Day 07 & 09 - Scary And Scarier Thing (M)

622 115 15
                                    

"Terakhir kali kau berjanji kau akan lembut, aku tidak bisa berjalan besoknya, besoknya, dan besoknya. Tiga hari!"

"Tapi aku mau..." Jonghyuk berbisik pelan sembari merengkuh erat. Matanya terpejam, menikmati tiap rantai aroma Dokja yang ia suka. Nada rendah mengalun di seluruh kata seiring raba tangan menyusup ke balik hoodie yang Dokja kenakan.

"Jangan berbisik di telingaku!" Karena curang jika Jonghyuk menggunakan suara itu untuk mengusik titik lemah Dokja.

"Jadi kau ingin aku berbisik dimana, hm?" Kecupan mendarat di pundak, "Di sini?" Satu embusan napas membuat kulit Dokja beriak, seakan cukup menggetarkan gairah yang seharusnya tidak terlibat. "Atau di sini?"

Ibu jari Jonghyuk menekan belahan bibir bawah, memberi kontras lebih terang dari dasar merah sakura. "Kau suka aku berbisik di sini? Memanggil namamu, lalu mengatakan aku mencintaimu, kan?"

Benar-benar curang. Tidak bolehlah dia melancarkan tatapan setampan itu saat memasang perangkap.

"Kau menakutkan, kau tahu?" Dokja melarang kata 'menawan' meluncur dari bibir. "Kau bisa melakukan segalanya.."

"Tapi tidak semua yang membuatmu senang."

"Aku senang.." Sentuhan tangan Dokja yang menangkup pipi Jonghyuk memenjarakan mata mereka, saling menjerat. "Kau menakutkan.."

"Benarkah?" Satu ciuman hinggap pada bibir Dokja, menyesap sekilas manis, menghantar sejenak hangat. "Apa yang kau takutkan kalau begitu?"

Rabaan berlanjut, pun ciumannya. Dokja melenguh lembut sembari menggerakkan tubuh untuk berada di posisi terbaik dalam kukungan Yoo Jonghyuk. Kakinya mengapit pinggul yang lebih besar, sementara kedua tangan memeluk laksana bayi koala.

Manis sekali.

"Kau lebih menakutkan dariku, Kim Dokja."

"Hngh..."

Mata Dokja terpejam menutup pancar nikmat di kepul obsidian hitamnya ketika Jonghyuk membaui leher. Perlahan dan perlahan sentuhan turun melompati lipatan hoodie menuju perut yang kencang. Otot-otot di sana dicecap, beberapa bekas kemerahan tampak dengan mudah.

"Ugh.. Jonghyuk- ahh, kau berat.." Dokja melenguh. Memanglah Yoo Jonghyuk itu hangat dan enak untuk dipeluk, namun ketika dia dan seluruh berat tubuhnya bersikap manja, terkadang napas Dokja tercekat. "Bertumpulah dengan sikumu."

Permintaan Dokja didengar jelas, tanpa terlewat, penuh perhatian, namun Jonghyuk begitu manis dengan rasa gemas dan malah semakin menekan Dokja ke arah tempat tidur. Pekikan terdengar, lalu Jonghyuk tertawa kecil.

"Kau menyebalkan."

"Dan kau jelek," ia menggigit pipi Dokja hingga satu tone pekikan kembali terdengar dan kali ini dibersamai sebuah jambakan. "Aku bisa botak-"

Dokja tidak melepas tangan.

"Kau tidak akan menyukaiku kalau aku botak."

Masih dengan segenap hati Dokja menarik rambut hitam pemuda yang ada di atasnya.

"Oh, jadi kau mau bilang kau akan tetap menyukaiku kalau aku botak?" Seketika Dokja berhenti, manik matanya melempar tanda tanya luar biasa ke arah Yoo Jonghyuk.

"Kau bercanda? Aku akan meninggalkanmu lalu mencari pria tampan lain."

"Tapi kau jelek."

Seketika Dokja ingin menghantamnya dengan kuat.

"Cuma aku yang suka manusia jelek sepertimu."

"Kau benar-benar serius mengatakan itu, huh?"

"Ya. Makanya kau tidak bisa cari yang lain.."

Satu kalimat membungkam Dokja. Seiring amarahnya redam, sebuah rona berpendar di permukaan pipi yang tadi digigit sang lawan.

"Kau benar-benar menakutkan, kau tahu?" Ia mengulang sekilas deklarasi, "Kau selalu menang."

"Benarkah?" Kecup yang mendarat di kening Dokja selembut tetes embun yang tidak berjejak karena kemudian Yoo Jonghyuk memutar posisi agar Dokja berada di atasnya. "Kalau begitu, mau gantian memenangkan sesuatu dariku?"

Gema lonceng berdentang di kepala Dokja. Telinga memerah, namun juga bersemangat. Jantung terasa berdetak lebih kuat hingga getaraannya beresonansi dengan dada bidang Yoo Jonghyuk.

"Kau benar-benar serius mengatakan itu?"

"Apa kau punya hobi mengulang kalimat, atau semacamnya?" Rabaan merambat ke tulang pinggul, naik ke punggung lalu menarik Dokja untuk sebuah ciuman yang lebih dalam. Lebih panas dengan pergulatan penuh suara gairah serta manis yang saling mengantara.

"Hhm.."

Dokja tidak menghindari cumbuan itu, ia juga tidak mundur melainkan menekan Jonghyuk lebih jauh. Bermain membawa gerakan pinggulnya yang merasa dijelajah oleh belai-belai lembut yang perlahan meliar.

"Kau mau di atas atau di bawah?" Jonghyuk bertanya cepat setelah pagutan terlepas. Melihat fokus Dokja yang berusaha mencari napas dengan bibir basah mengkilap. Matanya berkabut. Wajahnya semerah ceri di atas kue dengan krim vanilla. Manis dan menggemaskan.

Namun Jonghyuk membutuhkan sebuah jawaban. Dan Dokja terpaksa berhenti mengatur napas ketika pinggulnya dicengram. Ia merasakan di celah kakinya, bagian intim Yoo Jonghyuk yang mendesak kejelasan serta persetujan.

"Kim Dokja?"

"Di bawah," ucapnya, "Kau yang lakukan. Tapi aku akan membencimu jika kau berlebihan."

Detik setelahnya Yoo Jonghyuk kembali memutar posisi, namun kali ini diikuti gestur lembut. Seperti genggaman di tangan, kecup di tepi pipi, bisikan nama dengan suara dalam, lalu ia membuka pakaian.

"Aku janji tidak akan sekeras itu.."

Dan Dokja hanya berharap Jonghyuk bisa menepati janjinya.

END

Day7
Day9
SeaglassNst

So, do you wanna see what happen next, hm? :)

Everlasting AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang