04

105 20 30
                                    

"Tekanan darah normal, pernafasan normal. Sudah tidak ada masalah" ucap kiran sembari mengecek laporannya yang hendak ia berikan kepada Mahendra

Kiran pun bergegas ke ruangan Mahendra

"Dokter.. Mahendra" ucap kiran tapi diruangan itu kosong tidak ada siapa-siapa

"Ku taruh dimeja saja ya" pikir kiran, kiran pun berjalan mendekati meja Mahendra dan dilihatnya foto alumni Mahendra bersama teman-temannya dibawah meja yang tertutup kaca dan yang menarik perhatian kiran disana Mahendra bersanding dengan wanita yang sangat cantik

"Wah cantiknya" ucap kiran

"Apa yang kau lakukan" ucap Mahendra tiba-tiba
"Astaga Dokter Mahendra" ucap kiran terkejut. Lalu Mahendra menutup foto itu dengan laporan yang ia bawa

"Jika kau sudah selesai dengan urusanmu ,lebih baik kau segera keluar" ucap mahendra ketus

"Bisakah anda berbicara dengan lebih baik lagi" ucap kiran kesal
"Aku hanya ingin memberikan laporan ini" ucap kiran sembari menyodorkan laporannya

Mahendra pun mulai mengecek laporan itu, tampak di mimik wajah mahendra kebingungan

"Ada apa Dokter?" Tanya kiran
"Hah~ bagaimana bisa kau menuliskan data terbalik seperti ini" ucap Mahendra

"Eh~ bagaimana mungkin" ucap kiran panik
"Lihat data ini harusnya milik Pak Adam dan ini milik Pak Ridwan" jelas Mahendra

"Maafkan saya Dokter" ucap kiran
"Haahhh~ kerjakan ulang" ucap Mahendra sembari menghela nafas

"Baik Dokter" ucap kiran lalu pergi

Mahendra lalu menyingkirkan laporan-laporannya yang diatas meja dan menatap foto itu

///•///

"Keadaan Darurat Pasien Bilik 12C atas nama Raka Syahputra, denyut nadi dan pernafasan melemah" ucap Bu Ratna

"Siapkan alat pernafasan" ucap Dokter Mahendra
"Baik Dokter" balas Bu Ratna

Merekapun melakukan pertolongan kepada Raka

"Bagaimana bisa Raka..." Ucap Kiran sembari berlari dari lorong rumah sakit menuju bilik Raka

"Dokter Mahendra Tekanan Darah menurun, ini benar-benar gawat" ucap Bu Ratna

"Siapkan ruang operasi" ucap Dokter Mahendra

"Baik Dokter" ucap Bu Antika

Sesampainya di bilik Raka, kiran melihat Bilik itu kosong.

"Mereka membawanya ke ruang operasi" ucap teman seruangan Raka

"Terimakasih" balas Kiran

Kiran pun berlari ke ruang operasi dilihatnya lampu ruang operasi menyala

"Bagaimana bisa seperti ini" ucap kiran sedih

Kiran terus menunggu diluar ruang operasi. Tiba-tiba lampu ruang operasi pun mati, dilihatnya Dokter Mahendra keluar dari ruangan itu

"Dokter Mahendra ,Bagaimana dengan Raka? Dia baik-baik saja kan?" Ucap kiran

"Tuhan berkata lain, Raka telah berpulang pada pukul 13 lewat 45 menit" ucap Mahendra

"Ti-tidak mungkin" ucap kiran tak percaya, lalu jenazah Raka keluar dari ruang operasi, melihat hal itu Kiran menutup mulutnya ,air mata kiran tak terbendung, Raka dibawa ke ruang jenazah untuk dimandikan dan dibawa pulang ke keluarganya

3 hari Setelah kepergiannya Raka, Kiran tampak sangat terpukul ,ia banyak melamun.

"Sfigmomanometer" ucap Dokter Mahendra sembari mengulurkan tangannya ke kiran dan tetap menatap pasiennya

"SFIGMOMANOMETER" ulang Dokter Mahendra dengan cukup keras sehingga membuat kiran terkejut

"Ba-baik sfigmomanometer, nah ini Dokter Mahendra" ucap kiran sembari memberikan alat itu

*sfigmomanometer : alat yang digunakan untuk mengukur tensi darah

Mahendra hanya menatap kiran yg cukup gelisah dan tidak fokus, dilihatnya kantung mata kiran menghitam

"Hah~ fokuslah" ucap Dokter Mahendra
"Baik Dokter" balas Kiran

///•///

—kantin RS Medistra

"Aku benar-benar tidak bisa fokus seharian" gumam kiran

Lalu tiba-tiba Kiran didatangi seorang gadis

"Halo apa ini perawat kiran" ucap gadis itu
"Eh iya benar, anda siapa ya" balas Kiran bingung
"Perkenalkan saya Mala" ucap Mala
"Mala?" Ulang kiran sembari berpikir ia punya kenalan bernama Mala atau tidak

"Ah saya teman dekatnya Alm. Raka" ucap Mala , Kiran tampak sedikit terkejut

"Ini, sebelum Raka tiada dia membuat ini" ucap Mala sembari menunjukan Majalah Elektronik kepada Kiran, dimana di majalah itu banyak rekomendasi yang Raka berikan kepada Mala ,berupa note kertas yang berisi kelebihan dan kekurangan dari produk Penanak Nasi

"Dia masih ingat ternyata" gumam kiran sedih
"Ah.. jangan-jangan anda gadis yang akan diajak kencan oleh Raka" ucap Kiran tiba-tiba

"Iya.. saya juga menerima Majalah Elektronik tentang Kamera digital dan sepucuk surat pernyataan cinta" ucap Mala

"Semua orang sangat sedih dengan kepergian Raka yang tiba-tiba" ucap Kiran. Merekapun mulai berbincang-bincang

"Perawat Kiran jagalah kesehatan anda, anda terlihat sangat lelah, anda bisa jatuh sakit" ucap Mala

"Aku baik-baik saja" balas kiran tersenyum
"Baiklah aku pergi dulu" ucap Mala lalu pergi
"Hati-hati dijalan" balas Kiran

Kiran terus menatap Majalah Elektronik itu

///•///

Kiran tinggal sendiri di sebuah apartemen khusus untuk untuk para tenaga kesehatan di RS Medistra. Saat pulang ke Apartemen tiba-tiba Kiran merasa pusing ,ia berjalan terhuyung-huyung masuk ke dalam apartemennya ,sesaat setelah sampai didepan pintu apartemennya dia pun jatuh pingsan. Unit disebelahnya yang hendak keluar untuk membuang sampah pun terkejut melihat Kiran yang pingsan ,Wanita itu pun berteriak kaget

"Zaha.. Zaha.." panggil wanita itu
"Ada apa" ucap laki-laki itu yang keluar dari pintu kamar, dan ternyata laki-laki itu adalah Dokter Mahendra

"Ada gadis yang tiba-tiba pingsan disini, kau kan dokter bantulah dia" ucap wanita itu

"Baik-baik" balas Mahendra
Mahendra lalu mulai mendekati Kiran, saat Mahendra ingin membenarkan posisi kiran, dia pun terkejut karena ternyata yang pingsan adalah Kirana

"Bagaimana bisa kau..." Gumam Mahendra
"Ada apa Zaha? Apa kau kenal dengan gadis ini?" Ucap wanita itu
"Ya dia adalah perawat bangsal poli jantung" ucap Mahendra sembari memberi pertolongan pertama

"Dia tengah memegang kunci apartemen nya, lebih baik bawa dia masuk dulu" ucap wanita itu lalu membukakan pintu apartemennya. Tanpa pikir panjang Mahendra membawa kiran masuk dan dibaringkannya di tempat tidur

"Bagaimana kondisinya?" Tanya wanita itu
"Dia sedikit demam dan kelelahan" ucap Mahendra
"Apa kau mempekerjakan dia seperti romusha?" Ucap Wanita itu
"Tidak!" Balas Mahendra kesal
"Bercanda, baiklah kau jaga dia ya" ucap wanita itu
"Kau mau kemana?" Ucap Mahendra
"Aku mau pergi tidur" balas wanita itu sembari pergi
"Hei.. tunggu" ucap Mahendra
"Haahhh~ " hela nafas panjang dari Mahendra sembari menatap Kiran yang tengah tertidur

Mahendra pun duduk di kursi dekat tempat tidur kiran, tak sengaja ia melihat sebuah buku majalah yang mencuat dari tas nya yang terbuka , dilihatnya buku itu banyak rekomendasi Alat penanak nasi, tanpa berpikir lama Mahendra tau dari siapa Majalah elektronik ini ,lalu Mahendra menatap kiran dengan lembut

To Be Continued—

An Incurable Case of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang