Chapter 17 : War of the war

4.3K 562 34
                                    

Aku menyematkan tanda 'konten dewasa' di awal cerita bukan tanpa sebab dan alasan. So, be careful and enjoy reading, guys!









Sepanjang perjalanan, Jaehyun dan Johnny hanya diam membisu. Johnny sesekali melirikkan matanya pada Jaehyun yang tampak sedang sibuk dengan pikirannya.

"Kita langsung ke kantor?" Johnny akhirnya membuka suara setelah beberapa menit hanya diam dan fokus menyetir.

"Pulang," sahutnya singkat.

"Jam 11:00 kita ada rapat jika kau lupa."

"Jika kau tidak mau menghadirinya kau tinggal membatalkannya," tukas Jaehyun.

"Kau gila?!" sentak Johnny. Pasalnya rapat yang akan mereka hadiri adalah tentang perjanjian kerja sama dengan perusahaan Arab yang sangat dinantikan oleh Jaehyun dan sekarang setelah semuanya hanya membutuhkan hadirnya untuk menandatangani perjanjian itu ia menolak untuk hadir.

Katakan apakah Johnny bisa membenturkan kepala pria itu ke aspal. Terkadang Jaehyun terlihat sangat ambisius dan terkadang ia sama sekali tidak peduli dengan apa pun yang akan menimpa perusahaannya. Oke, baiklah, Johnny akui tidak akan ada satu pun yang bisa menjatuhkan seorang Jung Jaehyun.

Dan lihatlah, sekarang Jaehyun seakan sama sekali tidak mendengar Johnny yang sedang memakinya. Artinya ia sedang tidak ingin berdebat dan tidak ingin dibantah. Ya, salahkan Johnny yang sangat peduli dengan kelangsungan hidup jutaan karyawan yang mereka miliki. Kali ini ia harus mengalah lagi dan meminta maaf kepada perusahaan Arab tersebut.

Johnny memarkirkan mobil tepat di hadapan pintu masuk rumah Jaehyun. Pria itu pun segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya. Dengan langkah cepat ia menaiki tangga menuju kamar Doyoung.

"Ya, aku memang mencintaimu, sangat mencintaimu. Jika aku tidak mencintaimu tidak mungkin aku melakukan hal bodoh–..," Doyoung terpekik kaget. Telepon dalam genggamannya dirampas paksa. Wajah Doyoung memucat seketika.

Bagaimana bisa ia tidak menyadari kehadiran Jaehyun. la tidak mendengar langkah kaki atau pun mencium aroma tubuh maskulin yang dimiliki pria itu.

"Em, maafkan aku. Sama sepertimu aku juga merasakan hal yang sama. Yang ku sesalkan kenapa bisa kau menikah dengan Jaehyun. Dia sahabatku." Terdengar erangan penuh sesal dari seberang telepon. Tentu saja Jaehyun tahu siapa sang empu suara itu. Dia adalah Eunwoo.

Jaehyun menggeram, memutuskan sambungan telepon dan menatap tajam Doyoung hingga tatapannya jatuh pada bandul kalung yang bertengger di leher mulus Pria itu. D.K.

"Dongyoung Kim?" Doyoung menundukkan kepala, meski ia tak mampu melihat tapi ia jelas tahu pria di hadapannya itu sedang marah dari nada suaranya. "Bisa kau jelaskan hubunganmu dengan Eunwoo Cha?" Jaehyun menangkup dagu Doyoung, memaksa pria itu menatapnya seakan Doyoung pria dengan penglihatan normal.

"Kau pria-nya?" tuding Jaehyun.

"Ti-tidak seperti itu, aku bisa–..," Jaehyun melepas kasar tangannya dari wajah Doyoung. "Jadi aku tidak salah menduga bahwa mobil yang kendarai saat menghabisi nyawa Jisoo adalah milik Eunwoo?" Jaehyun mulai terpancing emosi.

Mengabaikan gelengan kepala Doyoung, memori Jaehyun seakan digali bagaimana beberapa tahun terakhir ini Eunwoo berhasil memenangkan beberapa tender. Kecelakaan itu membawa berkah tersendiri pada Eunwoo. Jaehyun mulai melakukan cocokologi. Ya, Eunwoo, mendadak hilang saat ia dalam keadaan berduka.

Eunwoo meraih puncak disaat ia meninggalkan negara mereka, dan dari mana Eunwoo memiliki modal besar untuk memulai usahanya yang dirintis secara kecil-kecilan dan kini mendadak sudah menjadi perusahaan yang layak bersanding dengan perusahaannya.

Here's your perfect | JaedoWhere stories live. Discover now