CSG 07- Benih cinta yang mulai tumbuh

14.9K 1.4K 123
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

-Happy reading-

*****

"Kamu kayak gitu karena cemburukan, Kar? Kamu butuh validasi dari Fiza kalau kamu lebih baik dari saya dan pantas untuk dia?"

"Karena pada kenyataannya, kamu merasa dirimu tidak layak untuk dia."

Gus Afkar meninju pinggiran wastafel dengan keras hingga menyebabkan tangannya memerah. Wajahnya terlihat marah. Bayangan perkataan Gus Adnan dengan tidak sopannya berputar dikepalanya.

Yang pertama, Gus Afkar akui ia tidak suka Fiza diantar Gus Adnan kemarin, tapi bukan berarti dia cemburu, kan?

Kedua, Gus Afkar tidak butuh validasi dari Fiza bahwa dirinya bisa menjadi lebih baik dari Gus Adnan, hanya karena ia yang mampu memilikinya sekarang dan bukan Gus Adnan.

Ketiga, Gus Afkar tidak perlu merasa dirinya tidak layak untuk Fiza, karena pada kenyataannya ia tak pernah menginginkan Fiza dalam hidupnya.

Tetapi, mengapa ketiga pernyataan itu, justru bertolak belakang dengan racauan dalam hatinya.

Seolah-olah ada perasaan tak terima. Mungkinkah, benih cinta itu mulai tumbuh?

Gus Afkar menggeleng, bersamaan dengan itu terdengar sebuah ketukan pintu dari luar.

Tok tok tok

"Mas, kamu masih lama, nggak? Umi, meminta kamu mengantarkan saya belanja. Tapi kamu jangan marah dulu, saya sudah bilang ke beliau kalau saya bisa sendiri, tapi Umi gak mengizinkan." Suara Fiza terdengar bergetar. Gus Afkar meyakini dia takut pada dirinya.

Walaupun Gus Afkar tahu ini hanya akal-akalan uminya agar ia dekat dengan Fiza, anehnya pemuda itu tidak menolaknya.

"Ayo," seru Gus Afkar setelah mengambil kunci mobilnya yang mana merupakan hadiah pernikahannya dari Kiai Ilham.

Mendengar itu, Fiza mematung ditempatnya dengan mata sedikit melebar karena terkejut. Seolah dalam hatinya iya bertanya ini serius, dia langsung mau? Gak ada drama ngomong pedas dulu?

Gus Afkar mendesis ketika Fiza malah diam ditempatnya. "Katanya mau diantar?"

Fiza gelagapan, "Eh, iya, Mas."

*****

Gus Afkar dan Fiza memutuskan berbelanja di supermarket terdekat karena sudah sore. Sesampai di sana, saat Fiza hendak mengambil troli, Gus Afkar langsung mengambil alih terlebih dahulu. Lagi-lagi Fiza dibuat terheran-heran dengan sikapnya yang sangat aneh menurutnya.

"Beli apa aja?" tanya Gus Afkar.

Tidak ada jawaban.

Merasa tak ada sahutan, Gus Afkar menoleh kebelakang. Ternyata Giza tertinggal dibelakang dalam keadaan tercengang.

"Hafizah Aghnia, mau sampai kapan kamu disitu?" panggil Gus Afkar dengan suara sedikit ditekan.

Fiza menyengir dan berjalan menyamai Gus Afkar. "Maaf, maaf. Habisnya saya heran, kenapa Mas Afkar mendadak berubah."

Kemudian, keduanya sibuk memilih apa saja yang akan mereka beli sesuai list catatan yang sudah Nyai Nadya dan Fiza buat untuk kebutuhan dapur.

Ditengah Fiza sibuk memilih, ada seorang lelaki yang sedang mengangkat telepon sembari menatap ke arah Fiza dengan senyuman terukir dibibirnya. Hal itu tidak lepas dari pandangan tajam Gus Afkar.

CINTA SEORANG GUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang