Chapter 4

2.4K 252 21
                                    

"Apa maksudmu bram?" Tanya opa saat mendengar penjelasan si kembar dari bram di ruang rawat sang menantu.

Oma sudah pulang diantar oleh tangan kanan opa, karena opa ingin memastikan bahwa istrinya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat dengan baik sehingga memerintahkan sang oma pulang dengan dalih menjaga cucunya yang lain di mansion.

Berbeda dengan thomas yang kini sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit setelah menyelesaikan pekerjaan kantor yang menumpuk. Ia pulang ke mansion hanya untuk makan malam dan menemani anaknya bermain walau sebentar. Ia juga merasa khawatir dengan si kembar karena belum mempunyai cukup waktu untuk menjaga mereka mengingat harus menangani perusahaan saat bram dan opa fokus di rumah sakit dan mansion.

Disisi lain, kini ketiga buah hati valeri dan bram sejak tadi masih asik bercengkrama dengan sang mommy diatas dibrankar yang telah dilakukan perombakan menjadi sebuah ranjang yang sangat nyaman untuk tidur. Sehingga para orang tua tidak perlu khawatir jika nanti si kecil akan mengalami rasa sakit saat tidur, karena hal itu tidak akan pernah terjadi. Begitu juga dengan Valeri, ia tidak akan sulit untuk tidur yang masih dalam proses pemulihannya karena memang disana tersedia dua tempat brankar istimewa yang luas.

Opa dan bram memutuskan memberikan ketiga malaikatnya itu untuk tinggal di rumah sakit. Alasannya mereka selalu merengek untuk tidak ingin berjauhan dengan adik mereka setelah melihatnya dan mereka juga merindukan orang tuanya yang sudah hampir 2 hari tidak mereka jumpai. Untuk masalah sekolah, opa sudah mengurus hal itu melalui tangan kanannya. Jadi tidak akan ada masalah dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Iya dad, raffa seperti yang aku jelaskan tadi. Raffa butuh pemantauan lebih lanjut dan kita harus merawatnya disini, dan raffi sudah boleh pulang lusa" jelas bram

"Pastikan cucu daddy mendapatkan perawatan terbaik" tegas opa

"Tentu dad" sahut bram mantap

Mendengar penjelasan sang anak, membuat opa merasa khawatir dengan kondisi salah satu cucunya. Ia memutuskan untuk mengeluarkan ponsel yang tersimpan di saku celana sebelah kanannya. Mengotak-atik ponsel tersebut sebentar, kemudian meletakkannya di telinga untuk menelepon seseorang.

"Kirim anggota terbaik untuk menjaga cucuku" ucap opa saat panggilan tersebut telah tersambung

"Baik tuan" sahut orang diseberang telepon.

Panggilan tersebut dimatikan secara sepihak oleh opa setelah mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

▪️▪️▪️▪️▪️

2 hari kemudian

"Ooeeee oeeee ooeeee" suara bayi yang sejak tadi menangis disebuah ruangan khusus

Tangisannya terdengar menyakitkan untuk didengar. Valeri merasa bingung, apa lagi yang harus ia lakukan. Ia sudah mencoba untuk menenangkannya, tetapi tidak kunjung membuat tangis itu reda. Mengingat sebelumnya si kecil tidak pernah menangis sekeras dan selama ini. Jikapun menangis ia akan cepat berhenti saat ditenangkan. Ia tidak tega, sungguh.

"Sayang... kenapa hmm... mommy disini sayang" ucap valeri lembut sambil mengelus tangan raffa yang kecil dan tampak merah.

"Oooee oooeee ooeeee" hanya suara tangis yang dijadikan jawaban sang bayi dengan air matanya yang masih tetap turun dengan wajah yang terlihat semakin memerah.

"Coba kamu gendong raffi dulu sayang, aku akan mencoba menenangkan baby raffa"tutur bram yang kebetulan memang keduanya di ruangan tersebut untuk membawa raffi pulang ke mansion sekaligus menjenguk raffa.

Valeri segera mengambil alih raffi dalam gendongannya. Si kecil yang satunya ini tampak lebih tenang sekarang, seolah mengerti ia harus berbagi kasih sayang dengan salah satu saudaranya yang lain.

"Babyy... ini daddy sayang... ssstt tenang yahh... daddy ngga mau baby nanti sesak hmmm" ucap bram lembut sambil mengelus tubuh raffa yang berada di dalam tabung. Raffa masih menempati tabung tersebut yang kedua sisinya terdapat lubang kecil untuk menyentuh sang bayi dari luar.

"Ooeee oooeeee" tangis raffa yang membuat mukanya tampak lebih merah padam seolah mengeluarkan emosinya.

Tak lama seorang dokter masuk ke ruangan tersebut. Ia berjalan mendekat ke arah bayi raffa yang sejak tadi menangis. Sang dokter dengan tenang meminta kepada bram untuk memberikannya ruang karena ia perlu memeriksa si kecil. Bram segera menyingkir mengikuti instruksi sang dokter.

Dokter tersebut kemudian memeriksa tubuh raffa dengan cekatan dan membenarkan alat bantu pernapasan kepada si kecil saat mengetahui pernapasannya sedikit memberat. Kemudian ia menyuntikkan suatu cairan yang bram sendiri tidak tau itu apa dan berfungsi untuk apa. Yang ia tau, setelah beberapa saat tubuh raffa mendapat injeksi, raffa berhenti menangis dan ekspresi wajahnya melemas terlihat lebih rileks dan matanya yang tertutup.

"Apa yang terjadi dok?" Tanya bram saat melihat apa yang dilakukan si dokter. Ia berpikir bahwa anaknya tidak dalam kondisi baik.

"Pernapasannya mulai memberat akibat terlalu lama menangis. Jadi saya memberikan cairan obat tidur dengan dosis rendah agar pasien beristirahat. dikhawatirkan jika dibiarkan lebih lama dapat berdampak pada kesehatannya yang semakin menurun" jelas sang dokter.

"Apakah seburuk itu dok?" Sahut bram

"Karena pasien adalah pasien yang istimewa, jadi akan baik-baik saja" balas sang dokter sambil berpikir bahwa pasien kecilnya ini merupakan orang yang kuat hingga bisa bertahan hingga detik ini mengingat saat proses melahirkan ia memiliki respon yang lebih pasif dan sistem tubuhnya yang bekerja lebih lamban dibanding saudara kembarnya.

"Kalau begitu saya izin pamit karena ada pasien lain yang harus saya tangani. Permisi" lanjut sang dokter yang diangguki bram dan senyum ramah dari valeri.

Sepeninggalan sang dokter, bram menatap wajah si kecil yang berada di dalam tabung kecil itu. Menyentuhnya kembali bermaksud untuk berpamitan pulang sementara.

"Putra daddy memang anak yang istimewa. Lekas sehat nak, agar kakakmu bisa bermain denganmu" batin bram

Kemudian tak disengaja saat ia akan melepaskan tangannya itu, jarinya tergenggam lemah oleh kelima jari kecil bungsunya.

"Daddy akan kembali hmm, istirahat hmm" lirih bram mengelus jari mungil itu lembut kemudian melepaskannya.

Bram berjalan mendekat ke arah sang istri memegang pundaknya bermaksud mengajaknya pulang. Valeri menatap raffa dengan tatapan lembut yang penuh kasih sayang, kemudian berbalik meninggalkan ruangan tersebut. Tanpa mereka sadari, bayi yang berada dalam gendongan sang mommy meneteskan air matanya sedikit melalui ekor matanya.

▪️▪️▪️▪️

THE BABY TWINS : RAFFI-RAFFAHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin