Brian and his Brain

32 8 0
                                    

Suasana ruang tamu tadi mendadak membisu. Masih tercetak jelas raut wajah kepanikan dari sang Mama. Terburu-buru untuk mengambil obat dan membersihkan luka nya.

Setelah celana yang dikenakan Berlin diganti oleh boxer milik Brian sang Mama menangis, belum cukup tega untuk melihat luka anaknya. Yang selanjutnya luka itu dibersihkan Papa.

“kamu diapain nak sama ayahmu?” ucap Mama sambil menangis tersedu-sedu dan merangkul dari belakang tubuh Berlin.

Sedangkan Papa dan Brian menutup mulut enggan untuk membuka luka baru meskipun separuh pikirannya membayangkan apa saja kekerasan yang ditorehkan untuk anaknya.

“Berlin kamu minum dulu gih” Brian menawarkan segelas air putih dan langsung diminum oleh Berlin.

“sudah ma aku gapapa”

“ini ga sakit kok beneran ga sakit”

Berlin berucap seraya mengusap lengan Mamanya. Berupaya menenangkan apa yang tidak seharusnya dibuat tenang.

“gimana Mama ga takut Berlin, jawab nak kamu diapain sama ayahmu?”

“udah dong mah Berlin mungkin belum mau cerita” ucap Papa.

“engga pah, Mamah harus tahu kenapa anak Mamah bisa lebam luka parah segininya. Pasti sakit kan sayang? Ayo cerita sama Mama”

“ehmm a-ak aku di....”

“diapain nak?”

“pukul....” ucap Berlin lirih.

“pakai linggis” 

Suara tangis menggema lebih keras di ruang tamu rumah Brian. Tak hanya Mama tapi Papa juga menghentikan membersihkan luka Berlin turut memeluk tubuh Berlin. Brian terdiam. Sibuk memikirkan apa yang seharusnya dilakukan agar Bapak tua Oswald itu mati.

 Sibuk memikirkan apa yang seharusnya dilakukan agar Bapak tua Oswald itu mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari berganti malam sedang tiga orang itu masih setia di rumah Brian tidak berkeinginan untuk pulang.

“ih mama pengen mc flurry deh, grab in dong banyak voucher pumpung kalau di grab” ujar Mama.

“ih aku pengen  burger tauuu tapi gamau burger nya mcd” sahut Brian.

“mah aku pengen jiwa toast deh, Bri aku pesenin dong yang apa itu ada truffle nya” kini Berlin yang menyuarakan pendapatnya.

“udah lah pesenin sana Bri, Papa juga nitip ya ayam nya mcd juga deh apa aja penting ada nasinya”

“hadeh yaudah”

Lama menunggu pesanan mereka akhirnya satu persatu datang dan menyantapnya dengan suasana hening.

Saat makanan mulai habis dan malam mulai menggelap, Mama lebih memilih tidur dirumah Brian namun mendapat penolakan dari Papa dan Berlin.

“tidur disini aja yuk sayang, Papa juga” tawar Mama pada Berlin dan Papa.

“besok ada kerjaan aku mah”

“iya mah Berlin juga mau ke kantor besok”

“yah yaudah deh pulang kita dah anak Mamah” pamit Mama kepada Brian.

“iya hati-hati”

Laju mobil memecah keheningan dengan suara mobil-mobil lainnya. Meskipun sudah larut malam jalanan Kota Malang tidak pernah sepi. Ramai pedagang berjualan di sisi kanan kiri jalan. Berlin yang baru mendapat pemandangan seperti ini terkagum melihat ramainya pembeli.

Saat mereka sudah dekat dengan rumah, jalanan mulai sepi hanya ada pertokoan di samping jalan. Pohon-pohon yang mengelilingi seakan tidak pernah membuat Malang kehilangan dinginnya.

Tanpa mereka sadari sebuah portal berbentuk lingkaran tercipta diantara dedaunan tinggi nya pohon. Sekilas memperlihatkan isi dari portal itu tak jauh pepohonan juga.
















Happy reading and g night❤

JAVA : The AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang