Ch. 46

89 23 23
                                    

'Jika kau ingin menyerah, tolong ingatlah akan setitik kebahagian yang pernah kau dapatkan. Tak sulit, cukup ingat rintik hujan yang menyegarkan atau senyum orang tuamu ketika kamu lahir.'

°°°°°

Betapa terkejutnya orang tua Ayana setelah mendengarkan itu. Anaknya yang selalu terlihat ceria dan baik-baik saja, ternyata tetap memperhatikan mereka. Mereka bahagia memiliki anak seperti Ayana.

"Aya cuman mau bantu kalian.... gak lebih kok..." lirih Ayana masih dengan air mata yang mengalir perlahan dari pelupuk matanya.

"Aya mau ringanin beban kalian.... jadi Aya mohon jangan marahin Aya lagi..." lirihnya semakin pelan.

Orang tua Ayana saling pandang satu sama lain, mereka paham Ayana hanya ingin membantu, tapi mereka juga tidak mau membuat anaknya ikut sulit karena mereka.

"Aya, anak Mama dan Papa kan?" Tanya Ayana, ia berani mengangkat kepalanya yang dari tadi menunduk, menatap cemas orang tuanya.

"Aya... kamu itu anak Papa dan Mama. Anak perempuan pertama kami. Kelahiranmu saat itu membawa berita gembira di keluarga kecil kami." Jawab Papanya lembut, ia mengacak pelan rambut putrinya.

Ayana kembali menatap wajah orang tuanya, yang terlihat lelah. Namun ada tanggung jawab yang harus ia jaga.

"Maafin Mama karena tadi sudah bentak kamu... maaf ya udah bikin kamu malah sakit hati nak," ujar sang Mama meminta maaf kepada Ayana.

Ayana menggeleng, ia berlari memeluk Mamanya. "Bukan... ini bukan salah Mama kok, ini salah Aya. Maaf ya Aya tadi bolos dan Aya juga minta maaf karena udah teriak-teriak depan Mama sama Papa," ucapnya dalam pelukan Mamanya.

Di dalam sana hangat, seandainya semua anak dapat merasakannya. Mungkin tak akan ada anak-anak yang berkeinginan untuk bunuh diri.

.
.
.
.

"Lo gak mau ke rumah sakit aja Yun?"

"Enggak usah, yang ada gue malah habis kalo ke sana."

Aretha hanya mengangguk-anggukan kepalanya sebagai jawabannya. Ia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan.

"Makasih," ucap Yuna dengan volume yang sangat kecil

"Ha-hah?" Beo Aretha yang terkejut mendengar hal yang barusan Yuna ucapkan, 'Yuna bilang makasih? Atau gue yang salah denger?' Batin Aretha heran

Yuna berdecak kesal
"Ck, makasih aelah!" Ujar Yuna kesal, ia menajamkan kata 'makasih' .

"Ini Yuna kan?" Tanya Aretha yang terlihat masih sangat bingung, ia mengerjap-ngerjapkan matanya lucu

"Enggak! Ini manusia!" Ketus Yuna, Yuna mulai geram dengan Aretha rasanya ingin memakannya! Jadi kanibal dong? Wkwk

Dan Aretha menjawab namun jawabannya benar-benar menambah rasa kesal seorang Yuna. "Oo... kirain hantu," jawab Aretha sengaja memancing keributan:)

Yuna mengdengkus kasar, ia sangat kesal dengan sikap Aretha. Ternyata Aretha memiliki sikap yang menyebalkan juga, pikir Yuna.

•••••••••••••••
To be continued

Assalammu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh semuanya.

jangan lupa vote, komen, dan follow aku ya readers.
Setiap votmen kalian itu adalah penyemangat aku buat nulis cerita.



















Oh iya aku baru inget
Setelah membaca bab ini

Ada yang mau disampaikan ke mereka gak?

Aretha?

Orang tua Ayana?

Ayana?

Yuna?

Atau ke aku sendiri?
























Kalau ada kesalahan atau ceritanya tidak nyambung dengan chapter sebelumnya bilang ya, ini demi kebaikan kalian yang baca dan aku yang menulis. Terima kasih banyak.

Hmm, maaf banget ya, tolong lah jangan jadi siders, mikirin alur cerita itu susah loh. Jadi tolong hargain, bukan hanya cerita aku tapi setiap cerita yang kalian baca. Toh gak susahkan? Tinggal klik bintang di pojok kiri doang kok. Coba kalian bayangin jika kalian digituin juga, sedih pastinya kan?

Spam 'Next' disini^^ hehe makin banyak yang komen, akunya makin semangat

Dan klik bintang di pojok kiri bawah, jangan pelit! Tinggal klik doang kok susah

406 kata
Maaf dikit banget😭

Okey sekian

Bye bye
See you next chapter
Aku sayang readers

Wassalammu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Someday [Selesai]✔Where stories live. Discover now