02. Masa Kini

12.5K 466 8
                                    

Haiii Author lanjut lagi. Novel ini ceritanya ga begitu panjang, semoga kalian menikmati yaaa....

11 tahun kemudian

“Aduhh...” teriakan Leo yang terkena bola lemparanku.

“Ibuuuuuuu.... kakak bu!!!” teriakanku lebih kencang. Lalu Ibu muncul dengan tergesah-gesah.

 “Ada apa ini?” Tanya ibu.

“Kakak bu... masa dia masuk kamarku tanpa ketuk pintu dulu bu!” laporku pada Ibu.

“Leo! kamu ini tidak berubah ya! Adikmu sudah besar. Malu sedikit donk.” Kata ibu sambil menjewer telinga kak Leo.

“Aduh duh... ibu sakit lepas!—awas kamu ya!” kata kak Leo sambil merayu ibu juga mengancamku.

“Jangan mengancamnya! Cepat turun mau apa kamu kemari? Ini sudah jam berapa? Ini hari pertama kamu kerja!? Cepat makan!—Chika kamu juga cepat!” kata ibu mengomel

Omelan ibu masih terdengar di kamarku saat dia dan Kakak turun ke ruang makan. Kakak bilang dia hendak mengambil kameranya, dikamarku. Karena akan di pakai olehnya. Aku turun sambil menyerahkan kameranya.

“Nih—ambil! memangnya kakak kerjanya apaan sih? bukannya wartawan tidak perlu kamera?” tanyaku

“Ini untuk Alex, diakan kameramenku, jadi dia harus bawa kamera!”

“kameranya mana?”

“Di pecahin semalam!”

“Ceroboh banget! sudah tau mau kerja hari ini!”

“Sudah cepat makan!” kata Bibi menengahi pembicaraan kami. “kamu juga—hari ini hari pertamamu masuk kelas dua kan?”

Aku lihat jam dan—“yah tuhan aku hampir telat” buru-buru kuambil roti dan selai dan kemudian aku langsung pergi mengambil sepedaku, dan tancap gas. Dari luar aku dengar kakak menertawai aku dan kemudian dimarahi Ibu.

Lalu saat dalam perjalanan kulihat kakak melambaikan tangannya dari mobil Alex. “Selamat berjuang ya!!” serunya mendahului aku.

Yah inilah aku sekarang, keluarga itu telah memutuskan untuk mengadopsiku. Tanpa menanyakan banyak hal kepadaku. Aku yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Keluarga itu telah memberikan banyak hal yang membahagiakan aku. Sekarang aku punya Ibu dan Kakak yang sangat menyayangiku. Dan aku sudah memutuskan akan melupakan seluruh kenanganku yang dulu. Seluruh kenangan yang kumiliki hanya tentang mereka saja. Tak ada yang lain, tidak ada... dan Aku hampir lupa dengan semuanya...

 Paman atau ayah maksudku sudah meninggal 6 tahun silam. Semenjak itu Ibu berusaha menyekolahkan aku dan kakak sendiri.

Sekarang, aku sudah kelas dua SMA, dan kakak sudah bekerja di stasiun SET TV, sebagai wartawan Korespondensi bagian criminal. Awalnya aku takut, tapi setelah mendengarkan keterangan kakak, rasa cemasku kututupi dalam-dalam.

Sampai di sekolah aku langsung menuju kelas. Kelas ku paling terkenal dengan julukan Hutan Lebah, karena jika tidak ada guru, bisingnya seperti suara dengungan lebah berebut madu, dan jika ada anak kelas sebelah yang mencoba menasehati, akan disengat! Dan baru akan tenang jika ada Guru paling Killer masuk. Dan dari kejauhan aku lihat guru paling killer disekolahku sedang menuju kelasku. Bel memang sudah berdetang lima menit yang lalu, pastilah para guru sedang menuju keruangan kelas masing-masing. Aku mulai berlari, dan guru itu juga berlari begitu melihatku, kami berlomba siapa duluan yang sampai ke kelas. Aku tidak mau hari pertama kelas duaku diawali dengan berdiri didepan. Aku berlari sekencang-kencangnya. Kami sampai bersamaan didepan pintu kelas, dan berebutan masuk, walau akhirnya aku yang menang. Karena berhasil membohonginya. Begitu meneriaki “Selamat Pagi! Pak Kepala Sekolah!” Ibu Wan langsung salah tingkah dan berusaha merapikan dirinya, untuk hal yang sia-sia.

My Lovley BrotherWhere stories live. Discover now