Chapter 6

448 11 0
                                    

Damian tersenyum lebar sampai Aarbian takut sudut-sudut bibirnya bisa saja sobek karenanya. Senyuaman yang membuat Aarbian kesal setengah mati.

"Kalian adalah pasangan paling serasi yang pernah aku lihat. Pas, cocok sekali. Tante Ratu memang tidak pernah salah dalam menilai calon menantunya"

Aarbian berjalan dengan wajah muram memasuki area privat restaurat yang sudah dibooking sebelumnya. Sebuah restaurant berbintang dengan menu asia juga seorang koki yang siap menyiapkan menu secara langsung.

"Sepertinya aku harus segera melaporkan kepada Tante Ratu tentang kemajuan besar ini!"

Aarbian muak sekali tapi kalimat sarkasnya disela lebih dulu oleh tawa renyah Lalisa disisinya. "Terimaksih atas pujiannya."

Dan Aarbian meresponnya dengan menyentakan lilitan tangan keduanya. Memang ini hanyalah sikap formal karena Aarbian membiarkan Lalisa menggandeng lengannya ketika tahu wanita tersebut mengenakan gaun resmi.

Lagi, Lalisa merespon sikapnya tersebut dengan kekehan seolah menahan geli.

"Kasar sekali... ck,ck! Aku tidak tahu bagaimana caramu merayu wanita-wanita jalang itu sebelumnya. Dengan sikap semacam ini..." Damian menggeleng-gelengkan kepalanya dengan berlebihan.

"Itu bukan urusan mu!" Ketusnya lalu bergerak untuk mengambil duduk di ujung meja. Lalisa menyusul setelahnya.

"Sepertinya tugasku sudah selesai," ujar Damian masih dengan senyum memuakan yang membuat Aarbian enggan menatap berlama-lama. Tugas Damian memang hanya memastikan reservasi yang telah dilakukan dipergunakan sebagaimana mestinya. "Aku hanya penasaran akan satu hal. Lalisa, bagaimana pendapatmu tentang sepupuku ini setelah tadi menghadiri jamuan bersama?"

Aarbian menyentakan sendoknya dengan sedikit kasar. Tatapannya menajam begitu saja menyadari ini adalah salah satu usaha Damian untuk mengoloknya. "Kalau tidak ada yang kamu lakukan lagi, lebih baik kamu keluar!"

Damian tentu saja mengabaikan delikan tajam tersebut. Bagi Damian, menghadapi sikap Aarbian yang seprti ini tidak ada ubahnya seperti anak kecil pemarah yang takut mainannya akan direbut. Sudah terlalu biasa.

"Lalisa?"

"Dia baik," Lalisa melirik Aarbian yang tampak acuh, "tipe idaman untuk dijadikan seorang kekasih"

"Really?" Senyuman miring Damian disambut decakan Aarbian yang semakin kesal dengan ulah sepupunya tersebut. "Aku ingin memberitahumu satu hal, dia ini... memiliki track record yang lumayan panjang dengan beberapa wanita sebelumnya. Kamu tidak merasa keberatan?"

"Damian!" Geram Aarbian. Meski sama sekali tidak peduli bagaimana Damian berusaha mengkonfrontasi Lalisa tentang penilaian terhadapnya, tetap saja rasanya menyebalkan saat tahu seseorang menjelakan dirinya dengan sengaja.

"Benarkah?" Lalisa menoleh Aarbian dengan binar penasaran, "tapi aku sama sekali tidak melihatnya begitu. He just gentle for me"

Seringaian Damian melebar. "Meskipun nantinya dia tetap akan menyimpan jalang dalam pernikahan kalian?"

Aarbian siap memukulkan kepalan tangannya pada meja saat tangan kecil Lalisa menahannya. Senyuman manis wanita tersebut tidak juga luntur dan dengan berani ditatapnya Damian lurus-lurus. "Aku sangat percaya diri dengan apa yang kumiliki"

"Sudah, tidak usah meladeninya lagi! Biarkan saja dia mengoceh sampai nanti kesal sendiri" Aarbian memandang penuh kebencian pada Damian.

Lalisa ganti menangkup punggung tangan Aarbian dan tanpa disadari Aarbian membiarkannya. Damian tersenyum lebar menyaksikannya. "Well well... menarik. Aku benar-benar merasa kalian akan cocok"

SANGKARWhere stories live. Discover now