Pemuda Plum Hijau

573 58 6
                                    

Kisahnya bermula dari sebuah gang kecil, nampak miskin tapi tidak kumuh. Letaknya di ibu kota, walau agak jauh dari hingar bingarnya, kau tetap bisa melihat cahaya lampion tiap toko mewahnya tapi riuh ramai orang-orangnya tidak terlalu terdengar.

Di sebuah rumah tinggal seorang anak yatim piatu. Namanya Xiao Zhan. Pemuda kecil yang bekerja membuat arak plum hijau warisan orang tuanya. Di rumahnya yang begitu sederhana, dia bekerja. Siang berkeliling menjajakan dagangan, malam membuat arak. Terus begitu.

Di sebelahnya, tinggal Wang Yibo. Juga seorang yatim piatu. Katanya karena perang orang tuanya meninggal. Dia kini menganggur, bingung setelah entah ke sekian kali dipecat.

"Kau itu! Dipecat lagi? Sudah ke berapa kali bulan ini?" Xiao Zhan bertolak pinggang di depan pintu. Wajahnya kesal. Mereka sudah berteman dari kecil sampai kini mereka berumur 13 tahun dan Xiao Zhan sangat hafal dengan temperamen bersumbu pendek Wang Yibo.

Wang Yibo nyengir kuda. Matanya biru dan bibirnya sobek sampai berdarah. Sembari mengacungkan dua jarinya dia menjawab, "dua kali! Tapi aku berani bersumpah ini bukan salahku!"

Xiao Zhan menghampiri dan duduk di atas dipan di samping Wang Yibo yang duduk selonjoran. Pemuda berwajah manis itu mengeluarkan kain dan mencelupkannya ke air dingin di baskom yang dia bawa.

"Terus salah siapa?! Salah pantatku?!"

"Bisa jadi!"

Wang Yibo tertawa keras sampai tubuhnya meringkuk di atas dipan. Membuat Xiao Zhan kesal setengah mati. Xiao Zhan memukuli Wang Yibo dengan gemas. Mengatainya pendek sialan dan berbagai macam umpatan yang tidak bisa dibayangkan bisa keluar dari wajah manis sepertinya. Wang Yibo yang dimarahi malah tertawa semakin keras. Dia memeluk pinggang Xiao Zhan hingga mereka berdua terguling ke atas dipan bersama.

Ketika tawa mereka berdua mulai mereda dan napas mereka mulai teratur, Wang Yibo berkata dengan seringai jahilnya, "Zhan, bagaimana kalau kita menikah saja?"

Karena Xiao Zhan si kurus yang mulai sering sakit-sakitan karena terlalu keras bekerja, akhirnya Wang Yibo memutuskan untuk membantunya menjual arak ke kota. Xiao Zhan percaya Wang Yibo kuat membawa berkendi-kendi arak walaupun dia pendek, tapi, dia tidak percaya dengan kemampuan bisnis Wang Yibo. Jadi di pagi hari pertama dia mengantar pergi Wang Yibo yang berangkat bekerja, dia berkata, "kau yakin tidak akan memukul pembeli? Kadang suka ada pembeli yang menepuk pantatmu kalau kau mau daganganmu habis tahu!"

Tanpa Xiao Zhan ketahui, urat di kepala Wang Yibo menegang sampai hampir menonjol. "Tidak! Tidak akan!"

Dasar Xiao Zhan si polos itu! Kalau ada yang berani menyetuh pantatmu seharusnya kau tendang sampai mati. Astaga!

Dengan semangat membara, Wang Yibo berjualan. Menjajakan arak manis dari toko ke toko. Walaupun galak, ternyata Wang Yibo lancar menjajakan dagangannya. Dia bahkan sudah menjalin bisnis tetap dengan sebuah rumah makan kecil di hari pertamanya berjualan. Dan itu semua dia lakukan tanpa harus menerima pelecehan.

"Memang sebaiknya orang bodoh macam Xiao Zhan dikurung di rumah saja. Bisa-bisa dia menjadi penyebab perang kalau dibiarkan berkeliaran," pikir Wang Yibo sembari menghitung pendapatannya. Tidak banyak sampai bisa membuat dia dan Xiao Zhan-nya kaya, tapi, cukup untuk menutupi kebutuhan hidup dua orang dan mengembalikan modal.

Dengan langkah yang ringan, Wang Yibo kembali ke rumah.

"Eh? Kau sudah pulang? Apa dagangannya tidak laku?" tanya Xiao Zhan tanpa melihat sahabatnya. Dia malah sibuk menyiapkan makan. "Ayo makan du ... lu..."

Xiao Zhan menatap sahabatnya penuh tanda tanya. Di depannya Wang Yibo tengah bersandar di daun pintu sembari menggoyang-goyangkan kepingan uang dalam kantung, keranjangnya yang kosong dia geletakkan begitu saja di lantai. Wajahnya sombong.

That Green Plum BoyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora