Chapter 6

5.7K 790 62
                                    

Arga membeku dengan mata awas yang tak lepas menyasar pada Andra. Semakin kuat dugaannya jika sahabatnya ini telah lama mengagumi Keyara atau bahkan sudah pada tahap jatuh cinta pada Keyara. Arga merasa berhak untuk marah meski ia tahu belum ada cinta untuk istrinya. Harga dirinya serasa diinjak-injak.

"Bagaimana bisa kamu bicara seperti ini sementara aku dan Keyara belum resmi bercerai?"

Andra menyipitkan mata.

"Bukankah tadi aku bilang kalau kamu dan Keyara benar-benar berpisah, aku ingin maju mendekati Keyara. Ini tidak salah, 'kan? Aku baru akan bergerak jika memang kamu dan Keyara berpisah. Kalau kalian tidak jadi pisah, aku tidak akan membuat masalah dan tidak akan pernah mendekati Keyara." Andra menegaskan kata-katanya. Ia tak mau Arga salah paham. Namun, ia pastikan bahwa semesta pun tak akan menyangsikan keseriusannya.

Arga mengangkat sebelah sudut bibirnya, mencetak satu senyum sinis. Ia tahu benar, Andra menyukai wanita yang aktif dan percaya diri, bukan wanita pendiam dan tertutup seperti Keyara. Arga berpikir mungkin Andra sengaja memanasinya, meruntuhkan harga dirinya sebagai suami. Ya, meski baginya pernikahannya hanya sebatas status, tapi ia tak suka Andra yang seolah menikam dengan cara halus.

"Apa tidak ada wanita lain? Kenapa harus Keyara? Kenapa di antara sekian banyak perempuan, kamu memutuskan untuk mendekati Keyara?"

Andra terdiam sekian detik. Ia masih menatap Arga tajam. Tidak ada sedikit pun keraguan di matanya.

"Aku mengagumi Keyara dan aku ingin membahagiakannya."

Arga tertawa pendek. Sejujurnya ingin ia luapkan amarah dan jika perlu menonjok wajah Andra saat itu juga. Namun, ia berusaha menahannya. Ada sesuatu yang tak bisa dijabarkan dan mungkin tidak ada kata yang tepat untuk mendeskripsikan apa yang dirasakan Arga. Satu yang pasti, dengan segala keegoannya, laki-laki itu tak ikhlas hati jika ada yang mendekati Keyara.

"Atau jangan-jangan kalian bermain di belakangku?"

Andra menganga, tak percaya sahabatnya akan menuduhnya serendah itu.

"Jangan menuduh sembarangan! Keyara wanita terhormat yang menjaga kehormatannya sebagai seorang istri. Bahkan dia tidak pernah tahu jika aku mengaguminya."

Arga tak dapat mengendalikan diri. Ia raih kerah Andra dengan kasar. Matanya memerah. Andra yang juga terkejut berusaha menahan diri. Ia tahu, Arga bukan tipikal orang yang mau begitu saja melepas apa yang dia miliki. Apalagi jika ada orang lain yang siap memiliki sesuatu yang pernah ia kuasai.

"Jujur, aku memang tidak mencintai Keyara, tapi aku juga tidak mau kamu mendekatinya meski nanti kami benar-benar pisah."

Andra membisu sekian detik. Mata awasnya masih menyasar pada wajah Arga yang dipenuhi gurat-gurat amarah.

"Kamu egois, Arga. Kalau kamu tidak bisa membahagiakan Keyara, lepaskan dia! Dia pantas untuk dicintai dan bahagia. Kalau kamu memang nggak rela dia dimiliki orang lain, buktikan kalau kamu bisa menjadi suami yang baik untuknya!"

Arga mengendurkan cengkeramannya di kerah kemeja Andra. Ia jauhkan badannya. Tak ada lagi suara. Ia masih memikirkan banyak hal. Ia bimbang. Ia menyadari tak seharusnya ia bersikap seperti ini. Selama ini, ia bahkan tak peduli tentang apa yang dilakukan Keyara. Ia tak mengerti, kenapa ada rasa tak ikhlas jika Andra berjuang mendapatkan Keyara seumpama perceraian itu benar-benar terjadi?

******

"Key, Bunda berangkat ke kajian dulu, ya. Tadi Arga kirim pesan, katanya dia akan pulang lebih awal." Arimbi merapikan kerudung yang ia kenakan. Ia juga memeriksa barang bawaannya, memastikan jika dirinya sudah memasukkan Al-Qur'an, buku catatan, dan alat tulis.

Behind the TearsWhere stories live. Discover now