Part 20 (Ending)

1.4K 67 0
                                    

Author POV

 

            Seorang gadis berambut panjang hitam kelam tengah terbaring di sebuah ranjang rumah sakit, dengan seorang pemuda yang menggenggam erat tangannya. Pemuda itu mengatakan sesuatu dengan senyum yang merekah lebar di bibirnya, membuat si gadis yang masih tampak lemas tertawa, lantas tawa gadis itu terhenti begitu si pemuda menyentuh pipinya pelan. Lalu pemuda berambut cokelat keemasan itu mengucapkan sesuatu lagi, yang kali ini berhasil membuat si gadis tersipu. Rona kemerahan menyembul di pipinya yang berkulit pucat, membuatnya tampak begitu manis.

            Semua pemandangan itu dengan mudahnya masuk ke dalam sepasang bola mata hitam yang mengintip lewat celah pintu yang terbuka. Sesuatu yang hangat mengaliri dadanya, membuatnya merasa senang melihat Bella tertawa, namun disamping itu sesuatu yang perih juga menjalar di hatinya, membuat hatinya terasa sakit. Mengapa bukannya dirinya yang membuat gadis itu tertawa? Mengapa harus orang lain? Mengapa harus Justin?

            Skandar menutup pintu kamar perawatan Bella dengan perlahan, dan mencoba menyimpan segala senyum Bella dalam benaknya, karena kini dia sadar. Dia tidak pernah punya kesempatan untuk mendekati Bella lagi. Dia tidak akan pernah bisa mendapatkan gadis itu, sekuat apapun dia mencoba, karena Justin telah lebih dulu meninggalkan namanya dalam benak Bella, telah lebih dahulu menjadi pemilik hati Bella. Selama sembilan tahun, dan rentang waktu yang begitu panjang tidak pernah membuat cinta Bella untuk Justin maupun cinta Justin untuk Bella padam.

            Kini Skandar bersandar di pintu yang telah tertutup rapat, memejamkan matanya dan mencoba menyudahi semua gelombang perasaan yang menyakitkan, yang kini terasa menusuk-nusuk di dadanya. Suara sepatu yang menginjak lantai membuat Skandar membuka kedua belah matanya, dan menatap gadis berambut lurus yang kini berdiri di hadapannya.

            “Apakah menyakitkan?” tanya Lisa getir. Skandar hanya mengangguk,

            “Mengapa kita tidak mencoba mencari solusi yang lebih baik, Skandar? Kau menyukai Bella, dan akupun mencintai Justin.”

Kening Skandar mengerut.

            “Apa maksudmu, Lisa?”

            “Kau dan aku. Kita bekerja sama, well, ini mungkin terdengar kejam, tapi apakah kita berdua juga tidak cukup pantas untuk bahagia?” Lisa menyahut, memperjelas maksudnya, yang sontak membuat Skandar berdiri tegak dan menarik tangan Lisa menjauhi muka pintu kamar perawatan Bella. Lisa mengerang begitu cengkeraman Skandar yang kuat melingkari pergelangan tangannya begitu erat, seolah membuat aliran darah Lisa terhenti disana, hingga perlahan warna telapak tangannya mulai menguning. Skandar tak memperdulikan erangan Lisa, dan justru menatap gadis keturunan jepang itu dengan pandangan murka.

            “Kau sahabat Bella, Lisa. Kau sahabat Bella. Dan sekarang kau mengajakku melakukan hal menjijikkan seperti ini?” Skandar membentak Lisa, yang langsung mendongakkan wajahnya untuk memandang Skandar yang jauh lebih tinggi darinya.

            “Aku tidak bermaksud membuat Bella terluka, Skandar! Aku hanya lelah! Aku lelah karena aku punya begitu banyak impian yang sulit aku raih! Kau tahu kenapa? Itu gara-gara Bella! Begitu dia hadir dalam kehidupanku, hanya dia yang terus saja merampas segalanya. Merampas segalanya, yang seharusnya menjadi milikku!”

            “Itu bukan salah Bella!” balas Skandar marah, “Itu salahmu sendiri, karena kau tidak pernah menunjukkan betapa berharganya dirimu bagi pria yang kau sukai, kau tidak pernah bisa menunjukkan kelebihanmu di depan teman-teman sekolahmu, berbeda jauh dengan Bella! Dia bisa membuat dirinya terlihat begitu berarti, membuat dirinya begitu diinginkan, oleh siapapun! Dan aku berani sumpah, jika kau berencana merebut Justin dari Bella, itu percuma saja. telah sembilan  tahun mereka lewati, tanpa berbicara, tanpa berucap sepatah katapun, tanpa mengumbar tingkah laku manis, namun pada kenyataannya tidak satupun perasaan Justin maupun Bella berkurang!”

The Way to Your Heart (by Renita Nozaria)Where stories live. Discover now