6. Berkilah

20 4 2
                                    

Tok tok tok

"Masuk."

"Tumben bengong."

"Emang lo baru kali ini liat gue bengong?"

"Ya nggak si, cuma biasanya kan kalo di klinik lo sok sibuk."

"Kebiasaan itu udah ngga berlaku." Adam tertawa kecil, yang lebih terkesan dipaksakan.

"Lo ngeledek?" Kalo ini Adam tertawa renyah.

"Yuk wudhu." Kini raut wajah Adam berubah serius. Setelah sekian detik, akhirnya Valen mengangguk. Berjalanlah mereka ke toilet di dalam ruangan Valen.

"Lo liatin gue wudhu dulu ya!" Valen mengangguk.

Adam mulai menghidupkan kran, membasuh tangannya sembari membaca basmalah, lalu berkumur, membersihkan hidung.

Valen mengamatinya dengan seksama, begitupun saat Adam menampung air di kedua tangannya sambil membaca niat dan membasuhnya ke wajah, membasuh tangan, mengusap tumbuhnya rambut di bagian dahi,membasuh kedua tangan dan kedua kaki,serta diakhiri dengan doa.

"Inget?" Tanya Adam usai membaca doa.

"Gue bukan Rebecca Sharrock."

Adam memukul pundak Valen, lalu meninggalkannya. Tanpa menunggu perintah,Valen mengikutinya.

"Gue kira lo bakal 11-15 sama Rebecca Sharrock." Ucap Adam sambil duduk.

Tanpa ba-bi-bu, Valen melemparnya dengan kalender di ujung mejanya.

"Gila aja lo, 11-15 Masih terlalu dekat dengan seorang perempuan asal Brisbane, Australia yang punya daya ingat luar biasa. Yang bahkan bisa ingat seluruh isi novel Harry Potter kata demi kata. Yang menjadi salah satu dari 80 orang di dunia yang  mempunyai hyperthymesia." Lalu keduanya tertawa kecil.

"Oke, jadi gini. Yang pertama lo harus tau rukun wudhu. Rukun wudhu itu ada enam:niat, membasuh wajah, membasuh kedua tangan hingga siku,mengusap tumbuhnya rambut di kepala, mencuci kedua kaki sampai mata kaki, dan yang terakhir tertib."

"Loh kok ngga ada kumur,membersihkan hidung dan telinga?" tanya Valen.

"Itu bukan rukun bro. Ngga dilakuin juga ngga papa. Kaya misal, kalo orang puasa itu rata-rata ngga kumur dan ngga bersihin hidung,soalnya takut kemasukan air." Selanjutnya Adam menjelaskan dengan demikian sabar, menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami orang awam.

"Oke, gue sedikit paham. Thanks bro!" Ucap Valen setelah Adam selesai dengan penjelasannya, lalu dibalas dengan senyuman tulus sang Adam.

"Udah masuk waktu duhur nih, solat yuk. Tenang aja, lo nanti cuma ngikutin gerakan gue aja, Insyallah Allah maklum." Valen mengikut saja.

"Eh bentar, gue ambil sajadah dulu di ruangan gue." Adam pun keluar dari ruangannya.

Sekeluarnya Adam, Valen kembali duduk di kursinya dan membuka-buka buku risalah tuntunan salat.

"Papa!" Seru Zheous sambil menyelonong masuk membuat Valen terkejut. Dengan cepat dia menutup buku itu.

"Hey!" Dia berhambur ke arah Zheous, memenuhi ruang di antara bentangan kedua tangannya. Dari sudut matanya, Valen melihat Oma Kya.

"Pa main lego lagi yuk." Valen mengangguk antusias, lalu mengambil lego di laci meja.

Keduanya langsung sibuk dengan balok-balok lego, sementara Oma Kya sibuk dengan ponselnya.

"Oya Len, Mama pinjem gunting kuku ya,"ucapnya tiba-tiba. Sebelum mendapat izin, dia sudah beranjak dan mendekat ke meja Valen.

Valen menatap punggung perempuan itu, harap-harap cemas jikalau Oma Kya melihat buku risalah salat.

Dan ... benar.

"Valen! Apa ini?" Nadanya tinggi, membuat Zheous tersentak.

"Itu punya-"

"Bro solat yuk." Tiba-tiba Adam masuk, dengan dua sajadah tersampir di bahunya.

"Eh ada Tante sama Zheous. Maaf Tante. Oya Aldi ko ngga di sini?" Adam menoleh ke Valen.

"Emang Aldi ngga ke sini dari tadi. Kenapa?"

"Kita janjian salat bareng tadi. Kata Mba Lisa liat Aldi ke arah sini. Toh katanya Aldi masih punya hutang laporan sama kamu, jadi ya aku kira dia ke sini. Maaf ya." Bohong Adam dengan lancar, yang padahal semua nama itu adalah nama palsu.

"Aldi ngga ke sini tuh."

"Oh ya udah deh, gue salat dulu ya."

"Oya ini, lo ngapain ninggalin ini di sini?"

"Sengaja gue. Nanti istriku bawa ponakannya,dia minta belajar salat." Adam tersenyum,lalu undur diri.

"Udah terjawab kan, Mah?" Tanya Valen setelah Adam hilang dari balik pintu. Ada rasa lega dalam hatinya saat Adam bisa diajak kerjasama, pun lega otaknya tidak lemot.

Oma Kya menatap Valen penuh selidik, tapi Valen berusaha untuk tetap santai seolah tidak ada apa-apa.

SoulmateWhere stories live. Discover now