Belum Sepenuhnya Mati

2.9K 374 37
                                    

Mereka pun akhirnya berjalan ke luar kamar, menuju pintu belakang. "Bagaimana mereka tau?" tanya Rianti pada Wulan yang sudah berdiri di dekat pintu.

"Sepertinya Pak Odih mendengar suara teriakan tadi."

"Ah ... berarti ini semua salah saya. Maaf," ucap Rianti seraya menatap Gladis yang ada di dekatnya.

"Buka pintunya, Lan," perintah Rianti.

"Tidak bisa. Mereka semua akan tertangkap," balas Wulan.

"Apa ada anak buah Pak Odih di luar?"

Wulan mengganggukan kepalanya.

"Jadi gimana ini?" tanya Rere. "Kenapa kita gak nembus tembok atau terbang aja. Kaya Wulan," imbuhnya.

"Apa Non belum memberitahu mereka?" tanya Wulan pada Rianti.

"Memberitahu apa?" tanya Gladis.

"Sudah sebagian," balas Rianti.

"Sebagian?" Joe kebingungan.

Rianti membalikan badan, menghadap Joe dan Gladis. "Sebenarnya kalian sedang berada di antara hidup dan mati."

"Apa?" sahut Rere yang berdiri di belakang Gladis.

"Intinya kalian belum sepenuhnya mati," jelas Rianti.

Suara deru langkah semakin mendekat. "Apa yang harus kita lakukan?" tanya Rianti pada Wulan.

Wulan mendekati pintu dan meraih gagang pintu. "Sepertinya kita terpaksa melakukan itu, Non."

Rianti mengangguk pelan, tanda ia mengerti dengan ucapan Wulan.

"Bagaimana dengan teman-teman saya?" tanya Joe.

"Mereka sudah tidak bisa diselamatkan," balas Wulan. "Selama kalian belum sepenuhnya mati. Kalian masih ada kemungkinan selamat," imbuhnya.

"Dari mana kalian tau kalau kami belum sepenuhnya mati?" tanya Rere.

"Tubuh orang mati itu dingin. Nafasnya pun dingin," balas Rianti.

Krek!

Wulan membuka pintu sedikit.

"Kalian harus lari lurus ke depan, sekencang mungkin. Jangan sekalipun menoleh ke belakang. Masuklah ke dalam hutan. Nanti di ujung hutan ada jalan ke luar dari tempat ini," perintah Rianti.

"Lalu, bagaimana dengan Pak Odih dan anak buahnya?" tanya Gladis.

"Biar kami yang hadapi," sahut Wulan. "Kalian sudah siap?"

"Niel," bisik Rere.

"Ya?"

"Kaki gw masih sakit."

"Naek ke punggung gw buruan!"

Rere naik ke punggung Daniel.

"Ngapain lu berdua?" tanya Joe heran.

"Kaki Rere masih sakit, Jo. Dah lu siap-siap aja lari, jangan liat kita berdua."

Kriet!

Pintu terbuka lebar. Terlihat beberapa anak buah Pak Odih sudah menunggu kami. Wulan melayang dengan cepat menghalau mereka, diikuti Rianti. "Sekarang!" teriak Rianti.

Joe menarik tangan Gladis, kemudian mereka berlari duluan. Sementara Daniel menyusul di belakang.

Mereka berlari tanpa sedikitpun menengok ke belakang. Melewati pinggiran danau dan masuk ke dalam hutan.

Siapa Yang Mati?Where stories live. Discover now