15. Kedatangan Bu Mae untuk Melamar

1.2K 164 73
                                    

"Bunda, lihat HP Salsa?"

"Ini, ada telepon dari Satria." Juwi menyerahkan ponsel milik Salsa. Masih ada suara berisik di seberang sana dan Salsa segera menaruh ponsel di telinganya.

"Halo, BangSat."

Tut! Tut!

Juwi bergidik ngeri sekaligus menatap Salsa dengan tatapan bingung. Kasar sekali ucapan Salsa. Batinnya.

"Ya ampun, Sa, orang nelepon baik-baik, kenapa dibilang Bangsat?"

Salsa menyimpan ponselnya ke dalam tas selempang kecil miliknya.

"Bang Satria, Salsa panggil BangSat, Bun, gak keberatan dia." Salsa berjalan cepat keluar dari kamar, lalu menuju garasi rumah. Helem motor besarnya pun belum sempat ia buka karena terburu-buru saat tahu ponselnya tertinggal di rumah.

"Sa, itu cowok yang mau kamu ajak ke rumah hari Sabtu nanti?" tanya Juwi pada putrinya.

"Iya, Bun. Lillahi ta'ala aja, Salsa mah. Papa dan Bunda yang menilai nanti cocok yang mana yang kira-kira lolos jadi calon menantu. Salsa udah malas mikir, mau langsung jadi penganten aja," jawab Salsa cepat.

Breeemm!

"Sa! Yah ... udah kabur duluan! Haeduh, kenapa punya anak hobinya naik motor gede? Olah raganya angkat besi? Kenapa nggak demen naik motor bebek aja, atau bawa mobil sedan? Olah raganya balet gitu biar gemulai, hhhmm." Juwi hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah polah Salsa yang sangat berbeda dari wanita seusianya.

Sementara itu, Bu Mae dan Satria tengah berunding dengan Pak RT dan Bu RT. Mereka berencana langsung melamar Salsa saja malam Minggu nanti, alasannya adalah lebih cepat maka lebih baik. Agar terhindar dari perbuatan enak yang menimbulkan dosa.

Satria sendiri tidak begitu yakin akan langsung melamar Salsa, karena ia khawatir keluarga Salsa menolak, tetapi Bu Mae bersikeras untuk melamar saja, biar semakin cepat prosesnya.

"Bu, duh, emangnya gak papa kalau langsung melamar Salsa? Kalau nanti ditolak bagaimana?" tanya Satria tak yakin dengan keputusan ibunya.

"Yah, kalau ditolak mah, itu derita Lo! Yang penting kita usaha. Kalau gak dicoba, mana kita tahu. Bener gak Bu RT?"

"Bener, Bu Mae. Terus, kita harus siapin apa aja nih?" tanya Bu RT antusias.

"Yang kayak kemarin-kemarin Bu RT, samain aja. Cincin lima gram sama aneka kue dan buah. Kalau sudah dapat tanggalnya, baru kita bawain roti buaya sekalian. Eh, kalau pesan roti Tyrex gitu ada gak sih?" Bu RT dan Pak RT tertawa, begitu juga Satria.

"Ya ... Gak ada, Bu, ada juga roti buaya sama roti Unyil," sahut Bu RT masih dengan tawanya yang lebar.

"Ya udah, Ibu terusin deh diskusinya, Satria ke bengkel dulu." Satria pun pamit untuk pergi ke bengkelnya. Kali ini ia mengunjungi bengkel cabang keduanya yang ada di dekat pusat kota Bekasi. Sudah dua Minggu ia tidak memantau di sana. Sekaligus mengunjungi kontrakan sepuluh pintu yang sudah diwariskan untuknya.

Satria memarkirkan motornya di depan bengkel. Empat orang karyawan yang tengah sibuk dengan kendaraan kustomer, menghentikan aktifitas mereka sejenak untuk menyambut Satria.

"Assalamualaikum, apa kabar semuanya nih?" sapa Satria dengan ramah sambil menyunggingkan senyum.

