Prince of Darkness {HaliYa}

1.7K 72 3
                                    

"Wajahmu datar sekali, oh ayolah! Kau bukan tembok yang menyamar jadi manusia kan?"

Itu adalah kalimat pertama yang Halilintar dengar dari mulut gadis berpakaian serba merah muda. Jubah putih yang menutupi sebagian kepalanya membuat perhatian Halilintar semakin tertuju kepada gadis asing yang baru ia temui.

"Kenapa? Kamu penasaran dengan wajahku ya? Hihi," gadis itu tertawa kecil seraya menjahili lelaki bermata merah ruby di dekatnya.

Halilintar berdecak pelan. "Pergilah!Jangan mengangguku," ia berjalan meninggalkan sosok gadis cantik yang sama sekali tidak menarik perhatian sang putra mahkota.

"Hei, siapa yang mengganggumu? Justru kau adalah orang pertama yang baru kulihat di wilayah ini... Jadi aku ingin berkenalan denganmu," gadis itu mengulurkan tangannya tepat di hadapan Halilintar.

Pangeran bermata merah ruby itu hanya melirik sinis ke belakang. "Tidak perlu bersikap seperti itu, lagipula kita bukan mahram."

Yaya melongo, lalu cepat-cepat menurunkan kembali tangannya. "Maaf, aku terlalu berlebihan ya?" ia bertanya dengan tampang polos.

Halilintar terdiam sejenak. Lelaki itu langsung mengacak rambutnya. "Pergilah ke arah Timur, di sana kau akan bertemu warga tepatnya di daerah pasar Kerajaan ini," ia berujar sambil memalingkan wajah.

Gadis bertudung itu mengangguk paham. "Ke arah sana ya? Baiklah, aku pergi dulu," Yaya melambaikan tangannya seraya melangkahkan kaki guna memperbesar jarak dari sang pangeran.

"Tunggu!"

Teriakan dari Halilintar mengejutkan Yaya, sontak saja gadis itu membalikkan badan. "Apa lagi?" Gadis itu mengerutkan dahinya.

"Tidak seharusnya perempuan bepergian sendiri, kenapa kau tidak bersama teman atau saudaramu?" Halilintar menjeda ucapannya. "Atau... Apa jangan-jangan kau penyusup?!"

Yaya melebarkan matanya. "Hei, jangan bicara sembarangan!" gadis itu menunduk dalam. "Ergh... Aku... Aku hanya..." ia berucap ragu.

"Apa? Jelaskan kepadaku lebih banyak tentangmu!" Halilintar bersiap mengeluarkan pedang yang sedari tadi bertengger manis di pinggangnya.

"Te-tenanglah, aku hanya jalan-jalan saja... Lagipula aku pernah dengar di kerajaan ini terdapat mahkluk langka yang ku cari selama bertahun-tahun."

"Apa itu? Bicaralah dengan jelas!"

Yaya terlonjak kaget. "Ergh... Itu... Apa ya namanya... Jodoh? Iya jodoh!"

Halilintar menaikkan sebelah alisnya bingung. "Jodoh? Yang benar saja," ujarnya kurang yakin.

"Iya! Selama ini aku sudah menunggu jodohku yang tidak kunjung datang, jadi... Aku berencana mencarinya ke daerah ini, mungkin saja bisa bertemu... iya kan?" Oh syukurlah, akhirnya Yaya bisa bernapas lega setelah menemukan ide cemerlang di tengah rasa panik.

"Kenapa kau harus mencarinya, apakah itu penting bagi hidupmu?" Pangeran Halilintar memasukkan pedang tajamnya ke dalam sarung dan menatap gadis dihadapannya dengan wajah datar.

"Tentu saja! Bukankah manusia diciptakan berpasang-pasangan? Aku juga ingin merasakan yang namanya jatuh cinta, jujur... Baru kali ini aku dibiarkan untuk menemukan tulang punggungku sendiri, yaitu seseorang yang sudah menjadi jodohku bahkan sebelum aku lahir," ujar gadis itu.

Yaya tersenyum tipis mengingat kejadian beberapa saat yang lalu ketika dirinya di pertemukan dengan orang-orang yang bersiap menikahinya, namun tidak ada satupun dari mereka yang membuat hati Yaya berdebar. Apa itu jatuh cinta? Yaya bahkan tidak tahu bagaimana rasanya.

MINE : BoYa {OneShoot}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang