ia berjalan, pasti akan memakan waktu yang lama.

'Salahkan tempat ini yang terlalu luas,' batin nya.

Rhea dan para pelayannya teelah sampai di hadapan pintu berwarna hitam yang menjulang tinggi dan dijaga oleh dua pengawal dihadapan nya.

Rhea berdiri di hadapan pengawal itu, dadanya terlihat naik turun, gadis itu masih mengatur nafasnya dengan susah payah.

"Oh, Ksatria Rion!" Rhea menyapa salah satu pengawal itu, gadis itu ingat dengan jelas, Rion adalah pria yang menemaninya ke perpustakaan saat Felix dan Hannes ditugaskan untuk pergi ke Utara.

"Salam, Nona," sahutnya, pria bernetra merah darah itu tersenyum menatap Nona yang pernah ia kawal itu.

"Apa Yang Mulia ada di dalam?"

"Iya, Nona. Tap-," kata-kata Rion terpotong, salahkan ia yang terlalu lambat mengatakan jika tengah ada rapat di aula utama dan Rhea tidak boleh membuka pintunya.

Kriett

"Tar-." Suara Rhea yang bergema ke seluruh ruangan membuat perbincangan di ruangan itu terhenti, semua orang mengalihkan pandangannya ke ambang pintu, tempat suara itu berasal. Bahkan Altara yang duduk di singgasana nya sambil menyanggah kepala dengan kepalan tangan kirinya, mengangkat kepalanya setelah mendengar suara itu.

Rhea menundukan kepalanya singkat, lalu menutup pintu nya lagi.

"Hahh, apa-apaan itu?. Kenapa kau tidak mengatakan kalau mereka tengah rapat, ksatria Rion?," ucap Rhea kalut, ia baru saja mengganggu rapat penting Edies.

"Nona," seru Hera, Lia dan para pelayan yang baru sampai.

"Hera, menurut mu apa yang akan terjadi jika seseorang mengganggu rapat penting Edies tanpa alasan yang jelas dan tidak penting?"

 DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang