💙 XXI - End

517 29 0
                                    

"Kalau seandainya aku kehilangan ingatanku selamanya, kamu bakal tetap lanjutin rencana awal kamu?"

"Ya. Pikirku kamu lebih baik gatau seberengsek apa aku dulu. Egois ya?"

New mengangguk dalam pelukan Tay.

"Aku suka semua yang ada di kamu. Sikap burukmu pun, ga bisa buat aku berhenti menyukai kamu."

"Tapi itu nyakitin kamu."

"Itu urusanku, itu perasaanku. Bahkan aku sendiri ga bisa mengendalikannya. Perasaan sakit itu manusiawi, Tay. Entah kamu atau orang lain yang memberiku rasa sakit, rasanya sama saja bagiku, dan itu manusiawi, kamu ga perlu merasa buruk karena itu."

"Tapi itu--"

"Nyakitin kamu juga? Basi ah, terlalu mainstream kata katamu."

Tay diam. Kalimat yang diucapkan New membuat Tay diam seketika. Merasa sedikit tersinggung, tapi dia juga sadar bahwa perkataannya memang terlalu mainstream dan cringe menurutnya.

"Tapi aku ga bisa nyakitin kamu terus mengabaikannya gitu aja."

"Kamu gak mengabaikannya." New mendongak menatap Tay yang sedang mendekapnya.

Dari sudut pandang Tay, New terlihat sangat manis. Mata New yang berkedip lucu membuat Tay kehilangan fokusnya.

"Tay?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tay?"

"Eh?!" Dengan kecepatan cahaya, Tay kemudian sadar dari ke-terlenaan-nya pada mata New.

"Tay? Kamu ngelamun?"

"Hehe, iya. Maaf. Tadi kamu bilang apa?"

"Kamu gak mengabaikannya." New mengulang kembali perkataannya dan Tay berusaha mengingat pembicaraan terakhir mereka.

Sampai mana? Tay lupa. Oh ya, menyakiti New.

"Eh? Aku gak mengabaikannya?"

New menghela nafasnya. Berbicara dengan Tay membuatnya menguras kesabaran sedikit lebih banyak.

"Kalau kamu mengabaikannya, kita gak mungkin bicarain ini. Yang bahas nyakitin aku duluan kan kamu."

"Iya juga sih."

"Kan, lo lemot ah. Ga seru, mau tidur aja." New melepaskan dekapan Tay ditubuhnya dan membaringkan dirinya ke tempat tidur dengan membelakangi Tay.

"New?? Kamu marah gara gara aku lemot?" Tay menggoyangkan bahu New.

"Y."

"Maaf deh. Obrolannya ga mau dilanjutin?" Tay berusaha membujuk New.

Tapi New sepertinya tak ingin melanjutkan obrolan mereka. Buktinya New masih memunggungi Tay dan memejamkan matanya.

"Ga mau pelukan lagi?"

New menoleh. Ekspresinya masih menunjukkan kekesalan, tapi malah terlihat lucu. Lalu dengan ragu mendekatkan dirinya ke dada Tay untuk didekap.

"Dada mu hangat."

"Suhu ruangannya 30° New, kamu masih nyari kehangatan?"

"Mm." New mengangguk, merapatkan pelukannya pada Tay.

"Yaudah, ayo tidur. Besok ada rapat kan?" Tay merasakan anggukan New di dadanya.

"Nyanyiin Lullaby, boleh?" Suara lucu New yang teredam di dekapan Tay membuatnya terdengar lucu.

Tay mengangguk meskipun tau New tak bisa melihatnya. Tay kemudian mengelus elus rambut hitam New yang ada di dekapannya dan mulai menyanyikan Lullaby.

Tay lagi lagi menyanyikan Sunshine. Karena satu satunya Lullaby yang dia tahu hanya itu. Tapi selama New nyaman dengan lagu itu, kenapa tidak?

Bagi New, Tay adalah pusat dunianya. Apapun yang Tay lakukan, pasti akan berimbas padanya. Entah dalam hal emosional atau fisikal.

Sebelum dan sesudah kehilangan ingatannya kemudian mendapat kembali ingatannya, Tay masih dan selalu menjadi pusat dunianya.

Sedangkan untuk Tay, New adalah kekasihnya. Tay tidak memandang New sebagai siapa atau apapun. Baginya, New adalah New. Pria yang akan selalu dicintainya. New bukan dunianya, tapi akan ada lubang besar di dunianya jika New menghilang.

Pandangan keduanya kepada satu sama lain sangat berbanding terbalik. Tapi bukankah yang namanya pasangan memang begitu? Orang yang pendapatnya selalu bertentangan denganmu.

Akhir dari cerita Tay dan New disini, mungkin kurang berkesan. Tapi masalah mereka sudah selesai. Konflik lain mungkin akan muncul seiring berjalannya waktu mereka bersama. Tapi tidak di cerita ini.

Disini, mereka sudah berbahagia. Apa lagi yang diharapkan? Luka yang berlanjut? New sudah menyembuhkan lukanya, dan Tay sudah memperbaiki kesalahannya. Haruskah ada luka dan kesalahan lagi?

Kurasa tidak.

Tapi, bagaimana dengan luka tokoh lain?

-

Remember You [TayNew] ✓Where stories live. Discover now