Cruisèr .

93 21 12
                                    

written ; J i n g g a s o u l




QUADRILLE

• Seorang Penari dan Sepasang Pantofel •





s t a r t .



Sunyi dari beberapa jiwa yang enggan masuk ke dalam sebuah ruangan berharum eksotis. Individu atau kelompok yang lebih minat berlalu lalang pada jalan setapak di depan manik mata memandang. Membuang rasa penasaran pada papan toko berukir jadul, memilih laju dengan tambahan langkah.

Seseorang mulai jenuh– muak dengan waktu yang semakin panas dan sia-sia. Lirikan mata yang terus berulang pada jam bundar di sisi ruang, begitu semula sejak ritme waktu berjalan.

Seolah mengerti, wajah sang arogan kembali ditekuk, pucat dengan segelintir peluh. Sudah cukup letih dengan setumpuk pengunjung yang semena berkacak, ia mendongak, kembali menghela napas. Tidak bisa istirahat dari kekejaran masa. Lantas ia bersyukur kemudian,

Sejenak waktu yang bisa ia pakai untuk melepas bebal, meninggalkan separuh dari asa akibat peluh melayani. Ia menyandarkan punggung tegapnya di permukaan sisi.

Bahkan sup hangat yang ia beli pada jam sebelumnya semakin terarah ke atmosfer dini hari, membeku. Bagi mereka di luar sana, lebih baik tak makan alih-alih tak memiliki sepasang benda dari kulit sapi– saat ini yang terincar adalah toko temaramnya.

Bekerja sebagai karyawan dari toko penjual sepatu– sederhana, elegan, namun berkesan. Letaknya di sang ibu kota, menjelang festival akhir tahun, padat pengunjung dari belahan wilayah menjunjung Paris.

Toko ini begitu sesak. Nyaris sebelum dirinya memilih tak sarapan dan berakhir menahan gejolak pada perut ratanya. Demi dewa, akhirnya kesempatan ikut andil dalam proyek tak berkisah. Dirinya bisa lenggang sekarang, ah sial pengungjung merepotkan.


Tring !



shit, dunia sedang bercanda?


"Ah maaf, aku tidak tahu jika sekarang adalah waktu istirahatmu–"

"....aku sedang senggang. Tidak perlu kembali, silahkan masuk."


Bagaimana bisa seorang pembual sepertinya melewatkan kesempatan untuk sekedar menghirup satu oksigen dalam ruang yang sama dengan sang piawai?


"Oh benarkah? kulihat tadi kau sedang makan siang? aku akan kembali ke sanggar kemudian mengunjungimu lagi nanti."

Ah, sial. Dia menawan.


"Tidak–ugh maksud ku tidak perlu kembali ke tempatmu, sekarang juga kau bisa memilihnya."

Lupakan soal sup hangat– yang lezatnya menghunus angkasa– itu opini Theo sang karyawan baru ; parasnya memikat, muda, dan panas. Oh ayolah, semua orang tahu tentang seberapa indahnya penjaga di toko pantofel.


"Benarkah? um...bisa bantu pilihkan?"

Theo, seorang pemuda terlewat panas itu menemukan sebongkah permata yang tertanam pada salah satu insan di kota Paris. Di toko kecil milik tuannya, dan di dalam ruang sesak dengan harum clementine mendominasi.

"Spesifik? aku tidak tahu jenis sepatu apa yang kau inginkan."

Lantas seseorang– angsa mempesona– dewi– Aphrodite dalam bentuk nyata melalui pandangan Tooru mendekat pada degupnya, semakin menipis hingga bisa ia rasakan harum khas yang menguar bersama maskulin dirinya, Theo mabuk. Benar-benar tercekat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Quadrille - OisugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang