Extra Part 02 - Awal yang baru

562 110 14
                                    

"Nu, pelan-pelan aja ya?"

"Tapi ini banyak banget halangannya Rin, terobos aja lah!"

"Gue bilang pelan-pelan Nu! Gak kasian apa sama ya—"

srek!

"Dhanu!"

Pekikan Erin menggema seisi ruangan sehingga membuat Dhanu sendiri terkejut. Kepalanya ia dongakkan agar bisa melihat wajah Erin yang kesal. Satu senyuman lebar ia berikan kepada Erin sambil melepaskan bungkusan kado yang baru saja ia sobek secara tidak manusiawi di depannya.

"Rin, Juan bikin kado sepuluh lapis gitu emang sengaja biar gue kesel. Jadi santai ya? Jangan marah, masa belum ada sehari semalem udah ada kasus KDRT kan lucu."

Sumpah demi apapun Erin setelah ini tidak akan membiarkan Dhanu membuka bingkisan lagi. Erin yang pada dasarnya sangat menghargai bingkisan dari orang lain hingga saat membukanya ia pasti akan sangat berhati-hati otomatis geram melihat cara membuka Dhanu yang tidak manusiawi. Asal robek sana-sini yang membuat Erin gatal ingin menyiksa laki-laki yang bahkan belum sehari semalam resmi menjadikannya istri.

Andai Dhanu bisa bayangkan seberapa sulit membungkus kado pasti ia bisa memahami apa yang Erin rasakan saat ini.

Erin tahu betul Dhanu tidak pernah membungkus kado sekalipun seumur hidup, ia bahkan memberikan Erin kado masih dalam bentuk paket dari seller online shop yang masih tertera alamat di atas nya.

Dengan cepat Erin menarik bingkisan lain dari tangan Dhanu. Matanya tajam melihat ke arah Dhanu dan ditanggapi kekehan olehnya.

"Jangan pegang-pegang, biar gue aja yang buka. Lo gak tau se ribet apa kado ini dibungkus sama yang ngasih kan? Main game aja sanaa..." Lagi-lagi kekehan keluar dari mulut Dhanu lalu laki-laki itu langsung beranjak dari tempat tidur. Kakinya melangkah ke luar ruangan meninggalkan Erin sendiri di dalam.

Ah tidak lupa dengan ponsel yang akhirnya ia sentuh setelah seharian keberadaannya entah dimana.

Ia melihat rumah yang sudah semakin terisi. Sembari menelusuri isian rumahnya dua sudut bibirnya sedikit terangkat. Akhirnya rumah yang sudah satu tahun lamanya ia beli ini ditempati juga. Namun ia merasa sedikit sepi dengan rumah ini. Biasanya ia akan menemukan sang ibu apabila keluar kamar sedang menonton tv di ruang tengah atau Anka yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Suasana yang berbeda di tempat yang berbeda pula, dan mulai hari ini yang ia lakukan adalah membuat banyak kenangan di rumah ini tentunya bersama dengan Erin supaya suasana rumah semakin cerah dan menenangkan.

Dhanu mendudukkan dirinya di atas sofa empuk pilihan Erin beberapa minggu lalu. Selera Erin dalam memilih barang dan memastikan harganya bersahabat benar-benar membuat Dhanu kagum sendiri saat mengingatnya. Padahal sudah kurang lebih 9 tahun mereka berteman tapi ia masih saja mengagumi bakat istrinya yang satu ini.

Baru ingin membuka salah satu mobile game yang menjadi favoritnya tiba-tiba satu panggilan masuk ke ponsel Dhanu. Panggilan tersebut berasal dari Anka, bagi Dhanu di telfon oleh Anka adalah suatu hal yang langka.

"Halo? Kenapa?"

"Loh masih dijawab, dikirain lagi sibuk sama istri."

"Apaan? Tumben kamu nelfon mas malem-malem, kangen baru ditinggal sehari?"

"Apaan si?! Nggak ya ngapain juga kangen sama mas, ini ibu mau ngom–"

Sebelum Anka menyelesaikan ucapannya panggilan lebih dulu terputus dan saat Dhanu mencoba menyambungkan kembali panggilan ditolak dan saat ia mencoba mengirimi pesan kepada adiknya ia tidak mendapatkan apa-apa selain ceklis dua berwarna abu-abu.

Three Wishes ✔Where stories live. Discover now