tiga puluh satu

2.3K 578 14
                                    

Ya tuhan sakit sekali.!
Seperti ada ribuan belati yang menancap di jantungnya.
Nayef tidak menyangka kalau rasanya bakal seperti ini.
Diawal dia sangat yakin akan mudah baginya untuk mendapatkan Sharda kembali tapi baru saja mulai, dia sudah ingin Melarikan diri dari semua ini.
Apakah ini juga yang Sharda rasakan saat pergi menghilang meninggalkan nya dulu.?

Nayef mencengkeram pagar balkon yang terbuat dari kaca tebal, matanya tajam menatap kilau bagai berlian yang terbawa omba di laut sana.
Anging meniup wajahnya yang terass panas, hidungnya kembang kempis mencium aroma pantai yang menenangkan.
"Tidak. Aku tidak akan menyerah. Sampai matipun, Sharda pasti akan kuperjuangkan kembali.!" Bisiknya penuh tekad untuk diri sendiri.

Dalam hubungan yang rumit ini, tidak ada salah yang harus Sharda emban sedikitpun.
Nayef lah yang sudah bersalah, merusak semuanya dan kini dialah yang harus berjuang untuk memperbaiki semuany agar bisa seperti dulu lagi.
Sharda berhak hidup lebih baik lagi.

"Salah satu pelanggan ku pernah membawaku ke sini, belum lama ini.!"

Nayef berbalik, melihat Sharda yang berjalan ke arahnya, terlihat segar dengan rambut basah dan tubuh yang berbalut handuk pendek selutut.
"Kalau begitu saat itulah aku melihatmu.!"
Jawab Nayef yang bersandar ke pagar sambil membentangkan tangan saat Sharda mendekat agar bisa memeluk wanita tersebut, memberinya cinta, kasih sayang dan perhatian yang tulus.

Meski ragu awalnya, Sharda akhirnya masuk dalam pelukan Nayef.
Pria itu meletakan dagunya dipuncak kepala Sharda.
"Hotelnya sama tapi kamarnya beda. Dia hanya membayar kamar biasa, jadi aku tidak tahu kalau pemandangan dari sini sangat indah.
Yah mungkin karena dia tidak punya uang sebanyak mu.!"

"Saat itu aku tidur di kamar sebelah. Aku duduk di sini, sepertinya melihatmu.
Aku berlari ke bawah sana mencarimu tapi kau tidak ada.!" Cerita Nayef.

"Setelah sarapan dan bicara sampai waktunya habis, dia mengantarku pulang ke club.
Dia berjanji akan membawaku ke sini lagi, jika punya waktu.!"
Sharda ikut menyambung ceritanya.

"Kau tidak perlu datang ke sini lagi dengannya. Kapanpun kau ingin, aku akan membawamu.!"
Janji Nayef menghirup aroma Shampo di rambut Sharda.

"Aku lapar.!" Desah Sharda melepaskan diri dari pelukan Nayef yang tanpa tujuan dan membuatnya tidak nyaman.

Nayef mengangguk, tidak menahan Sharda, membiarkan perempuan itu mundur.
"Mau makan di bawah sana atau kita pesan layanan kamar saja.?"

"Aku suka pemandangan di sini.!" Jawab Sharda.
"Teruma berlian yang disana, membuat ku terkesima.!"
Saat Nayef tertawa Sharda ikut tertawa.
"Wanita paling suka perhiasan.!" Jawabnya kembali melihat ke arah Kilauan air laut.

"Kau pesanlah apa yang kau suka. Aku mandi dulu.!" Kata Nayef meraih leher Sharda, mendaratkan kecupan lalu masuk menuju kamar mandi.

Sharda memperhatikan sampai pintu kamar mandi tertutup.
Matanya tertuju pada Jacuzzi yang ada di balkon.
Pikiran mesumnya langsung bekerja, nanti dia akan merayu Nayef dan mereka akan bercinta sampai pingsan di balkon ini.
Hotel ini memang terkenal untuk pasangan bulan madu, di rancang penuh privasi hingga takkan ada yang bisa melihat apa yang dilakukan para pasangan dikamar atau balkon ini.
Desainnya seperti gelombang air, warnanya putih bersih dan bangunan ini masih baru.
Tapi tentu saja dia dan Nayef datang ke sini bukan sebagai pasangan yang sedang berbulan madu.
Tidak ada honeymoon didalam Kenangan Sharda.
Sharda yang kesal mulai membolak balik buku menu, menentukan apa yang akan dipesannya sambil terus memikirkan Nayef yang sedang mandi.

Saat Nayef keluar dengan tubuh terbungkus jubah hampir satu jam kemudian dia langsung menuju balkon, yakin Sharda masih di sana.
"Kenapa kau lama sekali.?" Tanya Sharda mendengar langkah Nayef saat dia sibuk mengatur letak piring dan gelas berisi makanan dan minuman.

"Aku berendam, ototku butuh dilemaskan setelah olah-raga keras."
Jawab Nayef.

Sharda menoleh, matanya tertuju pada dada Nayef yang sedikit tersibak, menerbitkan selera.
Meski bekerja sebagai pelacur selama bertahun-tahun, Sharda tidak berubah jadi perempuan hiperseks tapi dengan Nayef dia merasa seperti itu.
Seperti nya ada zat kimia dalam tubuhnya yang hanya bereaksi saat Nayef di dekatnya.
"Wajahmu.?" Gumamnya saat mengangkat pandangan.

"bercukur juga memakan waktu."
Desah Nayef meraba dagu dan rahangnya.

Kini wajah Nayef jadi bersih, terbebas dari jambang dan kumis tipis yang selalu menjadi ciri khas pria itu.
Sharda mengamati Nayef yang terlihat semakin tampan. selama menjadi istri pria itu, dia tidak pernah diperlihatkan wajah Nayef yang mulus, kini sebagai pelacur, dia diberi kesempatan yang istimewa ini.
Yah puas-puaskan saja, jadi saat mereka berpisah nanti, tidak ada yang membuat Sharda penasaran.!
Sharda tersenyum, mendekati Nayef, memeluk dan menciumi pria itu sampai kehabisan napas, senang merasakan senjata Nayef yang Menusuk rusuknya.

"Kenapa kau belum berpakaian.?" Kata Nayef menggosok hidungnya ke leher dan belakang telinga Sharda.

"Aku rasa tidak perlu, aku lebih suka seperti ini.
Nanti setelah makan, ayo ke pantai, berenang.!"
Ajak Sharda menyelipkan tangan ke balik jubah tebal yang Nayef pakai, mengenggam batang kayu Nayef.

Nayef bergidik, napasnya berhembus ditelinga Sharda.
"Selain berenang apa lagi.?" Jawab Nayef tidak mau kalah, tangannya ikut menyusup ke balik handuk Sharda, mengusap kewanitaan Sharada yang langsung basah.
lalu tanpa aba-aba menusukkan dua jarinya menerbos masuk dalam kewanitaan Sharda.
Sharda mengerang, bergetar hebat terhempas ke dada Nayef.
Nayef menyerang tanpa ampun, jarinya yang panjang mengaduk menancing Sharda mengeluarkan lebih banyak cairan yang melumuri jemarinya, mengalir ke paha wanita tersebut.
"Bukankah kau lapar.?" Bisik Nayef ke telinga Sharda.
Sharda sibuk mengerang dan merintih, cengkraman pada penis Nayef semakin kuat, sakit tapi juga nikmat bagi Nayef.
"Sebaiknya kita berhenti, makan dulu, nanti dilanjutkan, di pantai."

Nayef pura-pura menarik keluar jarinya, Sharda langsung menahan tangan Nayef, kepalanya menggeleng panik.
Matanya basah dan panik saat mendongak menatap Nayef.
"Tidak. Tidak. Jangan berhenti. Belum." Mohonnya dengan tubuh bergetar hebat, dia berusaha mendorong jari Nayef masuk makin dalam.
"Ya tuhan. nayef tolong aku.!" Isaknya yang hanya selangkah lagi mendapatkan orgasme.

Nayef tertawa parau dengan wajah tegang.
"Tentu saja sayang. Tentu saja aku akan menolong mu.!"
Dia memberi apa yang sharda minta hingga wanita itu menjerit merosot jatuh membenamkan wajahnya diantara paha Nayef.
Nayef menunduk, meraup rambut Sharda dan menariknya, mengarah kan bibir wanita itu ke penisnya yang membutuhkan Sharda.

Meski lelah tak bertenaga, Sharda membuka bibirnya menghisap kejantanan Nayef masuk, memainkan lidahnya saat Nayef bergerak maju mundur sampai menumpahkan benihnya di dalam mulut Sharda yang tanpa ragu menelannya, memenuhi lambungnya yang kosong.

*******************************
(10102021) PYK




(Repost) YANG TERINDAHDonde viven las historias. Descúbrelo ahora