10. Rahasia Ustazah Nisa

20.7K 2K 9
                                    

"Temukan laki laki yang menerima mu tanpa syarat, mencintai mu tanpa rupa dan menyayangi mu tanpa berbuat maksiat."
.

.

.

Happy reading.

Setelah kepergian  sang Ayah, Ima mengungahnya di story Instagram.
Instagram baru. Instagram yang kemarin udah ke-hack, jadi udah di hapus sama orang suruhan Ayahnya.

Caption-nya, -Hati hati Ayah, jangan lupa jaga kesehatan, jangan maksa kerja terus. Kalau udah buruan pulang, sayang ayah❤.-

Setelah itu Ima pulang dengan sang Bunda. Saat di jalan Ima melihat kakek tua yang duduk di depan pohon rindang. Baru kali ini hatinya merasa tecambuk, biasanya ia mengabaikannya.

"Pak tolong berhenti sebentar," pintanya kepada Pak Parjo.

"Ada apa, sayang? Ima mau beli makan?" Tanya sang Bunda.

"Iya Bunda."

"Bunda sama Pak Parjo pulang dulu deh, Ima ada keperluan sebentar," lanjut Ima.

Dengan cepat sang bunda menahannya, "Enggak, enggak boleh, Bunda kawatir."

"Ayolah Bunda, Ima udah gede, bisa kok."

"Pokoknya Bunda gak izinin. Ayo pulang!"

"Yaudah, kalau gitu Ima gak mau mondok lagi... titik!" Ancam Ima dengan menyilangkan tangannya di depan dada.

"Enggak ada alasan lain?" Tanya sang bunda sambil menatap putrinya yang membelakangi nya.

"Enggak Bunda, ayolah, sekali ini aja, ini juga deket dari rumah kok." Pinta Ima

"Okey, tapi ingat kata Ayah, jangan bandel. Apalagi balapan motor liar lagi, habis itu pulang!"

"Siap Bunda, muach." Ima kegirangan, ia mencium pipi Bundanya dan langsung turun dari mobil.

Setelah Bundanya pergi, Ima memasuki toko swalayan. Baru pertama kali ia masuk, biasanya di mal atau matahari. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk bertanya terlebih dulu pada kasur karena tidak paham seluk-beluk tempat ini. Setelah semuanya selesai, Ima mengeluarkan kartu ATM untuk di berikan sebagai tanda pembayaran.

Ima mulai memarkirkan mobil, membagi-bagikan barang-barang yang dibeli.
Dari lima belas orang hanya satu orang yang do'anya yang aku inginkan sekali. "Ini untuk Bapak. Semoga bermanfaat, maaf saya hanya bisa kasih segini, dan ini ada uang untuk kebutuhan lainnya, Bapak terima, ya?"

"Terimakasih banyak, Neng, semoga Eneng mendapatkan jodoh yang terbaik. Semoga kelak menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah, jangan putus asa dalam ujian Neng." Itulah doa yang sangat Ima inginkan

"Ah terima kasih doa nya Pak, insya Allah. Kalau begitu, saya pamit dulu, assalamualaikum." Pamit Ima.

"Wa'alaikumus salam."

Namun, saat akan pergi, mata Ima memandang sosok yang tak asing di mata nya, Ustazah Nisa. Untuk apa ustadzah itu berada di sini? Bukankah tempat ini jauh dari pesantren? Dengan cepat, Ima mengikuti ustadzah tersebut gang memasuki rumah sakit hingga ustadzah ke ruang resepsionis.

"Mbaknya sakit leukimia?" Tanya perawat yang berada di bagian resepsionis dan bisa didengar jelas oleh Ima.

Tiba-tiba Ustazah Nisa kaget melihat Ima di sana. Sedangkan 7ma sendiri mencoba bersikap biasa saja.

"Ima di sini juga? Ngapain?" Tanya Ustadzah.

"Eh Ustadzah, mau periksa juga," jawab Ima berbohong.

"Kok Ustazah di sini? Ada yang sakit?" Tanya Ima berpura-pura tak tahu apa-apa.

Imam Impian (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang