Part 15: You Are The One

911 95 3
                                    

NSFW 🔞

Selama beberapa hari terakhir ada satu hal yang selalu mengusik pikiran Krist. Ia masih mengabaikan pesan dari pria bernama Tristan yang merupakan kakak dari sahabatnya. Terakhir kali pria itu meminta untuk bertemu dengannya, Krist hanya menjawab jika ia ada waktu maka dirinya akan memberi kabar. Namun, hingga kini Krist masih belum memberi kabar padanya.

Krist tahu apa yang ingin dikatakan oleh Tristan. Ia tahu kesalahannya selama ini tidak benar-benar menolak pria itu. Ia harus bertemu untuk memperjelas hubungan diantara mereka yang memang tidak ada apa-apa.

"Papa...", anaknya itu memecah lamunannya.

"Kapan kita berangkat pa?", anak laki-laki itu telah mengenakan seragam sekolahnya dengan rapi, menggendong tas punggung berwarna biru muda nya dengan topi kuning di kepalanya. Wajahnya berseri-seri penuh semangat, ia tak sabar.

Aku harus berhenti memikirkannya. Hari ini pertama kali nya Aroon masuk sekolah dasar.

"Ayo kita berangkat sekarang, sayang."

Setelah Krist mengantar putranya ke sekolah, ia kembali ke rumahnya dan terkejut ketika melihat TV ruang tengah menyala.

Siapa yang ada disini? Seharusnya tidak ada orang lain.

"Baby.", suara seorang pria mengejutkan Krist yang tak lain dan tak bukan adalah kekasihnya. Pria itu tidak pernah pulang selama 3 hari berturut-turut karena kesibukannya berjaga malam di rumah sakit. Tentu saja Krist tidak menyangka kekasihnya akan berada di rumah saat pagi hari.

Krist masih menyentuh dada sebelah kirinya, "Aku kira siapa... Kamu ngagetin aja! Kalo aku kena serangan jantung gimana?"

"Your boyfriend can do CPR."

"Not funny. Tumben kamu ada di rumah? Gak kerja hari ini?"

"Kenapa? Kamu gak suka aku pulang? Aku hari ini ambil day off, mau ikut anter Aroon ke sekolah tapi pas aku sampai, kamu sama Aroon udah pergi. Gimana tadi pas Aroon kamu tinggal? Gak masalah kan? Dia gak rewel?", tanya Singto pada kekasihnya itu.

"Jangankan rewel. Anak itu langsung lari masuk sama gurunya, bahkan gak liat aku di belakang. Dari dulu memang Aroon gak pernah rewel kalo sekolah dia paling semangat."

"Absolutely my son."

Singto mendekat pada Krist dan merangkulkan kedua lengannya di pinggang kekasihnya, lalu memeluknya erat.

"Kamu mau apa?", tanya Krist sambil menjauhkan tubuhnya. Meskipun ia tahu kekasihnya itu pasti ingin minta sesuatu jika semanja ini.

"Mau peluk. Udah lama gak ketemu, aku kangen. Kamu gak kangen apa?", jawab Singto.

Krist pun memberikan pelukan hangat untuk kekasihnya itu. Benar saja dugaan Krist, dari pelukan merambah menjadi ciuman. Krist melepaskan bibirnya dari lumatan bibir kekasihnya sembari terengah-engah.

"Jangan sekarang.", Krist menahan bibir Singto dengan jarinya agar mereka tidak melanjutkan kegiatan mereka. Singto merengut tetapi tidak memaksa Krist. Kekasihnya itu mengambil camilan lalu duduk menonton TV bersamanya.

Singto merebahkan kepalanya di atas paha kekasihnya itu. Pria itu tersenyum padanya sembari mengusap lembut rambutnya. Saat itu, Singto merasa dirinya benar-benar di rumah.

Meskipun tangan Krist masih membelai lembut rambutnya, tetapi Singto dapat melihat ekspresi wajah Krist yang terlihat gusar.

"Ada apa Krist?"

Pria itu tidak menjawabnya.

"Krist?", panggil Singto lagi dan kali ini terlihat Krist yang tersadar dari lamunannya.

A Tale of First Love Where stories live. Discover now