CHAPTER 5 : BLURRY

1K 202 18
                                    

"T-tidak.. mau.."

Wajah Haru langsung datar. Lelaki itu berdiri, lalu tanpa basa-basi pergi dari gudang meninggalkan Doyoung sendirian di dalam gudang yang kembali gelap sebab kaca lapis hitam tertutup.

Doyoung merundukan kepalanya kembali. Bibirnya pegal, juga tangannya. Dia tidak bisa terus-terusan duduk dengan keadaan seperti ini. Kepalanya kembali terangkat, dengan tangannya yang berusaha melepas ikatan mati di tangannya.

Cukup lama mencoba, dan Doyoung menyerah. Laki-laki diam cukup lama, sampa akhirnya Doyoung menarik kakinya sampai menekuk kemudian tubuhnya terangkat pelan-pelan, meskipun sejenak kedua lengannya merasakan sakit karna di tekuk.

Ketika sudah berdiri, Doyoung kembali mencoba melepas ikatan di tangannya. Menggesek kuat supaya tangannya keluar sedikit-sedikit meskipun perih. Butuh waktu cukup lama, hingga kedua tangannya berhasil lepas, namun dengan cetakan memar merah. Doyoung langsung melepas tali di mulutnya, kemudian menurunkan kain di mulutnya, membiarkannya bertengger.

Laki-laki Kim itu bernafas cukup berat dan buru-buru. Kakinya bergerak ke arah pintu, kemudian memegang pintu gudang dan mendapati pintu itu terkunci. Dengan segera, laki-laki itu pergi ke arah kaca di atas dengan naik lewat tangga.

Dia harus kabur, dan pergi ke rumahnya.

Jarak tanah dan kaca cukup jauh, tapi dia tetap terjun sampai kakinya terkilir. Doyoung bangkit pelan-pelan, dan menyeret kakinya pergi ke arah lorong gelap di samping tembok sekolah.

Ketika di pagar, satpam menghela nafas melihat lagi, anak murid yang sama dengan nametag 김도영 itu kembali luka-luka di tengah pelajaran.

"Hari ini, ada apa?" Satpam bertanya, simpati.

Doyoung menggeleng, dengan tatapan takut. "M-maaf, Ak-aku harus buru-buru."

Satpam mengangguk. Pria paruh baya itu membuka pagar. Doyoung membungkukan setengah badan, sebelum pergi keluar dari pagar. Satpam itu sejenak menatap punggung laki-laki remaja itu, sebelum menutup pagar sekolah.

Dan itu semua, tak luput dari pantauan Haru dengan senyum liciknya.

"Hah.. padahal aku sekolah karena ingin melihatnya di bully."

***

Di depan rumahnya, Doyoung langsung buru-buru masuk dan mengunci pintunya. Punggungnya merosot di pintu, dengan tatapan ketakutan dan nafas yang memburu berat.

Ruangan gelap dan sunyi itu seperti menyembunyikan Doyoung dan menjadi satu-satunya saksi bisu bagaimana Kim Doyoung menangis dengan kepala di umpatkan dalam dua lututnya.

Ah ralat, salah satunya, karena Haru berdiri di tengah kegelapan, memperhatikan Doyoung dengan tangan masuk ke dalam saku, juga tatapannya yang datar. Kemudian kakinya bergerak, mendekati tubuh meringkuk Doyoung, membuat lelaki manis itu membeku melihat dua kaki di depannya.

Pelan-pelan kepalanya terangkat, kemudian terkejut dengan tubuhnya yang tidak bisa bergerak. Haru menyeringai kecil, sebelum kuku telunjuknya mendarat di pangkal hidung Doyoung.

"Kenapa kabur?"

"Akh.." Doyoung justru meringis sakit begitu merasakan jari Haru menusuk masuk ke dalam kulitnya, sampai cairan darah mengalir.

"Jawab."

"A-aku.. akh!"

Doyoung menangis. Kedua tangannya tidak bisa berbuat apapun saat Haru menginjak keduanya dengan kaki jenjangnya. Doyoung memejamkan mata, meringis dalam diam begitu Haru mulai menggores hidungnya.

"Ja.wab."

"Aku takut.." Doyoung menjawab dengan suara pelan. Manik cokelatnya kembali menatap Haru dengan tatapan sakit dan ketakutan. "Le-lepaskan aku.. biarkan aku hidup seperti biasa, ku mohon.."

Haru menggeleng dengan kekehan-nya. Dia menarik jarinya kemudian mundur sampai kedua tangan Doyoung lepas dari injakan-nya.

"Aku tidak akan melepaskan-mu, sampai kapanpun, paham?"

Doyoung semakin menangis takut. Melihat itu, Haru mengukir senyum lebar, sebelum menarik kerah seragam Doyoung, membawanya ke dapur dekat ruang tamu. Melempar punggung lelaki itu, sampai membentur meja bar.

"Karena aku tidak melihatmu di rundung di sekolah, jadi biar aku saja yang menggantikan mereka." Ucap Haru dengan senyum senang dan lebar. Doyoung menggeleng kuat, menangis memohon untuk di lepaskan namun Haru tetap mengambil pisau.

"Aku moho―AKH!!"

Haru hanya tersenyum kecil mendapat respon yang bagus. Lelaki itu terus menggores leher Doyoung dengan tangannya yang lain, menarik rambut lelaki Kim itu agar lehernya tertarik.

"Dengar ini," Haru berbisik dengan tangannya yang kini hanya membelai pipi Doyoung dengan pisau berlumur darah. Wajahnya tepat di depan Doyoung yang memejamkan mata, menangis. "Kau akan ku jadikan budak di neraka nanti. Ku mandikan kau ke dalam api neraka, bersamaku.
Lalu.. tidur bersama di atas bara api, bersama para hewan yang akan menggelitik tubuhmu dengan kaki seribu-nya."

Doyoung menangis tanpa suara dengan tubuh gemetar juga kedua tangannya yang terkepal lemah. Lelaki itu merinding, saat Haru menjilat lehernya.

"Di neraka, kau akan menjadi submissive-ku dan budak-ku."

Haru menarik kepalanya menjauh kemudian tersenyum miring. Dia meletakan pisaunya di lantai, kemudian menarik tangan Doyoung agar berdiri. Tangan besarnya mengusap rambut lelaki itu, dengan tangan satunya yang mengenggam tangan Doyoung.

Bibir Haru mengukir senyum, sebelum akhirnya mereka berdua sampai di dapur milik rumah Haru. Lelaki Lucifer itu melepas genggamannya dan menepuk pipi Doyoung.

"Anteng dan jangan coba-coba kabur lagi, mengerti?"

Doyoung mengangguk. Matanya masih terpejam dengan kepala merunduk.

"Budak pintar." Kekeh Haru kemudian pergi dari dapur, ke lantai atas.

Sedangkan Doyoung langsung jatuh ke lantai membuat darah dari lehernya berceceran di lantai, membasahi sekitaran dengan warna merah pekat. Mukanya pucat, karna kesakitan dan ketakutan yang berlebihan.

***
Sementara di sekolah, Jeong-Han membuka gudang bersama Hyun-Su dan Hoon-Ji. Mereka harus membawa Kim Doyoung ke ruang guru, karena di panggil.

Mungkin peringatan karena tidak mengikuti ujian selama 2 hari berturut-turut.

Namun ketika di dalam gudang, Jeong-Han membeku dengan tatapan terkejut melihat tidak ada Doyoung yang terikat. Hoon-Ji berdesis, begitu melihat kaca di atas, terbuka.

"Sialan."

Hoon-Ji keluar dari gudang. Hyun-Su mengejarnya keluar dari dalam gudang dengan Jeong-Han yang turut ikut, sesudah menutup gudang.

"Kau mau kemana?" Hyun-Su bertanya, mencegah lengan Hoon-Ji.

Lelaki Park itu berbalik badan, menatap Hyun-Su dengan tatapan penuh kebencian juga kepalan tangannya yang kuat.

"Ke rumahnya."

NIGHTMAREWhere stories live. Discover now