Chapter 4 - Aku Mulai Menyukaimu.

24 12 14
                                    

Setelah kejadian semalam, pagi itu aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Tetapi sekolah tetaplah sekolah, aku harus bersiap-siap karena kakakku pasti sudah menunggu di meja makan. Setelah mandi, aku memakai seragam dan turun untuk makan sarapan buatan ibuku. Namun ketika membuka pintu kamarku, di waktu yang bersamaan, Angkasa juga membuka pintu kamarnya. Sungguh pagi yang sangat canggung namun entah kenapa aku ingin tersenyum ketika melihat wajahnya. Lihatlah matanya yang cantik seperti bulan purnama, hidungnya yang tajam, dan rambutnya yang acak-acakan namun masih terlihat keren. Karena suasana terlalu canggung, akupun berusaha untuk menyapanya dulu.

"Pagi Angkasa."

"Ya."

Sesuai dengan ekspetasiku, sifat Angkasa yang cuek itu tidak bisa berubah dalam sehari. Kita berdua pun berjalan ke arah ruang makan. Jalan berdampingan dengannya sungguh aneh namun aku bisa mencium aroma wangi dari tubuh Angkasa. Dan anehnya lagi, aku menyukai aromanya.

"Sa, Melati kalau di sekolah dekat sama siapa?", goda ibuku.

"Setauku dia akrab sama satu cowo yang bernama Morgan, bu", jawab Angkasa.

"Kok kamu sebut dia sih", bisikku kesal.

"Ya kan gue cuman ngasih tau sesuai fakta".

"Tapi kan aku juga deket sama kamu."

Tanpa sadar aku mengatakannya, aku tidak tahu harus bicara apa karena orang tua ku menatapku dengan tatapan aneh, sedangkan kakakku hanya tersenyum seakan ia tahu apa isi pikiranku. Baru kali ini aku melihat Angkasa tersenyum licik setelah mendengar ucapanku, aku sangat malu ketika menatapnya.

"Wah, sejak kapan lu deket sama gue?"

"Bukannya kita ini sekarang udah deket ya?"

"Mel, kamu ni suka ya sama Angkasa?", bisik kakakku.

"Enggak!"

"Nak, kamu malu-malu ya, wajahmu merah tuh", goda ibuku sambil mengambil roti.

Ibu memberi Angkasa roti yang ia beli kemarin. Angkasa terlihat sangat senang saat ibu memberi roti itu. Muncul sesuatu di benakku, "aku harus bersyukur karena orang tua sayang denganku, mereka memberiku banyak kasih sayang".

"Terima kasih ibu".

"Hah? Kamu kenapa?", tanya kakakku kebingungan.

"Ya karena kalian sayang sama aku".

"Kamu sakit? Kok tiba-tiba gini?".

"Ya aku cuman mikir kalo aku beruntung punya keluarga yang harmonis, punya ayah, ibu, dan kakak-kakak yang baik".

Ibu ku berdiri dan menghampiriku, ia memelukku dengan erat dan berkata, "iya sayang, ibu juga beruntung karena memiliki putri sebaik Melati".

Aku tersenyum bahagia mendengar ucapan ibu. Aku menoleh ke Angkasa yang sedang menatapku, ia memberiku tepukan kecil di bahuku. Kakakku melihat kejadian itu, ia tersenyum licik, kemudian mengedipkan matanya seperti sedang merencanakan sesuatu. Suasana menjadi sangat hening setelah itu, kemudian ayahku yang baru saja keluar dari kamarnya, ia memberi Angkasa kunci mobilnya.

"Nih pakailah untuk pergi ke sekolah", ucap ayahku sambil memberi kuncinya ke Angkasa.

"Tidak perlu pak, tidak perlu repot, saya bisa jalan kaki ke sekolah".

"Udah terima saja kenapa sih", ucap Mawar dengan sinis.

"Sudah, mobilnya kupinjamkan saja untukmu, anggap saja upah setelah mengantar putriku", tegas ayahku.

"Terima aja nak", bujuk ibuku.

"Baiklah, terima kasih bapak dan ibu karena sudah mempercayai Angkasa", ucap Angkasa tersenyum.

Bunga AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang