Aku Tidak Mau Melanjutkan

286 28 7
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Off terkulai layu di sofa. Matanya terpaku pada kaki meja, sebab ia tak kuasa barang melirik saja ke arahku atau ke arah lain yang penuh cipratan merah, dan noda itu meluas di lantai. Sangat merepotkan. Harusnya dia bantu aku. Minimalnya membereskan kotoran ini.

"Kau mau duduk saja, begitu?" kataku.

Pelan-pelan mata Off merangkak naik, dan bukannya menatap aku, dia malah menonton pisau di tanganku.

"Heh.." kataku lagi setelah lama aku menunggu jawabannya, tapi yang Off lakukan cuma menelan ludah. "Pisau ini tumpul. Bayangkan betapa kerepotannya aku, sementara kamu bersantai-santai."

"Gun... ini salah..."

Aku hampir memotong jari jemari lentik di bawahku tapi perkataan Jumpol bikin aku ketawa.

"Hahahahahaha.... Meminta hubungan seks kepada sahabatmu sendiri, sementara kau sudah bertunangan, apa itu tidak salah?"

"...aku.. euh..." Off terbata, lalu menjerit terkesiap saat darah merayap ke ujung kakinya. Ia mengerjap, menarik kedua kaki ke sofa.

"Menurutmu salah jika aku bersaing dengan perempuan-perempuan itu?"

TAK! TAK! CRAT!

Off meringis, menutup kedua telinga, dan memejam erat. Kepalanya pening. Tiba-tiba sofa yang didudukinya serasa bergerak melayang ke sana kemari.

"Ayolah, kalian belum menikah. Kalau tunanganmu menjelek-jelekan aku di hadapanmu, kenapa aku tak boleh menjelek-jelekan dia di hadapanmu? Ini..."

Tes...

"HAAAAHH!!"

Tetes darah jatuh mengenai ujung kuku jempol kaki Off. Bau. Tiba-tiba sebuah bau menusuk penciuman. Bau yang menyengat bikin Off mual. Apa-apa yang dilihatnya berputar-putar.

"Hey, Off..."

Suara Gun mengecil, dan sosoknya menjadi kabur.

.

.

.

"...yang mengira alkohol itu whiskey. Hahahaha... dia teriak panik sewaktu api membesar. Sebenernya aku yang nuker isi botol dan ngejatuhin korek nyala sampai wajah mantanmu terbakar hahahaha.... Aku kira perempuan yang ini juga cuma bakal jadi mantanmu, tapi taunya kau memberi dia cincin. Cih." Gun bergidik. "Aku paling gak suka jarimu. Jadi aku potong jarinya."

Off mengerjap-ngerjap. Punggungnya sakit sekali. Tiap sendinya serasa mau patah, seperti engsel berkarat. Setelah ia sadar benar, ia melihat Gun duduk di meja, mengoceh sendirian.

"...aku bilang, hey, Off ikut audisi karena aku yang ajak. Tapi gak ada yang peduli itu. Semua orang taunya kamu sudah sukses dan jadinya merengek ingin jadi pacarmu. Padahal P'Yui dan semuanya mewanti-wanti berulang kali, Off, kau masih terikat kontrak sebagai OffGun. Astaga, harusnya kau menurut dan bukannya pacaran. Coba ka--"

"Gun?"

"Oh? Selamat pagi, Pangeran..."

Off merengut menemukan dirinya sendiri duduk di lantai dengan kedua tangan diikat di belakang. Tapi ia tidak diikat sendirian. Ia terhimpit bersama seseorang yang bikin Off takut saat menebak-nebak siapa kiranya orang yang satu ikatan dengannya.

"...Gun..." suaranya merengek, setengah mati menghindar melirik sebelah kiri.

"Apa?"

"K-kenapa aku diikat?"

"Hmm... kenapa ya?" Gun beranjak ke sudut ruangan. "Aku nggak tahu kamu suka main golf. Sejak kapan?"

"...Gun..." Off hampir menitikan air mata. Sebelah tubuhnya merasakan orang di sampingnya dingin dan lengket. 

"Apa sih? Aku lagi milih tongkat golf nih..."

"...Gun.. kenapa..."

"Nah, yang ini. Kamu suka yang ini?" katanya sembari mengacungkan tongkat golf. "Kok wajah kamu begitu? Jangan gitu dong... Liat tuh orang di sebelah kamu, tidurnya pules."

Orang di sebelahnya terkulai dengan rambut awut-awutan, tampak baru dipangkas tak beraturan. Matanya menutup dan keningnya penuh oleh cairan kehitaman bercampur rambut yang melekat basah.

"UWAAA!!"

PTAK!

"Ugh!"

CRAT!

Telinga Off mendenging. Pandangannya menjadi kabur, dan untuk sesaat ia lupa sedang menghindari sosok di sebelah, sehingga kepalanya jatuh terkulai di bahu sosok itu. Beristirahat sejenak menahan sakit yang merenyut seisi kepala. "Ahh... ga... Gun... sakit... lepas..."

"Kamu jangan berisik. Nanti tunangan kamu bangun."

Gun berjongkok di hadapan Off.

"Waktu kamu bilang kamu bakal nikah, rasanya juga sakit, tahu. Tapi kalau dia udah nggak cantik, kamu bakal putusin dia kayak mantan-mantanmu yang lain, kan?"

"Kau gila!" Off menyembur.

"Hah?"

Gun berdiri.

"Kau gila! TOLONG!! TOLOOONG!! TO--"

PTAK! TAK! BUG! BUG! BUG!

"...ekkhh..."

BUG!

"Akhh!!"

.

.

.

"Tunggu sebentar, ya... mau ke P'Arm dulu. Soalnya semalem kan dia liat kita."

Gun membawa tongkat golf yang sudah dibersihkan bersama pisau di balik saku jaket sweater.

Off tergolek di lantai. Kepalanya lunglai di bahu tunangannya, tak bisa mendengar apa yang dikatakan Gun, tapi ia memutuskan memejamkan mata sebentar sambil memikirkan jalan keluar selagi Gun tidak ada.

"P'Arm... P'Arm... repot banget deh. Tapi P'Arm punya pisau daging nggak ya?"

.

.

.



END

.

.

.



Hehehehehehehe

A/N

Yes, tamat. Kalian tidak salah baca hehehehe

OffGun : Pink in MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang