Mutiara Cinta 11

256 50 1
                                    

Pagi itu pertama kali nya lagi Zoya menyentuh Rudra setelah perpisahan mereka.

Mata Rudra terbuka perlahan, sejenak mengumpulkan kembali seluruh nyawa.

Saat mata nya terbuka penuh dia merasa sesuatu menempel di diri nya. Dan ternyata sentuhan Zoya di bahu nya, kemudian matanya tertuju pada wajah Zoya yang masih terlelap tenang. Ingin bergerak namun dia takut Zoya terbangun. Tidak lama setelah berpikiran demikian. Mata Zoya mulai menunjukkan pergerakan dan terbuka lebar-lebar.

Dengan cepat Rudra menutup kembali mata nya seolah-olah dia masih tertidur.

Zoya sadar sepenuhnya dan mendapati diri nya sangat dekat dengan Rudra, dia melihat tangan nya yang menempel di bahu pria itu. Sempat terkejut namun dia berusaha tenang. Sejenak dia menatap Rudra dengan diam, dan perlahan mengangngkat tangan nya dan bangun pelan-pelan agar tidak menyebabkan bunyi apapun yang akan membuat pria itu terbangun.

Zoya sangat gugup. Rudra memperhatikan nya saat Zoya membelakangi nya dan kemudian menutup kembali mata nya dengan cepat ketika dia sadar Zoya akan berbalik kembali ke arah nya.

Zoya bangun dari tempat tidur itu dan berjalan berjinjit lalu keluar. Setelah Zoya keluar, Rudra membuka mata nya dengan bebas. Berpikir sejenak kemudian tersamar senyum di sudut bibir nya.

Zoya sangat gugup ketika ada sosok Rudra, dia mengingat momentum bangun tidur nya tadi pagi.

"Papa."

"My Lion." Ujar Rudra sembari mengangkat tubuh Arion.

"Apa papa akan pergi lagi?"

"Uuhhm.. papa harus kerja."

"Uhm."

"Kenapa?"

"Tidak"

"Ayo bilang sama Papa."

"Kenapa Papa sama Mama tidak tinggal sama-sama lagi saja."

Mendengar pertanyaan Arion Rudra dan Zoya saling menatap meski hanya sejenak. Suasana sempat hening.

"Papa ...Mama.."

"Ahh ...

"Aahh ..

Respon mereka bersamaan.

"Sayang siap-siap berangkat sekolah, biar Papa antar."

"Uhm ..baiklah."

Setelah sarapan, Rudra berangkat kerja dan mengantar Arion Sekolah.

Dalam perjalanan handphone Rudra terus berdering yang tak lain dari Dinda. Namun Rudra seakan malas mengangkat nya.

"Aira sayang ..."

Ucap Zoya sembari menggendong Putri nya. Dia mengingat malam di mana Rudra pertama kali menggendong Aira saat itu. Dia sangat bahagia dan merasa Aira akan merasa kan kasih sayang dari Ayah nya.

Namun hubungan mereka yang masih canggung dan berjarak itu membuat hal itu tertunda.
Ditambah lagi dengan gengsi Rudra yang mengakui perasaan nya. Bahwa saat ini dia telah benar-benar mencintai Zoya sangat dalam bahkan sampai sulit dan tidak tahu mulai dari mana untuk mengungkap segala isi hati nya. Alih-alih mengungkap kan mala Sikap nya seolah menolak atas perasaan nya itu. Lidah Rudra seakan beku ketika dekat dengan Zoya.

Waktu yang terus berlalu. Membuat mereka tidak boleh tinggal bersama terlalu lama karena mereka bukan lagi Suami istri. Hingga setelah kembali nya Mema dan Danel ingin menikahkan lagi kedua insan itu.

Demi anak-anak mereka. Zoya mengikuti apa yang di katakan Danel dan Mema begitu juga dengan Rudra. Namun berbeda dengan Dinda yang tidak bisa menerimah hal itu.

"Tidak. Rudra tidak boleh menikah lagi dengan Zoya."

"Rudra hanya milik ku. Dia harus menikah dengan ku."

"Aku harus mencari cara untuk menggagalkan pernikahan mereka."

Kekhawatiran Dinda membuat nya tidak tenang. Dia terus berusaha mencari cara untuk menggagalkan pernikahan Rudra dan Zoya. Namun gagal.

Zoya dan Rudra kembali resmi menjadi suami istri yang sah.
Namun hal diantara mereka masih berjarak. Mereka pun tidur masih terpisah.

Karena Dinda sulit memisahkan Rudra dan Zoya dari luar, akhir nya dia berpupra-pura menjadi dan menawarkan pertemanan kepada Zoya.

Dan dia dianggap sahabat baik Rudra, dan anak oleh Mema dan Danel. Hingga dia bebas tinggal kapan saja dia mau di Mansion itu.

Dan ini cara terbaik bagi Dinda untuk tetap bisa dekat dengan Rudra.

Dia ingin menyebarkan racun-racun nya untuk memisahkan Rudra dan Zoya secara perlahan.

Arion dan Aira seiring waktu berlalu tumbuh dengan baik. Dan karena Arion salah satu penyebab kembali nya Rudra dan Zoya membuat Dinda kesal dengan anak itu, tapi dia tidak bisa menunjukkan nya.

Hingga pikiran keji nya timbul, hal pertama yang harus di lakukan agar Rudra berpisah dari Zoya adalah mereka harus kehilangan Arion.

Dinda memikirkan banyak hal dan cara agar Arion hilang dari kehidupan Rudra. Namun setiap rencana Dinda selalu gagal.

Malahan hubungan Rudra dan Zoya semakin berkembang.
Rudra perlahan menunjukkan rasa cinta nya kepada Zoya. Meski tidak dengan kata-kata.

Tindakan nya yang secara perlahan-lahan membuat Zoya bisa merasakan Bahwa Rudra kembali jatuh cinta kepada nya begitu juga dengan diri nya.

"Selamat pagi."

"Selamat pagi juga."

Setelah kata-kata itu, mereka kembali terdiam. Mereka sama-sama tidak bisa memulai percakapan. Senyuman Zoya yang samar-samar menunjukkan rasa malu nya, membuat Rudra terus menatap nya.

Zoya tidak bisa menatap Rudra hingga bola mata nya mencari arah lain dengan rasa gugup.

"Aku ..."

"Aku ..."

Mereka kembali bersuara bersamaan nya.

"Aku akan mandi dan mengganti pakaian kemudian membantu bibi menyiapkan sarapan"

"Tidak."

Ucap Rudra sembari memblok Zoya yang sempat melangkah.

Zoya merasa gugup atas sikap Rudra pagi itu. Dia tidak bisa bicara sedikitpun.

"Kau tidak perlu membantu bibi, karena aku yang membutuhkan mu." Ucap Rudra parau.

Wanita tambah gugup dan tidak bisa bergerak kemana-mana.

"M-maksud mu." Tanya singkat yang berusaha Ia keluarkan dari lisan nya yang kaku.

Rudra perlahan mendekat kearah Zoya. Dekat semakin dekat, dan lebih dekat. Sedikit lagi sangat dekat, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dan membuat Zoya terkejut dan sontak mundur selangkah dari Rudra.

"Den Rudra ..." Suara dari luar sana.
Yang tak lain suara bibi.

"Maaf Den, Tuan Danel memanggil Den Rudra, dan oh ya Sarapan sudah siap. "

"Baiklah bi. Terimahkasih"

Saat Rudra menoleh Zoya mengambil kesempatan menuju toilet dengan cepat. Rudra yang melihat hal itu, hanya tersenyum dan menggeleng pelan kemudian keluar menuju Ruangan Danel.




MUTIARA CINTA Where stories live. Discover now