Part 04. Tak Kenal Maka Tak Sayang

165 13 9
                                    

#FestivalMenulis
#FCP
#DayKe-4
#TakKenalMakaTakSayang
#1000kata

Malam itu Irfan pulang dalam kondisi seperti biasa dengan bau alkohol. Liza yang sudah merasa capek dan muak dengan semua kini Ia pun kembali bertekad untuk pergi dari rumah itu. Gadis itu sudah tak punya apa-apa setelah suaminya meninggal, semua asetnya di jual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena Irfan jarang memberinya uang bulanan.

Kali ini Ia pergi kerumah kakak pertamanya di luar kota, karena hanya Dia satu-satunya orang yang menyayanginya. Hanya saja Liza menjauh semenjak Denis menikah dengan Aisyah, sebenarnya itu karena Ia merasa cemburu kakak yang sangat menyayangi dirinya menjadi milik orang lain, begitu dulu gadis itu berfikir.

Ia menempuh perjalanan yang cukup jauh dari sana, butuh waktu lima jam menuju ke tempat kakaknya, perempuan muda itu rupanya sudah mempersiapkan prihal kepergiannya. Beruntung Ia masih menyimpan perhiasan yang di berikan oleh Almarhum suaminya, ternyata firasatnya selama ini benar Ia tak bisa bertahan disana. Liza menitipkan sebuah tas berisi pakaian seminggu yang lalu di rumah tetangga yang menjadi teman curhatnya dan salah satu perhiasan mas kawin dari Ardy pun Ia jual, sehingga pagi itu Ia bisa langsung pergi.

"Mau kemana Kamu?" suara Irfan dari balik tirai kamar mengagetkan Liza.

"Ma-mau ke warung beli beras dan sayuran." jawab Liza yang ketakutan dengan rencananya.

"Nggak usah lama-lama!" perintah Irfan.

"Baik, Mas." Liza berlalu dari hadapan suaminya.

Aliza memang hanya menggunakan baju tidurnya tanpa make up, Ia keluar dengan menggendong anaknya tanpa membawa apa-apa, seperti kesehariannya. Ibu muda itu sesekali menoleh ke belakang memastikan apakah suaminya mengintai dari belakang. Setelah merasa aman Ia menuju ke arah yang berlawanan, menuju rumah Anis.

Rumah Anis tak jauh dari Liza, mereka sesekali bercerita tentang kehidupannya. Anis yang iba melihat kondisi rumah tangga Liza tak bisa berbuat apa-apa selain mendengar dan menyemangati sahabatnya.

"Apa Kamu sudah yakin dengan keputusan mu itu?" tanya Anis seraya menyerahkan tas yang di bungkus plastik miliknya.

"Aku sudah tak sanggup, An." Aliza memegang erat tangan sahabatnya setelah selesai mengganti bajunya. "Doakan Aku ya, Al. Aku nggak bisa lama-lama disini." lanjut Liza.

"Biar Aku antar kau sampai ke terminal." pinta Anisa.

"Jangan, Aku tidak mau kamu terlibat," ucap Lisa seraya memeluk erat sahabatnya. "Aku pergi ya." lanjut Liza.

Kedua orang yang berteman baik itu saling meneteskan air mata. Aliza gegas pergi dari sana lewat pintu belakang karena Ia tak mau sahabatnya terkena masalah. Perempuan cantik itu berjalan cepat seraya menoleh kebelakang berulang, dan akhirnya naik angkot yang menuju ke terminal.

Ia segera mencari bus jurusan ke tempat kakaknya tinggal, setelah ahirnya Ia duduk di armada itu. Sedikit lega Ia bisa menyandarkan badannya di jok bus tersebut dan menciumi Putranya yang tertidur.

Sementara di rumah Irfan mencari istrinya yang sudah dua jam tak juga pulang. Ia pun menemui sahabatnya, tetapi Yuni tengah berada di tempat belanja, sehingga Ia percaya bahwa mereka tak bertemu.

"Prraannggg ...." Irfan marah besar seraya menyingkirkan dengan kasar piring yang ada di atas meja.

"Dasar perempuan tak tau diri! Brraakk ...." kursi di hadapannya pun menjadi pelampiasan kemarahan Irfan.

***

"Aliza?!" seorang perempuan berjilbab membuka pintu rumah sederhana milik Denis.

"Mba," Ibu muda itu menatap Aisyah istri kakaknya.

Aisyah memeluk erat adik iparnya yang terlihat kusut dan perih, Liza pun menangis dalam pelukan orang yang selama ini dibencinya karena di anggap merebut perhatian kakaknya. Perempuan cantik itu tak punya pilihan lain, selain mendatangi rumah kakaknya.

Tak kenal maka tak sayang, begitu kata pribahasa. Aisyah wanita menyambut kedatangan Lmadik iparnya dengan baik, Liza memang tak memberi kabar prihal kedatangannya, Ia mencari sendiri alamat kakaknya itu.

Sebuah kamar pun Ia siapkan untuk adik suaminya. Aisyah tak berani bertanya apa-apa, meskipun sebenarnya Ia tahu bahwa adik suaminya itu sedang dalam masalah. Ia juga menyiapkan makan siang untuk Liza, setelah itu mempersilahkan untuk beristirahat.

Denis masih belum pulang, ada lembur rupanya Dia di kantor. Ia bekerja di salah satu perusahaan swasta, menjadi asisten manager sebuah perusahaan swasta. Rupanya Ia mewarisi skil Adiguna, hanya saja Ia tak mau bergantung dengan kekayaan ayahnya.

Selepas magrib Denis sampai dirumah itu, Aisyah pun menceritakan kedatangan Aliza. Denis yang sudah lama tak bertemu adik kesayangannya segera menghampirinya di kamar. Aliza tak kuasa menahan tangisnya saat melihat kakaknya, Ia terisak seraya menenangkan putranya yang juga ikut menangis.

Aisyah minta ijin menggendong putranya dan membawanya keluar hingga anak itu tidur dalam gendongan budenya. Aisyah yang sangat merindukan kehadiran buah hati menciumi anak yatim itu, Ia menyayangi keponakannya.

Sudah tiga tahun usia pernikahan mereka, namun sampai sekarang Alloh belum berkehendak memberikan rizki seorang anak kepada kedua pasangan itu. Aisyah seorang gadis berpendidikan namun sederhana, seorang istri yang sholehah, Ia sangat menghormati suaminya.

Denis pun sangat mencintai dan menyayangi Aisyah, gadis yang di kenalnya sewaktu kuliah itu dinikahi setelah Ia mapan bekerja dan setelah adik kelasnya itu lulus dari kuliah jurusan farmasi. Awalnya Ais bekerja di sebuah apotik besar dikota itu, namun Denis menyuruhnya untuk berhenti kerja setelah dua tahun menikah istrinya mengalami keguguran dalam usia kandungannya dua bulan. karena Ia ingin ikhtiar kembali supaya istrinya tidak terlalu capek sehingga bisa segera hamil kembali.

Setelah Aliza menceritakan semua kisah hidupnya, Denis pun mengajaknya malam malam bersama istrinya, mereka memperlakukan Lisa dengan sangat baik, meskipun Liza masih terasa canggung disana.

Setelah itu Aliza sholat berjamaah dengan Denis dan Ais, perempuan cantik itu lagi-lagi tak kuasa menahan tangisnya, Ia teringat saat almarhum suaminya mengajaknya sholat berjamaah, mereka selalu melakukan itu ketika di waktu sholat sedang bersama dirumah. Ardy banyak mengajarkan hal yang baik kepada Liza, Ia membawa energi positif pada gadis itu.

Sehingga membuat banyak perubahan pada diri anak perempuan Adiguna itu, hal itu puj di rasakan oleh kakak kandungnya. Denis juga seorang yang taat beribadah, dari dulu memang Dia lah anak yang paling berbeda, selain gaya hidupnya yang sederhana Dia juga sangat menghormati orang tuanya serta taat dalam menjalankan ibadahnya.

Begitu pula dengan Aliza, Ia pun tak pernah menyangka Denis masih seperti yang dulu bahkan Istrinya pun rupanya tak seperti apa yang Nisa pikirkan selama ini. Keluarga mereka sangat harmonis dan terlihat sangat sejuk di pandang serta membawa ketenangan bagi siapa saja yang mengunjungi rumah keluarga itu, nyaman.

TURUN RANJANGWhere stories live. Discover now