"Wa'alaykumussalam, sehat semua, Bos," jawab mereka serempak. Satria menoleh ke semua penjuru bengkel, termasuk deretan kursi tunggu yang membuat ia seperti mengenal sosok yang tengah duduk di sana.

"Tia," gumamnya pelan. Satria menghampiri mantan istrinya yang kini tengah bersandar pada seorang lelaki.

"Tia, apa kabar?"

"Eh, BangSat, b-baik, Bang, k-kenalkan ini suami saya," jawab Tia terbata sambil menunjuk lelaki yang duduk di sampingnya.

"Satria."

"Adrian."

Satria baru sadar, perut wanita itu sudah membuncit, tandanya Tia sedang hamil.

"Kamu hamil? Selamat ya." Satria tersenyum hangat. Di dalam hatinya ia sangat bersyukur, bahwa mantan istrinya bisa memiliki suami normal. Tidak seperti dirinya yang upnormal.

Setelah bertemu dengan Tia tadi, Satria menjadi banyak melamun. Ruangan yang biasa ia tempati jika sedang di bengkel cabang terasa begitu sepi dan tidak bersemangat. Ia mati-matian mencari uang, mengembangkan usaha orang tuanya, akan sia-sia saja jika tidak ada wanita yang mau dengannya. Lalu ia harus bagaimana?

Bep! Bep!

Ponselnya berbunyi, ada pesan WA masuk. Satria sangat berharap pesan itu dari Salsa, namun sayang sekali, ternyata pesan itu dari Gyta; wanita pertama yang ia nikahi.

BangSat, datang ya ke acara syukuran nikahan saya ya. InsyaAllah akan berlangsung hari Minggu nanti. Gak usah bawa kado, amplop dan isinya saja cukup.

Selamat ya, Gyta, semoga sakinah Mawaddah wa Rohmah. InsyaAllah saya akan datang. Ngomong-ngomong, kamu nikah sama siapa? Duda?

Ya gak dong, saya dapat brondong kelles dan yang penting gak harus tujuh kali mandi dalam sehari, hanya dua kali saja. Saya udah pastikan itu. Dua shubuh, dua dinihari. Masih mending totalan empat, daripada tujuh kali. Paling saya meriang doang, gak sampai dibawa ke IGD.

Satria tertawa terbahak-bahak sampai meneteskan air mata. Gyta menyindirnya dengan sangat telak.

Tia sudah menikah dan tengah hamil. Sebentar lagi Gyta menyusul kebahagiaannya juga. Lalu bagaimana dengan dirinya? Apakah Salsa menerima lamarannya? Satria menoleh pada tengah celananya yang sudah mati suri untuk beberapa abad lamanya.

"Kenapa Lo tega banget sama gue, Jeck? Harusnya Lo kesian sama gue, kesian sama diri Lo sendiri. Ampe gini hari hidup kita kayak di kuburan. Tolonglah gue, Jeck. Jangan terlalu fast respon. Kalau udah ya udah, jangan maruk. Turunin standar hidup Lo, karena Lo itu hidup sama tukang bengkel kayak gue, Lo bukan hidup sama CEO. Jadi, sekali lagi gue mohon dengan sangat, Lo harus ngalah ya, Jeck, plis! Lo gue ajak diskusi, biar kita gak miskomunikasi. Lo paham'kan?"

"Kesian bos kita ya? Ampe ngomong sama celana sendiri karena gagal terus berumah tangga," ujar salah satu karyawan bengkel saat melihat Satria yang tengah mengoceh tidak jelas di ruangannya.

"Iya, semoga aja ada wanita yang kiranya cocok jadi pendamping hidupnya. Kasian orang baik, yakin aja ketemunya sama orang baik juga. Walau harus menunggu lama."

****
Nanya dong, yang gila BangSat, Jecky, apa penulisnya sih? 🙊🤣🤣🤣

****

DUKU (DUDA KUAT) sudah Terbit Ebook dan KaryaKarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang