Awal • E U N O I A

23 5 1
                                    

Sejatinya, manusia sangat membutuhkan rasa cinta terhadap orang lain maupun diri sendiri. Rasa cinta lah yang menjadi suatu alasan mengapa seseorang bisa bangkit dari keterpurukan. Sama halnya dengan Haruto— pria yang telah jatuh lalu bangkit lagi hanya karena satu alasan di hidupnya, satu satunya harapan, dan satu satunya tanggung jawabnya.

≡★ "Rasa sayang yang aku berikan kepadamu begitu besar sehingga apapun yang aku miliki akan aku taruhkan untuk selalu bersamamu" —Haruto Watanabe.

≡★ "Rasa sayang yang aku berikan kepadamu begitu besar sehingga apapun yang aku miliki akan aku taruhkan untuk selalu bersamamu" —Haruto Watanabe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.

Seorang anak laki laki berusia delapan tahun terlihat sedang menggambar sesuatu pada buku yang sudah terisi sebagian dengan hasil gambarannya. Saat sedang asik menggambar, anak itu merasakan ada jari jari yang mengusap lembut surai hitamnya, anak itu pun menoleh dan mendapatkan seorang wanita yang diduga adalah ibunya.

"Haru..." ya, anak laki laki itu adalah Haruto. "Ibu, Ayah, sama om Jhuan pergi dulu, kami akan pulang besok, Haru di sini aja ya jagain Hana. Bisa kan?" ucap ibunda Haruto dengan sangat lembut.

Haruto tersenyum lalu mengangguk, "Bisa bu, ayo Haru antar sampai depan gerbang" jemari kecilnya bertaut dengan jemari sang ibu— mengajak untuk keluar dari kamarnya.

Sesampainya mereka di teras rumah, Haruto bertemu dengan pria dewasa yang pasti itu adalah ayahnya. Ayah Haruto menyamakan tinggi sang anak dan menatapnya lekat. "Haru, ini pertama kalinya Ayah ninggalin kamu sama Hana di rumah, Haru jangan nakal ya, jagain adik kamu. Ayah janji, bakal bawa mainan untuk Haru ya" mendengar itu, Haruto pun mengangguk semangat, senyum cerah pun ia tunjukkan kepada Ayahnya.

Haruto memandang Ibu dan Ayahnya memasuki mobil mereka, sementara teman Ayahnya— Jhuan memasuki mobil yang berbeda. Di saat mobil menyala, Haruto berteriak pada kedua orang tuanya, "Hati hati! Dan tepati janji Ayah yaaaa!!!!" teriaknya lalu melambaikan tangan mungilnya pada mobil yang sudah menancapkan gas, lalu pergi menghilang dari hadapan Haruto.

Anak tampan itu beranjak memasuki rumah berniat membangunkan adiknya yang masih tertidur pulas untuk makan siang bersama.

Dan sekarang mereka sedang makan berdua di meja makan dengan posisi duduk yang saling berhadapan. Haruto terus memandangi adiknya, entah kenapa ia sangat senang saat melihat adiknya makan.

Tiba-tiba Hana menyadari satu hal, "Kak Haru! Ayah sama Ibu kemana?" tanya Hana dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"Ayah Ibu pergi, katanya ada urusan. Hana sama kakak ya di sini" jelas Haruto.

Hana tak membuka suara lagi, hanya anggukan yang ia berikan kepada kakaknya. Selanjutnya mereka melanjukan aktifitas masing-masing.

Sedikit tentang Haruto...
Haruto adalah anak sulung, ia mempunyai adik bernama Hanaki mereka hanya berbeda dua tahun. Haruto sangat menyayangi adiknya itu, bahkan ia rela mengekuarkan semua miliknya untuk Hana. Memang kakak yang baik.

.
.
.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, dan kakak beradik ini belum juga mau beranjak dari depan televisi, mereka asik menonton hingga tak sadar waktu sudah menyuruh mereka untuk tidur. Tiba-tiba ada suara dering telfon dari telfon rumah, mau tak mau Haruto harus mengangkat panggilan tersebut, saat benda persegi panjang itu berada di sisi telinga Haruto, ia mendengar suara tidak asing, yaitu suara Jhuan— rekan kerja Ayahnya, sekaligus sahabat karib.

Haruto mendengar helaan nafas dari Jhuan membuat anak tampan iru kebingungan, "Kenapa om? Kalian sudah sampai di tempat tujuan? Apa Ayah dan Ibu sudah makan malam? Kenyang kan?" banyak pertanyaan yang dilayangkan.

Namun, jawaban di sebrang sana melenceng dari pertanyaan Haruto. Mendengar pernyataan yang diberikan Jhuan, tiba-tiba lututnya terasa lemas, jantungnya berdegup sangat kencang, matanya memanas dan berair, tubuhnya pun bergetar hebat.

Pernyataan yang tadi diberikan Jhuan adalah, "Haru, kamu harus sabar, harus ikhlas dan harus menerima semuanya ya... Ayah dan Ibu terlibat kecelakaan, dan sayangnya mereka tidak berhasil di selamatkan. Maaf Haru, om benar benar meminta maaf karena tidak bisa menjaga kedua orang tuamu" suara Jhuan juga terdengar lemah dan bergetar.

Haruto tidak tahu harus apa sekarang, bahkan menangis pun rasanya tidak bisa karena ini terlalu membuatnya terkejut, ia membalikkan badannya melihat Hana yang masih asik menonton.

"Aku harus apa tuhan?"

Episode satu ⬇Awal • E U N O I AWatanabe Haruto

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Episode satu

Awal • E U N O I A
Watanabe Haruto

.
.
.

HALLO SEMUANYA!
Akhirnya aku berani ngeluarin cerita tentang treasure yaa hehe..
Aku harap kalian suka dengan cerita aku.
Dan untuk memberi aku semangat dan dukungan aku butuh nih vote, komen, dan jangan lupa masukin ke perpustakaan kalian ya!
Makasih semuanya!
Makasih banyak banyak banyak untuk yang udah vote!
SEE YOU NEXT TIME!
i love you guys

E U N O I A • Haruto WatanabeWhere stories live. Discover now