Chapter Two

130 25 4
                                    

Tangan mengetuk-ngetuk pena di atas meja. Menandakan bahwa insan tersebut sedang dalam kondisi gabut. Tak tahu apa yang harus dilakukan, hanya sok sibuk memainkan hal itu.

"Yotsuba-san, hentikan itu dan belajarlah."

"Malas."

Mendesah lelah, mengapa teman-nya terbilang tidak ada yang ingin diajak kerja sama bila, sudah menyangkut urusan belajar? Padahal menurut dirinya, belajar itu suatu keharusan.

"Yotsuba-san," ujar dia lagi.

Sebisa mungkin tuk bersabar, jikalau menghadapi sosok dihadapan. Maklum, kalau salah perkataan sedikit, keringat dingin setia membasahi kening. Jujur dia akan kehabisan kata-kata untuk itu.

Walaupun aslinya tidak sama sekali.

"Aku lelah, Iorin saja sendiri."

"Sedari tadi memang aku sedang belajar, tapi tidak dengan dirimu."

"Akh, ayolah! Biarkan aku istirahat," gerutunya, langsung beranjak pergi dari ruangan kelas.

Syukur-syukur sudah masuk jam istirahat, jadi tak masalah. Oh, tidak juga sepertinya? Mendesah pelan, kepala menggeleng tidak heran.

Di samping itu, kelas lain terdapat [Name] yang menyibukan diri dengan tugas-tugas merepotkan baginya. "Sungguh keterlaluan, aku mana paham." Tidak itu bukanlah [Name], melainkan temannya yang duduk disamping dia.

"Sabar ya kamu. Jalani saja," ujar [Name] dengan tampang tak berdosa.

"Menyebalkan dirimu, [Name]."

Mendecak lidah, mulai mengabaikan [Name] yang menghela napas pasrah. Tak mengerti bagaimana cara meladeni orang, yang cepat sekali marah. Tapi suaminya, bisa sih.

"...."

Tak berkata-kata lebih, ia sudah tidak mau berdebat dengannya. Mengapa teman sebangkunya sifatnya begini? Ia pun tak paham, bagaimana bisa memahami sifatnya yang seperti itu.

"Oh ketemu, [Nickname]!"

Baru saja ingin menunduk, ia sungguh lelah. Panggilan tak asing menyeruak masuk ke telinga, mengambil posisi sempurna didalamnya. Mendesah pelan, ia mulai memperbaiki duduk kembali. Ditatapnya sosok lelaki dihadapan.

Ah, tunggu ia melupakan satu hal. Di kelas di mana dia kunjungi merupakan tempat banyaknya penggemar diri-nya juga teman satu unitnya, IDOLiSH7. Yap, ialah salah satu member tersebut, Yotsuba Tamaki.

Baru saja akan berkerumun, langsung ada sosok lelaki diambang sana. Teman sekelas pemuda tersebut. Sepertinya, Tamaki melarikan diri lagi. Alasannya, tak mau belajar kata dia. [Name] terkadang bingung sendiri, harus membalas apa.

"Yotsuba-san, sebaiknya kembali ke kelas sekarang dan pelajari beberapa buku. Tidak baik menganggu, Osa-maaf, [Last Name]-san."

[Name] mengukir senyum disana. Ia tak melupakan fakta bahwa kedua member dari IDOLiSH7 didepan mata, mengetahui bahwa rahasia tersembunyi seorang [Name].

Jadi, butuh lebih banyak yang disembunyi 'kan dari orang-orang, akibat tak mau sesuatu itu terjadi kembali. Sungguh ia tak ingin, dan hanya mengulas senyum palsu.

"Hee, tidak! Malas tau, Iorin ... Aku sudah capek-capek kemari, diajak kembali."

Menggerutu kesal, bagaimana selain partner-nya. Adalagi orang yang mengatur dia. Tidak menyukai hal tersebut, anggaplah sebagai musuh baginya. Paling tidak disukainya, adalah tak bertindak dipaksakan.

Ia menuruti kata-kata hatinya, bahkan terkadang ucapan frontal menjadikan salah satu pemicu apa yang telah terjadi. "Tidak masalah, sih. Tapi Tama-ah, maksudku Yotsuba-san. Ada baiknya belajar, sebentar lagi kita akan ulangan. Tidak baik menunda-nunda hal tersebut."

"Huh? [Nickname] ikut-ikutan Iorin. Tidak seru! Kalian berdua sama saja," keluh Tamaki, dia sudah mulai emosi itu dapat diketahui dengan mudah, hanya melihat dari mimik wajah ataupun nada bicara khas dirinya.

"Ahh, ini demi kebaikan kita juga."

Sejujurnya yang dikatakan oleh [Name] berupa fakta. Tidak banyak orang yang belajar untuk ulangan, mirip Tamaki? Entahlah. Hanya saja tak diperlihatkan secara umum seperti Tamaki sendiri.

Mereka yang mengenali Tamaki sudah mewajari sifatnya tersebut. Walau akan kaget, berakhir menjadi pembicaraan sepertinya akan ada konflik tanpa sadar sekarang.

Ini adalah suasana yang pas untuk diposting pada majalah, lembaran pertama. Di mana seorang siswa turut adu mulut dengan dua idola. Astaga, siapa yang memang akan melakukan? Oh, itu tentu saja dia yang iri. Bahkan gerak-geriknya, patut diacungi jempol terbalik.

"Apa aku tanyakan saja kepada Osaka-san, apakah ada waktu untuk mengajari Yotsuba-san belajar?"

"... Baik, aku akan kembali ke kelas."

Baru saja menatap kepergian kedua lelaki yang diambang pintu, sepertinya telah akur mau tak mau. Mendesah lelah, gadis tersebut mulai duduk kembali yang sebelumnya ia berdiri.

"Nee, nee. [Name] bagaimana bisa kau dekat dengan mereka?"

"Mmn, eh? Akupun tak bisa mengatakan hal itu." Seraya menampilkan senyum pahit, [Name] mulai membuat alisnya meringkuk tidak berdaya.

Bagaimana pun juga, menghadapi member termuda IDOLiSH7, bagi dirinya cukup sulit. Membayangkan Tsumugi, yang notabene merupakan manager mereka, telah berusaha keras menghadapi kelakukan mereka.

"Hee~ [Name] tidak asik!" cetus salah satu teman, yang mungkin dikata sedikit dekat dengan dia.

"Oh, hati-hati kuharap [Name]. Bisa saja akan ada yang terjadi setelah ini, kau mengertikan bagaimana keadaanmu sekarang?"

To be continued

To be continued

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
OLDER! Osaka Sogo. ✓Where stories live. Discover now