Hukuman

512 65 21
                                    

Siliwangi telah memulai sidang dan akan memutuskan hukum yang pantas ntuk mereka.

"kalian bertiga telah melakukan kejahatan besar dengan membuat putraku kian santang hampir sekarat dan untungnya aku beserta tabib istana berhasil menyelamatkan nyawanya, jika tidak kalian akan ku berikan hukuman mati tapi itu tidak akan kulakukan karena aku memutuskan hukuman cambuk sebanyak 100 kali." ucap siliwangi dengan tegas.

mereka pun menolak hukuman yang diberikan oleh siliwangi.

"tidakk, kanda aku mohon jangan hukum aku tolong ampuni aku kanda".ricau kentring manik."

siliwangi yang sudah geram tetap ingin melakukan hukuman itu dan siliwangi pun memanggil prajurit untuk menyiapkan hukuman itu untuk mereka.

"prajurit?! siapkan hukuman mereka segera." ucap siliwangi pada prajurit.

"sandika gusti prabu." jawab prajurit.

"baiklah sidang telah selesai kalian boleh kembali ketempat kalian masing masing dan untuk senopati cakradewa bawa mereka ke alun alun istana aku akan menyusul nantinya." ucap siliwangi lantang.

"sandika gusti prabu." jawab senopati cakradewa.

siliwangi pun meninggalkan balairung untuk pergi melihat keadaan kian santang.
🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹
wisma kian santang

"eugh bunda." ucap kian santang sambil berusaha mendudukkan posisi tubuhnya.

"ada apa putraku? berbaringlah jangan dipaksakan kau masih lemah nak."jawab subanglarang.

"baiklah ibunda, ibunda aku hanya ingin menemui ayahanda apakah ayahanda prabu masih lama?." tanya kian santang.

"tidak putraku, ayahandamu tidak akan lama sebentar lagi akan kemari untuk melihat keadaanmu." ucap subang larang.

CLECK...

semua pun menoleh ke arah pintu yang terdapat siliwangi dan walangsungsang.

"a..yahanda prabu eugh." ucap kian santang yang merubah posisinya menjadi duduk.

"tidak apa apa putraku tetaplah berbaring jangan dipaksakan karena tubuhmu belum pulih benar." ucap siliwangi.

"tapi...".jawab kian santang.

" rayi!." sahut rara santang dan walangsungsang.

kian santang yang mendengarkan ucapan raka dan yundanya langsung segera berbaring kembali dan membuat ibundanya tertawa kecil melihat tingkah mereka.

"kenapa putraku?." tanya subang larang.

"ti..dak ti..dak apa apa ibunda.".jawab kian santang.

" putraku apa kau takut jika raka dan yundamu marah karena kau selalu memaksa tubuhmu untuk bangun."sahut subang larang.

kian santang pun tidak menjawab kata kata subang larang dan hanya memasang wajah ketakutan.

"putraku kenapa kau ketakutan seperti ini?." tanya siliwangi.

"ti..dak ti..dak apa apa ayahanda hanya saja wajah raka dan yunda sangat menyeramkan saat menggertakku sehingga membuatku takut ayahanda ibunda." jawab kian santang.

"rayi, raka dan yundamu ini hanya ingin kau tidak memaksa tubuhmu untuk bangun karena itu akan berbahaya karna kondisimu belum pulih rayi." sahut walangsungsang.

"yang dikatakan raka itu benar rayi." ucap rara santang.

"tapi raka yunda..." ucap kian santang terpotong.

"Rayi?!." ucap serempak walangrara.

"huft..., baiklah baiklah aku tidak akan memaksa tubuhku lagi dan kali ini aku akan benar benar istirahat." ucap kian santang pasrah dengan memalingkan wajahnya.

SANG PANGERAN PAJAJARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang