13

2.2K 376 33
                                    

Junkyu berulang kali memeriksa alamat yang tertera pada kartu nama Yoshi. Saat ini, Junkyu telah berada didepan sebuah rumah mewahㅡ ralat, sebuah Mansion megah dengan penampilan.. biasa saja.

Kemeja Flanel, Celana Jeans yang belum dicuci sejak kemarin dan sepatu putih lusuh sebab hanya ini sepatu kepunyaannya. Jangan lupakan tas punggung yang warnanya hampir luntur karena sering terkena panas dan hujan.

"Ini bukan rumah.." ujarnya pelan.

Tangan Junkyu terulur untuk mengetuk gerbang yang tertutup rapat dan menjulang tinggi didepannya ragu ragu.

Tidak ada jawaban. Tetapi tangannya justru sakit karena mengetuk besi entah berapa lapis itu.

Masih dengan raut kebingungan, tiba-tiba Yedam turun dari taksi sambil membawa banyak berkas. Merasa ia butuh bantuan, Junkyu mendekati Yedam dan mengambil beberapa berkas dari tangan Yedam.

"Mari aku bantu," Junkyu tersenyum tipis ke arah Yedam.

Dengan ekspresi setengah kaget, Yedam mengangguk dan membalas senyum Junkyu. "Terimakasih ya, Ngomong-ngomong kamu mau kemana?"

"Ke.. sini" jawabnya sambil menunjuk Mansion Takata.

Yedam mengernyitkan dahi, "Ah, pasti Tuan Yoshi yang memanggilmu kemari? ayo ikut aku kalau begitu!"

Pemuda Kim itu mengetuk gerbang sekali lagi, Yedam yang menyadarinya lantas melambaikan tangan untuk melewati pintu samping. Junkyu merasa malu.

"Jadi tidak ada gunanya aku mengetuk gerbang itu sedari tadi?" monolog Junkyu dengan merana.

"Jadi, siapa namamu?" tanya Pemuda Bang itu karena ia merasa Junkyu sangat asing untuknya yang baru bekerja di keluarga konglomerat ini selama tiga hari.

"Aku Kim Junkyu, guru salah satu SMA di Gangnam.." Junkyu terdiam sebentar, kemudian melanjutkan. "Aku diundang makan malam oleh Tuan Yoshi, hari iniㅡ"

Yedam baru memahaminya. "Kau tamu spesial."

[ LAFW ]

Baru selangkah masuk ke rumah itu, para maid sudah menyambut dengan sopan didepan pintu utama. Junkyu kebingungan lagi.

"Oh, guru!" panggil Jeongwoo yang duduk di sofa ruang tengah sambil memakan cemilan. Junkyu mendekati anak muridnya itu kemudian tersenyum simpul, "Aku tidak menduga kita dapat bertemu lagi, woo-ya"

"Aku juga, ternyata yang dimaksud oleh Kak Yoshi. Omong-omong, kenapa guru membawa itu?" Jeongwoo menunjuk berkas ditangan Junkyu.

Yedam menoleh, tanda ia paham dengan keadaan. "Ah ini, Junkyu membantuku membawanya tadi.."

Diam-diam, Mashiho menguping pembicaraan tiga orang tadi dari balik pintu ruang musik, matanya membola kala ia melihat Junkyu, pemuda yang selama dua tahun ini ia sukai dan intai setiap hari, datang ke Mansion.

"Kalau begitu duduklah disini, guru. Biar Yedam yang membawanya ke ruang kerja Kak Yoshi." jawab Jeongwoo dibalas anggukan canggung Junkyu.

Pemuda Kim itu hanya tidak menyangka bahwa ia dapat menginjakkan kaki dirumah ㅡ ralat. Mansion sebesar ini. Junkyu yakin, dia hanya punya kesempatan kemarin satu kali seumur hidup.

Benar-benar tak disangka.

[ LAFW ]

Makan malam hari ini diisi dengan topik obrolan ringan seputar keseharian, kisah asmara dan keuangan.

Yoshi sendiri ogah membahas tentang apapun yang berkaitan dengan pekerjaan termasuk penjual-belian barang haram, kantor ataupun properti seperti biasanya sebab ada beberapa orang yang terlalu awam disini.

"Pulau yang kau beli itu berapa harganya, Yoshi?" Paman takata berucap begitu saja membuat Yoshi tersedak air minumnya.

"Sekitar, 140 Triliun mungkin?" jawabnya setenang mungkin.

Junkyu dan Junghwan sontak menganga dibuatnya. Keluarga ini sungguh menghibur kemiskinan mereka.

"Apa kau membelinya di tempat berbeda? aku dapat 225 kemarin," Haruto menimpali.

Sebenarnya tak hanya Junkyu dan Junghwan yang nampak syok. Jeongwoo, Yedam maupun Doyoung pun sama terkejutnya, namun telinga mereka sudah terlatih untuk mendengarkan penghamburan uang seperti ini setiap hari.

"Uang sebanyak itu bahkan gaji ku seumur hidup pun tidak akan dapat menyamainya" bisik Junkyu dengan pandangan sedikit merunduk pada Junghwan.

"Aku tidak membayangkan sebanyak apa uang itu, guru" balasnya.

Lain halnya dengan Junkyu. Bukannya makan, Jeongwoo justru salfok dengan Mashiho. Ia berulangkali mencuri pandangan ke arah Junkyu yang sedang berbisik bisik dengan Junghwan.

Jeongwoo merasa pasti ada sesuatu.

"Ku pikir yang menyukai Guru itu Kak Yoshi, ternyata Kak Mashiho?" Jeongwoo bermonolog.

"Kau mengatakan sesuatu?" tanya Haruto sambil mencondongkan badan ke arah Jeongwoo yang berada di sampingnya itu.

"Tidak. Hanya bosan."

Topik seputar bisnis berlalu dengan cepat dan digantikan dengan perkenalan kecil tiap orang yang hadir untuk makan malam hari ini.

"Ini siapa?" tanya paman takata pada Junghwan dan Junkyu.

Yang ditanyai menjawab dengan ceria, "Aku guㅡ"

"Ini Junghwan, Kekasihku dan ini Junkyu, Kekasih Mashiho." balas Yoshi dengan cepat.

Suasana mendadak hening. Hanya ada beberapa lirikan mata bingung dan terkejut tanpa ada satupun yang membuka mulut.

"Ayah senang mendengarnya, Yoshi. Semoga hubungan kalian selalu baik-baik saja ya seperti halnya Haruto dan Jeongwoo.."

[ LAFW ]

"Maafkan aku tadiㅡ"

"Tidak apa-apa" sanggah yang lebih muda dengan cepat seolah tahu kemana arah pembicaraan mereka.

Junghwan duduk dipinggir kolam renang mansion sambil memainkan kakinya yang berada didalam air sementara Yoshi duduk di ayunan kayu tak jauh dari sana.

"Aku tidak keberatan bila kau memang menginginkanku." lanjut Junghwan.

Yoshi terdiam, perlu beberapa detik mencerna perkataan Junghwan. "Maksudmu?"

***
To Be Continue...

kesan pesan kalian selama baca fanfic ini dongg ;)

LIKE A FLOWING WIND | HAJEONGWOO ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora