Part 2

1.1K 282 28
                                    

Hari ini Ali mendapatkan kabar baik dari asistennya. Acara yang diselenggarakan di sebuah mall selama satu bulan penuh berjalan dengan lancar dan penjualan mengalami peningkatan di hari penutupan. Lelaki itu merasa puas dengan laporan yang diberikan oleh Celia.

Diperiksanya daftar sales yang bertugas dalam beberapa hari terakhir. Tiba-tiba saja matanya menangkap sebuah nama yang membuatnya menautkan alisnya.

"Prilly Anastasya?"

Ditatapnya Celia yang melemparkan senyum lebar kepadanya.

"Staf baru yang beberapa hari lalu tidak sengaja bapak lihat menjatuhkan berkas-berkas di luar ruangan. Selama beberapa hari ini dia memang terjun ke lapangan dan semua laporan itu dia yang buat."

"Di mana ruangannya?"

Celia menatap bosnya dengan bingung. Ali beranjak dari tempat duduknya dengan wajah yang tak terlihat seperti biasanya. Ada sinar bahagia di matanya, tetapi juga terlihat penasaran.

"Di ruang divisi pemasaran A, Pak."

Lelaki itu melangkah pergi menuju ruang yang disebutkan oleh Celia dengan terburu-buru.

Dia berhenti di depan sebuah ruangan dengan kaca tembus pandang mengamati seorang perempuan yang duduk sendirian tengah menatap layar komputer. Tempo hari lelaki itu tidak melihat wajahnya dengan jelas tetapi kali ini dia melihatnya. Masih ingat bagaimana wajahnya dulu, ternyata perempuan itu tidak mengalami banyak perubahan meskipun kali ini terlihat feminim dan semakin cantik.

"Lily..."

Dan ingatan itu pun terlempar jauh ke masa lalunya. Perempuan bernama Prilly Anastasya yang merupakan cinta pertamanya. Dulu, secara diam-diam Ali mencintainya hingga kemudian sahabatnya memiliki perasaan yang sama. Saat di sekolah Prilly dan sahabatnya menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih. Ali yang saat itu merasa patah hati memilih mengalah dan pergi tinggal di luar negeri. Sejak saat itu dia tidak pernah mendengar kabar dari sahabatnya juga cinta pertamanya. Sekarang dia bertemu dengannya lagi membuat perasaan yang sudah terkubur kembali muncul ke permukaan. Kini dia sadar perasaan itu benar-benar belum hilang sehingga sulit baginya menerima tunangannya padahal sebentar lagi dia akan menikah.

Selang beberapa saat perempuan itu menyadari kehadirannya. Prilly terkejut beranjak bangun kemudian melangkah keluar menyapanya.

"Selamat pagi, Pak. Apa ada yang bisa saya bantu? Atau ada kesalahan pada laporan yang sudah saya titipkan pada Mbak Celia?"

Ali hanya diam menatapnya. Kedua mata hazel itu terlihat sangat indah. Rambutnya berwarna cokelat tampak bervolume dengan potongan curly. Penampilannya elegan dengan celana panjang hitam dan blus merah muda yang dilapisi blazer berwarna broken white.

"Uhm, Pak?"

Lelaki itu mengerjap dan memalingkan wajahnya sejenak.

"Anda baik-baik saja, Pak?"

"Ya. Saya baik-baik saja."

Perempuan itu tidak mengingatnya. Ali sadar dulu dia hanya mencintainya dalam diam dan mengawasinya dari jauh. Betapa pengecutnya dia dulu.

"Terima kasih karena kamu sudah mengikuti event dengan baik."

"Sama-sama, Pak." Perempuan itu tersenyum, "Saya senang bisa bergabung."

Ali diam melihat senyuman itu. Jantungnya berdegup kencang seperti dulu. Perasaannya terhadap perempuan itu masih sama.

"Yasudah kamu kembali bekerja. Saya ke ruangan saya dulu."

"Baik, Pak."

Ali bergegas kembali ke ruangannya tanpa tahu kehadiran Celia yang sempat mengikutinya dan menatapnya dengan heran.

Little Girlحيث تعيش القصص. اكتشف الآن