26.) Santai, kak

140 17 1
                                    

Dua minggu berakhir, sekolah sudah mulai kembali. Agak berdebu buku-buku pelajarannya, karena tidak sedikit pun disentuh dan dibuka apalagi dibaca.

Wajah-wajah mereka tampak sedih, murung, lain dengan Cynta, dari masuk ke gerbang hingga ke kelas tidak ada henti-hentinya memperlihatkan senyumnya.

"Senyam-senyum aje, kan lo jomblo, apa yang harus disenyumin?" ucap salah satu sahabat Cynta, yang sangat amat-amat frontal. Shandra.

"Shan, ini hari pertama masuk sekolah lagi lho! jangan bikin gak mood bisa gak?"

"Ya lagi aneh, kan lo jomblo. J O M B L O," kata Shandra, dengan menekan dan mengeja kata-kata jomblo.

"Sutttt, jangan berisik." Cynta memakai earphonenya, malas mendengar omongan Shandra yang sama kali, nggak disaring dulu.

Ada saja yang rese. Senja tiba-tiba menarik earphone nya Cynta dengan sengaja, membuat Cynta ingin menendang Senja, "SENJA! NGAPAIN SIH LO!"

"Masih pagi kok udah nyumpel kuping, pagi-pagi tuh enaknya dengerin kicauan burung," ucap Senja, sambil menarik napasnya dan memejamkan matanya.

"Aneh lo, Nja." Cynta dan Shandra ninggalin Senja yang masih menutup matanya.

Senja membuka matanya perlahan, kedua sahabatnya hilang dari pandangannya, "Ealah asu, ditinggal lagi." Ia segera mencari keberadaan Cynta dan Shandra.

🪵🪵🪵

Tadi pagi Cynta menjadi petugas upacara, bagiannya dalam mengaitkan bendera. Sesudah mengganti pakaian dan kekelas, ia berinisiatif untuk membantu temen-temen lainnya, membereskan pakaian-pakaian dan perlengkapan yang dipakai tadi.

"Ini gak mau dicuci dulu kak? udah kotor-kotor banget," kata Cynta sambil memperlihatkan sarung tangan, yang banyak noda hitamnya.

"Lo mau nyuciin?"

"Ya mau lah, lagi nyuci sarung tangan doang, lagi lo gimana si! gak ada inisiatif banget," tegas Cynta, memasukan sarung tangan kedalam kantong plastik hitam.

"Ya namanya juga laki-laki, maaf deh." Rehan berjalan kearah Cynta, untuk bantu Cynta.

"Yi niminyi jigi liki-liki, miif dih. Basi!" Ledek Cynta, ia langsung berdiri dan meninggalkan Rehan sendiri. Namun, ia balik lagi karena plastiknya ketinggalan.

"Makannya jangan marah-marah terus, ketinggalan kan," ucap Rehan dengan memegang kantong plastik itu.

"Diam. Udah sini kantongnya," pinta Cynta.

"Taro sini aja, tar pulang ambil."

"Tar lupa kak Rehan..."

"Nggak akan lupa Cynta..."

"BODO AH! NYEBELIN LO!" Kali ini Cynta serius meninggalkan Rehan.

"Cynta! tungguin dong." Buru-buru Rehan mengunci pintu ruangan paskib, dan mengejar Cynta.

🪵🪵🪵

"Lo jadi minta maaf sama Cynta?" tanya Alea, menyuapkan cimol ke Vito, seperti inilah Vito, kalau sudah bersama Alea, manjanya kumat.

"Kok lo? ohh gue elo?" Ngambeknya kumat juga.

"Gak sengaja.. yaudah ulang, kamu jadi minta maaf sama Cynta?"

"Jadi."

"Jiakh ngambek, ululululul." Alea mengacak-acak rambut Vito pelan, dengan memasang muka gemas.

"Ada Cynta tuh, samperin gih. Aku tunggu di taman belakang, Oke." Alea segera menuju ke teman belakang.

Vito dengan cepat, menghampiri Cynta yang sedang membawa buku pelajaran, yang akan dipelajari dikelasnya setelah istirahat.

Pacar Virtual (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang