(3) Penculikan

9.5K 140 5
                                    


Siang ini di hari liburnya Mauren sibuk membersihkan kamar yang kondisinya memprihatinkan. Jelas, sangat berantakan. Minggu ini ia sibuk dengan pekerjaannya dan tidak sempat memperhatikan kondisi kamarnya.

Semenjak kepergian ibunya setahun lalu, ia memilih untuk tinggal sendiri dengan menyewa sekotak kamar kost yang lokasinya sangat dekat dengan tempat ia bekerja. Walau jarak rumah dengan kantor sebenarnya dapat di tempuh hanya 15 menit dengan berkendara, namun Mauren merasa bahwa rumah tersebut terlalu sepi dan sendu ketika hanya dirinya yang tinggal sendiri. Sedangkan ayahnya, sudah meninggal sejak umur Mauren baru masuk 5 tahun.

Sekarang usia Mauren sudah memasuki angka 25 tahun. Ia memiliki pacar bernama Gilang. Mauren dan Gilang sudah berpacaran sejak SMA. Maka saat ini mereka sudah menjalin hubungan sekitar 8 tahun.

Setelah selesai membersihkan kamar, tiba-tiba terdengar suara dering dari ponselnya yang ada diatas ranjang. Mauren mengambilnya dan melihat panggilan telepon tersebut dari pacarnya, Gilang.

"Halo. ." sapa Mauren

"Keluar dong, aku udah di depan"

"Emang hari ini kita janjian mau jalan ya?"

"Enggak ada sayang. Kamu pasti belum makan kan? Aku bawain nasi padang kesukaan kamu" suara Gilang terdengar lembut di telinga Mauren. Tapi Mauren justru menarik nafas panjang.

"Oke, tunggu sebentar ya"

Mauren yang hanya menggunakan tanktop bertali kecil dan celana pendek segera menutupi dengan menggunakan hoodie untuk menemui Gilang.

"Hei.." sapa Mauren.

"Nih buat kamu" Gilang menyodorkan sebungkus nasi padang dan es teh kepada Mauren.

Sambil tersenyum Mauren menerimanya. "Makasih ya. Kalo gitu aku masuk dulu.."

Namun Gilang menahan tangan Mauren. "Tunggu.. Aku mampir dulu ya" pintanya.

"Aduhh Gilang sayang.." sengaja Mauren memberi penekanan pada intonasi bicaranya namun tetap dengan wajah tersenyum. Lalu dilanjutnya,

"Kan kemarin udah kita bahas, hari ini aku mau fokus dulu nyelesaiin tugas kantor. Hari minggu besok buat kita quality time" Mauren masih tersenyum manis. Sedangkan Gilang, terlihat jelas wajahnya dengan ekspresi kecewa. Walau sebenarnya Mauren membuat kesepakatan itu karena ingin menikmati weekend sendiri.

~~~

Setelah hujan deras, pada pukul 4 sore Mauren mendapatkan pesan tentang informasi promo minuman boba kesukaannya. Jaraknya dekat dengan tempat kostnya. Pikirnya mungkin akan menyenangkan jalan-jalan sore sambil menikmati boba hasil promo. Mauren pun memutuskan untuk segera keluar kamar dan menuju tempat penjual minuman tersebut.

Dengan perasaan tenang, menikmati suasana sore setelah hujan, membuat Mauren merasa fresh kembali dan sejenak melupakan beban kerjanya. Setalah sampai di tempat penjual minuman tersebut, Mauren bergumam.

"Wahh mumpung masih sepi nih, asik.."

Sesampainya disana Mauren memasuki bangunan kecil yang di dalamnya penuh dengan beragam interior estetik untuk membuat pelanggan nyaman menikmati minuman ditempat tersebut. Saat itu tidak ada pelanggan lain kecuali Mauren sendiri. Segera Mauren memesan minuman kesukaannya. Sambil menunggu  penjual membuatkan pesanannya, ia duduk kursi yang disediakan. Letaknya ada di sudut ruangan. Ia menunggu sambil memainkan ponselnya. Namun tidak memerlukan waktu lama, pelayan sudah mengantarkan minuman ke mejanya.

"Ini kak, pesanannya. Selamat menikmati" ucap pelayan tersebut dengan ramah. Mauren belum beranjak dari tempatnya dan lebih memilih menikmati minuman tersebut di tempatnya.

"Ahh..., emang gak pernah ngecewain rasanya. Selalu bisa bikin mood membaik" Mauren berkata pada dirinya sendiri.

Tidak begitu lama, Mauren merasa bahwa pandangannya mulai tidak jelas. Kepalanya terasa berputar. Hingga akhirnya ia tidak sadarkan diri.

~~~

Kepalanya sakit. Namun perlahan kesadarnnya mulai pulih. Mauren merasa terbangun dalam kondisi terbaring diatas ranjang yang cukup besar. Ketika mencoba membuka mata, pandangannya masih tidak jelas. Akhirnya ia sadar bahwa matanya sedang di tutup dengan kain. Tidak hanya mata, mulutnya pun juga ditutup dengan kain. Sedangkan kaki dan tangannya terikat di setiap sudut ranjang.

Tidak berselang lama, terdengar langkah seseorang mendekatinya.

"Hai Mauren, aku adalah pelatihmu. Kamu harus mengeksplor lebih jauh tentang dirimu sendiri. Terutama dalam memahami tubuhmu."

Mendengar suara seorang pria yang berbisik tepat di telinganya membuatnya meronta ronta. Namun sepertinya suara yang digunakan adalah fake voice. Orang tersebut membiarkan penutup mulut Mauren terbuka.

Dengan suara bergetar Mauren memberanikan diri untuk bertanya. "Siapa kamu? Tolong lepasin".

Pertanyaan itu justru dijawab dengan kecupan di bibir Mauren.

"Jika kamu ingin keluar dari sini, ikuti permainannya."

Mauren merasa tubuhnya disentuh dengan lembut. Rasa takutnya justru semakin mudah membuatnya teransang.

~~~~
.........

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 03, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kamar 1001Where stories live. Discover now